Yuk kenali lebih dekat Author dan ngobrol ngobrol tentang Novel ini di Ig
@widyaarrahma20_
Yang ada _ nya yahAuri berjalan menuju kantor pondok, suasana Pesantren sangat Khas dan sangat dia rindukan
Sampai di kantor pondok, disana banyak santri santri yg sudah selesai Roan sedang mengantri meminjam hp pada mba penguruus di teras depan kantor pondok
Jangan difikir hp android yah, hpnya adalah hp nokia kuning yg hanya bisa untuk telfon saja
"MBA AURIIIIIIIIII" Teriak Liza saat melihat Auri masuk ke kantor pondok dan dia sedang merapikan buku perizinan
Liza langsung memeluk Auri erat dan menjadi tontonan banyak santri yg mengantri hp
Hampir 2 tahun Auri tak datang di Pesantren pasti banyak yg tak mengenalnya hanya santri senior dan pengurus senior saja yang mengenalnya
"Hiiii mba kok gak pernah kesini, Haul gak kesini, Reuni gak kesini" ucap Liza menggiring Auri untuk duduk di shofa yg ada disana yg biasanya digunakan untuk menemui tamu wali santri
"Iya maaf yah, mba kan sekarang pegang usaha baju jadi waktu mba sering sibuk sama usaha yg baru mba rintis"
"Oalah gitu toh, tapi aku kangen tau sama mba, mba nomernya ganti juga yah ?"
"Iya mba ganti nomer, maaf yah"
"Mba kesini sama siapa ? Sengaja kesini ?"
"Emmm iya tadi gak sengaja lewat Pesantren jadi sekalian mampir kesini mau liat liat Pesantren juga"
"Oalah, mba mau minum apa ? Mau tak bikinin ?"
"Sudah gak usah, mba juga gak lama, mba mau ketemu umi"
"Yaaah kan baru sebentar mba"
"Kamu lagi tugas toh ? Sudah tugas dulu nanti juga gak lama mba kesini lagi dan bakal sering kesini, kali ini mba janji kok"
"Bener loh yah, oh ya minta nomer mba dong"
"Boleh"
Auri memberikan nomor barunya lalu berdiri berpamitan pada Liza, dia berjalan menuju warung yang ada didekat kantor pondok membeli makanan yang dulu sering sekali dia beli
Yaitu roti yang digoreng namun sebelumnya sudah dibalut tepung, harus dimakan panas panas karna kalau sudah dingin pasti alot
Auri menyapa beberapa santri yg mengenalinya dan setelah membeli dia langsung menuju Ndalem
Sampai disana, dia tengak tengok mana kala ada santri yang memergokinya, setelah aman dia langsung masuk dan dengan langkah cepat masuk kedalam kamarnya
"Huh aman"
Namun baru saja melegakan hati, ketukan pintu kamarnya kembali membuat Auri deg deggan
Dengan pelan Auri menatap siapa yg mengetuk dan ternyata itu umi mertuanya, Auri langsung membukanya lebar lalu membungkukkan badannya sedikit
"Ikut umi keluar mau ?"
Auri langsung mengangguki ajakan ibu mertuanya itu lalu dengan sedikit membungkuk dirangkul umi mertuanya keluar Ndalem
"Istrimu umi pinjem yah, mau ke supermarket sebentar" ucap Umi saat diteras berpapasan dengan Gus Luthfi yg hendak masuk ke Ndalem
"Mau dianter mi ?"
"Wes gak usah nanti umi malah yang jadi obat nyamuk kalian"
"Hahaha ndak gitu toh mi"
"Yo wes lah nanti kesiangan, umi bawa yah istrimu"
"Nggeh mi jangan lecet yo mi"
Umi terkekeh lalu menepuk pundak Gus Luthfi
Setelahnya keduanya masuk ke mobil khusus milik umi dan abah, yg tak seorangpun boleh menaikinya kecuali umi, abah, supir dan mba Ndalem utusan umi / Abah
Kang Supir yg 1 angkatan dengan Auri awalnya heran mengapa Auri bisa naik di mobil ini sedangkan Auri statusnya yg dia ketahui adalah Alumni
Namun dia tak banyak tanya, dia langsung menjalankan mobilnya menuju salah satu supermarket yg ada disana
Namun dipertengahan jalan umi malah merubah tujuannya menjadi mall saja, sontak Auri bingung akan hal itu namu lagi lagi takdzimnya tak berani bertanya mengapa, dia hanya mengikuti saja
Sampai di mall itu umi langsung menggandeng Auri dan dengan langkah lincahnya umi membawa Auri masuk ke toko perhiasan
"Silahkan, ada yg bisa dibantu ?" Tanya pelayan ituu
"Auri pilih nduk cincin yang Auri suka"
"Hah ? Auri mi ?"
"Iya, umi mau menyamaratakan mantu mantu umi yg semuanya umi belikan perhiasan, sama seperti Auri"
"MasyaAllah" lirih pelayan itu
"Tapi mi -"
"Sudah jangan nolak nduk, piliho yang kamu suka, mba tolong kasih yg bagus mba yg mana"
Dengan canggung Auri mencoba beberapa cincin dibantu pelayan toko itu lalu menemukan 1 cincin yg dia suka dilanjut dengan gelang kalung dan anting
Kalau kata orang jawa biar sawit tengis
"Nduk nanti mau pakai bajunya warna apa buat resepsi ?" Tanya umi setelah mereka selesai membeli perhiasan dan sedang menuju supermarket yg ada disana
"Manut umi saja mi"
"Ndak umi ndak mau menentukan, itu hari bahagia kalian berdua umi mau semua yg ada disana itu sesuai kesukaan kalian berdua"
"Emmm nggeh nanti tak tanya ke Gus Luthfinya dulu nggeh mi, takutte yang Auri mau ndak sesuai yg beliau mau"
"Ya sudah tapi jangan lama lama yah, waktu kalian buat siapin resepsi cuma beberapa minggu saja"
"Nggeh mi"
"Yo wes sekarang waktunya ikut umi belanja isi rumah, ambilo yg kamu mau, ambil yg kamu suka nanti dibayar sekalian dikasir"
"Nggeh mi matur suwun"
"Cobalah bersikap seperti menantu nduk kamu sekarang menantu bukan santri umi, yah"
"Nggeh umi"
KAMU SEDANG MEMBACA
HAMBEG KARTIKA
Teen FictionAku melepasmu karna aku tau, memiliku hanya khayalan yg tak akan pernah terwujud aku bisa saja menyimpan perasaan ini untukmu sampai kapanpun namun aku yak bisa menyimpan rasa cemburuku kala lisanmu menyebut Qobiltu untuk perempuan lain