Home

277 32 1
                                    

"Eoh, aku sudah dijemput Junhwan Hyung."

" ... "

"Emn... Tidak apa. Sampaikan salam ku untuk Ga Eun, semoga cepat sembuh."

" ... "

"Arraseo, emn... Sampai jumpa besok Hyung."

Jisung menyimpan ponselnya lalu keluar dari mobil, menyusul Junhwan yang sudah beberapa meter di depannya.

"Tunggu aku Hyung," ucap Jisung.

Junhwan melirik sekilas, ia tidak menggubrisnya dan tetap melangkah lebar menuju rumah. Informasi saja, kaki Junhwan juga lebar. Tidak kalah lebar dengan Jisung.

"Eomma aku pulangg!!"

"Jisungie?! Aigoo, putra Eomma."

Junhwan tersenyum tipis, lalu menghampiri istrinya yang sedang kesusahan memasak sambil menggendong putranya yang rewel.

"Bukankah melelahkan?"

Jisung menggeleng pelan. "Aniya, ini hanya Jeju ke Seoul." Jisung jujur akan hal ini, karena biasanya ia bahkan di pesawat berjam-jam saat melakukan tour.

"Kemari, Eomma sudah memasak makanan kesukaan mu. Menantu juga menyiapkan camilan untukmu."

Jisung mengikuti Eommanya menuju dapur dengan wajah sumringah. "Mwoya, apa ini hari spesial?"

Istri Junhwan menghidangkan sepiring roti ikan untuk Jisung dengan senyum lebarnya. "Eommoni hanya ingin menyiapkan ini semua untukmu."

"Lupakan semua pekerjaan dan pikiran yang rumit, makanlah adik ipar."

Mungkinkah, keluarganya sudah tahu tentang ia yang sedikit gila beberapa bulan lalu? Bisa dibilang gila kan, karena berbicara dan tertawa dengan orang-orang yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi yang parah... Lebih buruknya, ia menolak untuk pergi ke psikiater.

"Samcheon... "

Jisung tersadar dari lamunannya, menatap ke bawah yang ternyata keponakannya menarik-narik ujung celananya pelan seraya memakan roti ikan dengan lucu, pipinya menggembung. Jisung tersenyum lebar, ia berjongkok dan mengelap sekitar bibir keponakan yang kotor.

"Jiho-ya, apa itu enak?"

Dengan lucu, Park Jiho menganggukkan kepalanya dan melahap potongan roti ikan terakhir yang ia pegang. Jisung terkekeh, ia berjongkok hendak menggendong Jiho namun tiba-tiba saja Junhwan datang mencegahnya, menggendong Jiho terlebih dahulu.

"Pergilah cuci wajahmu dulu, lalu kembali."

Entah kenapa Jisung merasa Jungwan mencegahnya menggendong Jiho, apakah ini karena pikirannya saja atau memang ada alasannya? Akh jangan berpikir negatif Park Jisung!!

Jisung pun berpamitan untuk pergi ke kamarnya, ia membanting tubuhnya di kasurnya begitu di kamar. Ternyata sudah lama sekali ia tidak pulang.  Ia menatap sekeliling kamarnya yang penuh dengan sejarah karirnya.

Jika diingat kembali, selama ini ia hidup untuk menari. Sejak kecil Jisung sudah bermimpi menjadi penari, jadi ia sudah sering bepergian di klub-klub dance untuk belajar dan berlatih dance. Mulai dari itu, Jisung semakin menyukai yang ia lakukan lalu ia mulai mengikuti kompetisi-kompetisi hingga ke luar negeri. Padahal saat itu ia masih SD. Benar, ia sudah sering tidak pergi ke sekolah sejak saat itu.

Awalnya keluarganya menentangnya karena pendidikan sangat penting, tapi kemudian saat Jisung berhasil masuk agensi Jisung tidak lagi mengikuti kompetisi. Sebagai gantinya Jisung berangkat sekolah, dan tentunya karena Jisung merengek akhirnya keluarganya mendukung keputusannya.

Menjadi trainee bukan hal mudah, Jisung harus berlatih dan melakukan evaluasi mingguan. Di sekolah, Jisung tidak terlalu memperhatikan pelajarannya karena yang ia pikirkan adalah persiapannya untuk evaluasi mingguan. Akhirnya ia tidak terlalu berteman dengan teman sekelasnya dan jarang bercerita karena agensi melarangnya menceritakan sesuatu apapun tentang agensi dan trainee pada siapapun.

Mungkin sejak saat itu Jisung menjadi penyendiri, membatasi dirinya untuk bergaul dengan temannya, hanya hidup untuk menari. Ia tidak memiliki teman karena fokus satu hal.

Tentang buku diary, Jisung menulis itu saat ia tengah menunggu hasil dari audisi agensi dan saat ia melakukan trainee. Tidak memiliki teman di sekolah, ia pikir tidak masalah. Karena nantinya ia akan bertemu trainee seperti Mark, Renjun, Jeno, Haechan, Jaemin dan Chenle yang akhirnya debut bersama.

Debut sebagai grup yang tidak laris, berjuang bersama hingga akhirnya berada di puncak. Menjadi idol boy grup terbaik, memenangkan banyak penghargaan dan menjadi best seller di setiap album yang dijual.

Jisung menghela napasnya. Sudah jelas sekali itu adalah kehidupan yang terlalu sempurna, tidak mungkin ada di kehidupan nyata. Kenapa ia salah paham dengan itu beberapa waktu lalu? Dipikir lagi itu sungguh memalukan.

"Ya, apa yang kau lakukan? Kau ingin membuat kami menunggu sampai tengah malam?"

Jisung melirik ke arah pintu kamarnya, Junhwan menatapnya kesal karena Jisung sangat lama.

"Akh, tunggu sebentar."

"Cepatlah... "

Jisung bangkit lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya, lalu sekedar mengganti baju. Saat membuka lemari, tidak sengaja ia melihat rak buku di samping. Ia pernah gemar membaca komik. Bahkan ia juga sering menggambar ilustrasi.

Jisung tersenyum penuh arti, ia mengganti bajunya lalu keluar dari kamar. Entah apa arti dari senyum itu, tapi sepertinya Jisung tengah merencanakan sesuatu.

To Be Continue...

Maap apdet lama, maap banyak typo 🙏😄

Selamat hari minggu ges, janlup besok Senin☺️

Have a nice day 🤗

[✓] Tidak Ada : Park Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang