"Sudah siap?"
"Sudah ku bilang aku bisa sendiri," ujar Jisung yang baru saja masuk ke mobil pribadi Seo manajer. Bukan lagi mobilnya atau mobil perusahaan.
"Aku hanya ingin meminta maaf pada mereka yang aku tidak tahu dan menyimpulkan kalau mereka tidak ada."
Seo manajer belum bekerja di perusahaan saat masa-masa Jisung trainee, karena itu Seo manajer memang tidak tahu tentang Jaemin dan yang lainnya. Namun Seo manajer sangat menyesal karena ucapannya yang mengatakan mereka tidak ada, berhasil membuat Jisung bingung bahkan sampai sakit.
Sekarang, Seo manajer memaksa ikut bersama Jisung yang hendak pergi ke kolumbarium tempat abu Jeno disimpan. Sebenarnya Jisung ingin mengunjungi semua kolumbarium Hyungdeul, tapi terlalu jauh.
Tiga hari lagi Jisung sudah akan comeback, jadi ia memutuskan untuk mengunjungi Jeno yang ada di Seoul.
Selama perjalanan, Jisung hanya menatap depan dan menyenderkan punggungnya dengan kedua tangan yang disilangkan.
"Hyung... "
"Heum?"
"Menurutmu, apakah sesuatu akan berubah jika Hyungdeul masih hidup dan aku debut bersama mereka?"
Jisung menoleh, menatap Seo manajer yang menyetir dengan satu tangan, tangan lainnya untuk menyangga kepalanya."Entahlah, mungkin--"
"Tapi sejak awal, kami akan debut sebagai unit NCT. Dan unitnya tidak permanen, hanya sementara."
"Bagaimana mengatakannya yah, itu adalah grup unit maknae yang belum legal. Jadi, jika ada member yang sudah legal maka member itu akan lulus. Lalu pada akhirnya unitnya akan hilang."
Seo manajer mengangguk mengerti. "Kupikir aku akan kewalahan jika mereka masih hidup," ucap Seo manajer setelah berpikir panjang.
Jisung mengernyit, memajukan tubuhnya. "Kewalahan?"
"Emn. Jika mendengar ceritamu tentang mimpi-mimpi mu itu, kupikir mereka sangat aktif dan nakal seperti mu. Bahkan bisa jadi mereka lebih aktif darimu, dan itu seperti pertanyaan Jisung tujuh tahun atau Jisung ada tujuh lalu aku memilih Jisung ada tujuh. Kupikir aku sungguh akan kewalahan menghadapinya."
Jisung terkekeh. "Tidak juga, kami sangat patuh... " Seo manajer menatap Jisung tidak percaya sama sekali.
"Siapa Hyung favorit mu," tanya Seo manajer beralih.
Jisung kembali menghadap ke depan, memegang dagunya dan berpikir.
"Entahlah, tapi mungkin... akhh aku sulit menentukannya."
"Kalau begitu pilih dua," usul Sow manajer karena Jisung terlihat sangat kebingungan.
"Bahkan memilih dua pun sulit, tapi mungkin... Chenle? Dan, emn... Jeno Hyung? Ah tidak, Jaemin Hyung. Tapi aku juga mengagumi Markeu Hyung."
"Jisung-ah... Pilih satu saja."
"Aku tidak bisa Hyung!! Tapi kupikir bukan Haechan Hyung."
"Wae?"
"Haechan Hyung sangat jahil, aku sungguh lelah jika bersama Haechan Hyung."
Terus mengobrol, hingga tidak terasa mereka sudah sampai. Jisung merapikan dasi dan jas hitamnya, mengeratkan genggamannya yang memegang buket kecil bunga mawar merah yang masih segar. Jisung menarik napasnya dalam, lalu menghembuskannya pelan.
Entah kenapa tiba-tiba ia gugup, bahkan Jisung hanya baru berada di depan gedung rumah abu. Berada di lantai tujuh, Jisung dan Seo manajer menaiki elevator tanpa obrolan apapun. Jisung yang tengah gugup, sementara Seo manajer yang hanya ingin diam tidak ingin mengganggu Jisung.
Sesampainya di depan kolumbarium Jeno, Jisung menempelkan buket bunga kecilnya di kaca bening tempat kolumbarium Jeno disimpan. Baru saja beberapa detik berdiri, Jisung sudah terisak. Hanya saja, Jisung tiba-tiba sangat merindukan Jeno saat melihat foto anak laki-laki kecil yang ada di samping guci abu Jeno.
"Hhyungghh... Aku datang," ucap Jisung sedikit terbata karena sesak.
"Maaf, aku sangat terlambat kan?"
"Jeno Hyung... "
"Mianhae, karena debut sendirian."
Jisung menundukkan kepalanya, membiarkan air matanya membasahi sepatunya.
Tidak kunjung mengangkat kepalanya, Seo manajer pun mendekati Jisung dan menepuk punggungnya, mencoba menguatkan.
"Maaffhh... Maaf karena aku debut sendirian, padahal kita berlatih bersama."
"Maaf karena aku menampilkan chewing geum sendirian, padahal kita berlatih bersama."
"Maaff... Aku minta maaf, hiks!"
"Gwenchana Jisung-ah... "
Jisung tersentak, ia menoleh seketika ke kirinya namun tidak ada siapapun. Jisung sangat yakin barusan ia mendengar sebuah suara.
"Wae Jisung-ah?"
Menoleh ke kanan, Jisung menatap Seo manajer dengan tatapan bingungnya. "Hyung, apa kau mengatakan sesuatu?"
"Naega?"
"Kurasa tidak," jawab Seo manajer ragu.
Jisung menatap foto Jeno, apa mungkin-- ah tidak! Jeno sudah tidak ada di dunia ini dan Jeno bukan hantu. Tadi itu adalah ilusinya.
Jisung menyeka air matanya, tersenyum lebar ke arah foto Jeno."Hyung, mulai hari ini aku akan menjadikan ingatan tentang kita bertujuh adalah ingatan yang indah."
"Aku tidak akan melupakan kalian, aku akan selamanya mengingat kalian. Tapi aku tidak akan tersiksa dengan ingatan itu, aku akan bahagia bersama ingatan ini aku janji."
"Kalian melihat ku di atas sana kan? Kalau begitu aku harus menari dengan benar dan menunjukkan kemampuan ku, agar kalian bangga padaku."
"Hyung... Selalu awasi aku," lirih Jisung terakhir. Ia mengusap kaca kolumbarium Jeno lalu pergi dari sana.
Sekarang, Jisung akan melakukan comeback-nya dengan sepenuh hati. Bukan hanya untuk penggemarnya, tapi comeback kali ini adalah untuk Hyungdeul. Hyungdeul yang telah Jisung lupakan karena ingatan tentang mereka begitu menyakitinya.
Kali ini, dengan ingatan yang sama Jisung akan hidup bahagia.
T.A.M.A.T
Maapp kalo endingnya terkesan memaksa🙏🙏
Besok up epilog, tungguin sekali lagi yahh... Makasihh😆Have a nice dream 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Tidak Ada : Park Jisung
Fanfiction[Lengkap] Mark, Renjun, Jeno, Haechan, Jaemin atau Chenle tidak ada. Mereka tidak ada dalam hidup Park Jisung. . . . ⚠️ Don't PLAGIAT! Start : 14 Desember 2023 Finish : 28 Maret 2024