Disappear

418 43 1
                                    


Ceklek

Setelah menekan beberapa pin, pintu sebuah apartemen itu pun terbuka. Laki-laki tinggi itu melepas mantel dan jaketnya, tersisa turtle neck putih mengepas tubuhnya.

"Kau sudah pulang? Kenapa kau pulang terlambat, bukankah diluar dingin?"

Hatinya menghangat saat bayangan seseorang menyambut kedatangannya. Jisung tersenyum tipis dan menggeleng. "Aniya, aku bersenang-senang karena bermain bersama Chenle."

"Chenle? Anak itu memang tidak ada lelahnya. Mandilah, aku akan memanggil yang lain lalu kita makan bersama."

Jisung mengangguk, ia berjalan menuju kamarnya dan memesan makanan pesan antar sebelum ia akhirnya pergi mandi.

Tidak butuh waktu lama, Jisung selesai mandi. Namun makanannya belum datang, ia memilih untuk menghampiri Renjun dan Haechan yang sedang menonton TV sementara Jeno bermain ponselnya tidak jauh dari Renjun dan Haechan. Sebenarnya Haechan pun bermain ponselnya, namun menyender pada Renjun.

Jisung melirik kamar Jaemin yang ternyata si empu tengah tiduran bersama Mark.

"Bukankah Hyung bilang akan memanggil Hyungdeul untuk makan?"

Jisung duduk disamping Renjun dan mencomot camilan di meja, ikut menonton acara komedi.

"Makanannya belum sampai, mereka kembali ke kamar lagi."

"Kenapa lama sekali? Sudah kubilang lebih baik masak sendiri," ucap Chenle datang dengan rambut basah.

Hendak menjawab, pin pintu terdengar ditekan yang membuat Jisung mengernyit. Siapa yang datang?

"Mwoya?! Pencuri?"

Jisung bangkit dari duduknya, berjalan ke pintu seraya menyambar tongkat bisbol. Jisung sengaja membelinya untuk pertahanan diri jika pencuri atau apapun masuk ke rumahnya.

"Apa yang kau lakukan?"

Jisung terkekeh pelan, menggaruk belakang kepalanya lalu menurunkan tongkat bisbol karena ternyata yang datang adalah Seo manajer. Jisung pun meletakkan kembali tongkat bisbol ke tempatnya.

"Kenapa kau memesan makanan, padahal aku berniat memasak untukmu," ucap Seo manajer seraya berjalan masuk ke ruang makan apartemen Jisung.

"Harusnya Hyung menelepon ku dulu... "

"Jangan salahkan aku, kau mematikan ponsel mu."

Jisung segera mengecek ponselnya yang ternyata memang mati karena lowbat, ia cengengesan.

"Ambil piring, kita makan bersama. Kenapa kau membeli banyak sekali makanan, apa kau tahu aku datang?"

"Eoh? Emnn, nee... "

"Ayo kita makannn!!"

Jisung terkekeh kecil karena Hyungdeul kini sudah duduk di meja makan bersamanya dan Seo manajer, bersiap menyantap makanan.

"Mwoya?"

Tatapan Jisung beralih pada Seo manajer yang kini mengucek matanya dan mengikuti arah pandangan Seo manajer, mengarah pada Jaemin yang tengah memakan makanannya dengan lahap.

"W--wae? Kau melihat apa Hyung?"

"Eoh? Aku pikir aku melihat-- aniya. Lanjutkan makan mu. Aku hanya salah lihat."

Seo manajer bisa melihat Jaemin? Itu tidak mungkin 'kan? Lalu kenapa sebenarnya Seo manajer, apa yang Seo manajer lihat? Jangan-jangan hantu?!

"Kau tidak makan?"

"Eoh? Eoh.. aku akan makan."

"Kenapa kau ke sini Hyung?"
Jisung tahu betul, Seo manajer tidak akan datang ke rumahnya tanpa alasan.

"Emn, kau sudah pergi ke psikiater yang aku bilang? Bagaimana perasaan mu?"

Ahh ternyata...

"Iya, aku sudah."

"Apa kau merasa lebih baik? Kau masih melihat mereka?"

Jisung menatap Haechan yang tengah memakan makanan Renjun padahal miliknya masih ada, Mark yang melahap makanannya begitu juga Jaemin dan Jeno, dan Chenle mengambil nasi lagi. Jisung masih melihat mereka dengan baik dan jelas. Jisung tidak sendirian karena ia melihat mereka dengan baik dan benar. Jisung menggeleng pelan. "Aniya, untuk saat ini."

"Jinjja? Baguslah."

"Tapi mungkin kau harus pindah rumah karena tadi aku yakin melihat sesuatu."

Jisung mengernyit bingung. "Sesuatu? Sesuatu seperti apa?"

"Hantu... "

Tiba-tiba saja bayangan Mark, Renjun, Jeno, Haechan, Jaemin dan Chenle menghilang membuat Jisung terkejut.

"Mian, aku mengejutkan mu 'kan?"

Jisung menggeleng, menatap sekelilingnya. "Aniya, Hyung... Hyungdeul? Jaemin Hyung, Jeno Hyung?"

Sebelumnya pernah mereka tiba-tiba menghilang seperti ini, dan mereka lama tidak muncul lagi. Itu berarti Jisung sembuh, tapi Jisung kembali kesepian. Atau tidak?
Yang Jisung tahu, Jisung bahagia saat bersama mereka dan tidak ingin kehilangan mereka lagi.

"Jisung-ah, kau membohongiku? Kau masih melihat mereka kan?"

Jisung menatap Seo manajer dengan tatapan berkaca-kaca. "Aku tidak ingin sembuh Hyung, aku tidak apa jika sakit asal bisa melihat mereka."

"Jisung-ahh... "

Jisung bangkit dari duduknya, dengan panik mencari Hyungdeul nya di seluruh ruangan.

"Kumohon jangan menghilang lagi Hyung... "

[✓] Tidak Ada : Park Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang