Forgotten

223 30 3
                                    

Suara bising sedikit menganggunya, namun kebisingan tersebut yang semakin jelas membuat laki-laki itu perlahan membuka matanya. Hingga tepukan di pundaknya membuatnya sepenuhnya membuka matanya, ia menoleh.

"Ayo makan," ucap Renjun dengan senyum hangatnya.

Jisung menoleh ke belakang, keenam Hyungnya tengah bercanda di sofa. Mereka tertawa dengan candaan yang dilemparkan Renjun, dan tertawa dengan kejahilan Haechan menggoda Jaemin. Mereka juga tertawa karena kini Haechan menjadi bahan bully.

Jisung menatap tangannya, ia ingat betul beberapa detik lalu ia tengah di kamarnya dan ia memegang kedua diary miliknya. Ini adalah mimpi, Jisung sedang bermimpi.































"Hyungg!!"

Jisung tersentak, ia kini duduk. Meneliti sekelilingnya, ternyata ia berada di rumah sakit. Saat Jisung menyadari dirinya tengah berada di brankar ia pun mengerang. Lagi-lagi mimpi.

Melirik jarum infus yang tertancap di punggung tangannya, Jisung menghela napasnya pelan. Ia urungkan niatnya untuk keluar. Karena ia akui, sekarang ia benar-benar tidak memiliki tenaga.

Jisung mulai tenggelam dalam pikirannya.

Jika kedua buku diary itu memiliki cerita yang sama persis, itu berarti ini bukan pertama kalinya bagi Jisung mimpi berkelanjutan.

Apa ia sungguh berhalusinasi dan berimajinasi dalam mimpinya?

Tapi bagaimana dengan tulisan di halaman terakhir diary pertamanya? Di situ tertulis, bahwa semuanya bukanlah mimpi. Lalu apa?

Ceklek

"Jisung-ah... "

Jisung mendongak, sedikit terkejut karena Eommanya muncul. Ia pikir Seo manajer.

"Kenapa Eomma di sini?"

"Tentu saja Eomma di sini. Putra Eomma pingsan kedua kalinya, bagaimana Eomma tidak khawatir?"

"Maaf Eomma," lirih Jisung merasa bersalah.

Ah benar! Jisung ingat satu bulan lalu Jisung juga pingsan setelah membaca buku diary pertamanya.

"Eomma," panggil Jisung.

"Eoh? Kau membutuhkan sesuatu?"

"Apa Eomma mengenal Jaemin Hyung?"

Melihat raut wajah Eomma yang berubah tegang itu membuat Jisung semakin penasaran. Jisung memang tidak pernah bercerita pada Eommanya mengenai mimpinya.

Eomma Jisung mengeratkan genggaman tangannya, menyalurkan kehangatan untuk putranya. "Sebenarnya Eomma berniat menceritakannya padamu saat kau pulang saat itu. Tapi, Eomma pikir akan lebih kau tetap tidak tahu. Seo manajer juga bilang pada Eomma, kalau kau sudah tidak lagi berhalusinasi."

"Maksud Eomma??"

Menarik napas dalam, Eomma Jisung menatap putranya dengan tegas.

"Kau tidak gila Jisung-ah, kau hanya trauma."

"Nde?"

"Mark, Renjun, Jeno, Haechan, Jaemin, dan Chenle memang benar ada. Mereka pernah ada, dan sekarang tidak ada."

"Mereka adalah member yang tadinya akan debut bersama mu, tapi mereka mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat."

"Saat itu kau masih kecil, jadi Eomma tidak membiarkan mu pergi ke rumah sakit atau ke rumah duka. Eomma takut kau akan gila jika melihat keenam jasad mereka."

"Tapi, kau malah pingsan di kamarmu. Kau demam tinggi dan tidak sadarkan diri selama tiga hari, dan saat kau membuka matamu kau kehilangan ingatanmu. Hilang ingatan sementara, itu yang dokter katakan. Itu terjadi karena trauma mu, dan akan lebih baik jika kau mendapatkan ingatan mu lagi dengan sendirinya jangan mendesak."

Jisung menatap kosong, namun air matanya mengalir. Eomma Jisung segera memeluk putranya. "Maaf, maafkan Eomma karena tidak bercerita. Eomma hanya tidak ingin kau sakit."

"Eomma aku lelah, aku ingin istirahat... "

Jisung melepas pelukan Eommanya, ia berniat untuk tidur karena sekarang kepalanya terasa akan pecah.

"Eoh, tidurlah... Eomma ada di depan kamar mu. Jika kau butuh sesuatu kau bisa panggil Eomma, heum?"

"Nee," jawab Jisung lirih lalu ia menaikkan selimutnya hingga dada dan memejamkan matanya.

Saat Eomma Jisung keluar dan menutup pintu ruang rawat Jisung, Jisung membuka matanya.

Sekarang Jisung tahu. Itu bukan mimpinya, imajinasinya. Itu adalah ingatannya. Tapi, memang benar beberapa kali Jisung berhalusinasi tentang Hyungdeul. Karena meski Jisung telah melupakan Hyungdeul, ia tetap merindukan Hyungdeul.

Mungkin karena Jisung telah melupakan mereka, ingatan tentang mereka terus muncul di mimpi Jisung hingga membuat Jisung kebingungan, apakah itu mimpi atau imajinasi.

"Maaf karena aku telah melupakan kalian Hyung... "

To Be Continue...

Sejauh ini gimana? Boleh kasih pendapat?

Btw, janlup tonton videonya><

Have a nice dream🤗

[✓] Tidak Ada : Park Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang