Déjà vu

203 30 1
                                    

"Jisung-ah ayo!!"

Jisung menatap keenam member yang berjalan berlawanan arah dengannya. Entah kenapa tiba-tiba Jisung tidak ingin berpisah dengan mereka.

"Hyung, tidak bisakah kalian pergi besok? Aku ingin ikut juga," keluh Jisung memelas.

"Besok kita sudah debut, Jisung-ah... Ini adalah perpisahan dengan status trainee. Kita akan pergi bersama mu setelah debut, kita berlibur bersama. Untuk sekarang kau pergilah bersama Eomma mu."

Jisung menoleh ke arah Eommanya yang menunggunya dengan senyuman. Ia pun menghela napasnya, bujukannya tidak berhasil.

"Kami sungguh harus pergi sekarang Jisung-ah.. Jaga dirimu, annyeong aegii!!"

Jaemin mengelus kepala Jisung lembut saat terdengar peringatan kereta yang akan Jaemin dan yang lain naiki akan berangkat.

Jisung melihat Hyungdeul satu per satu masuk ke kereta hingga keretanya pun berangkat. Eomma Jisung menghampiri Jisung, menggandeng tangannya. "Ayo kita pergi? Kakekmu sudah menunggu."





"Kumohon biarkan aku melihatnya hiks!"

Jisung masih empat belas tahun, semua orang melarangnya melihat jasad keenam member. Bahkan Jisung tidak diizinkan untuk datang di rumah duka. Jisung hanya bisa melihat berita di TV.

Tangan besar itu memukul kasar beberapa kali pintu kamarnya yang dikunci dari luar. Hatinya berdenyut sakit melihat berita di TV, dimana keenam orang yang kemarin malam melakukan panggilan video bersamanya mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat.

Iya, Jaemin dan yang lainnya bukan korban jiwa dari kecelakaan kereta. Itu kereta yang berbeda dari yang mereka naiki.

Tapi mereka mengalami kecelakaan mobil saat hendak kembali ke asrama setelah selesai berjalan-jalan dan melakukan panggilan video dengan Jisung. Dan mereka, meninggal di tempat.

Dengan tenaga yang tersisa, laki-laki itu menyeret tubuhnya yang jatuh terduduk dan menyentuh layar kaca televisinya, menampilkan lokasi kejadian kecelakaan mobil dan ambulans yang membawa Hyung-hyungnya.

"Katakan ini mimpi, ku mohonn... Hiks! H--hyunghh, Jaemin Hyung apa yang kau maksud? Apa ini pergi yang kau maksud?"

Ia mengambil gelas yang tidak jauh darinya, lalu melemparnya ke TV membuat layar TV bergaris. Ia kemudian duduk di pojok ruangan, menutup telinganya erat tidak ingin mendengar berita.

"Kumohon hentikan, ini tidak benar..."

"Hyungghh... "

"Hyung."

"Hyungh!!"



















Kedua mata sipit itu terbuka kasar, napasnya memburu dan keringat membanjiri pelipisnya.

"Ada apa Jisung-ah?"

Jisung menatap Seo manajer, ia tidak menghiraukannya. Ia melihat kanan kirinya, dan sekeliling namun ia tidak menemukan satu pun Hyungnya. Tidak, tadi adalah mimpi Jisung yakin itu. Tapi kemana Hyungdeul? Apa mereka semua pergi ke suatu tempat tanpa mengajak Jisung? Atau, kejadian di mimpinya menjadi kenyataan?

"Jisung-ah ada apa, apa yang kau cari?"

"Hyung, dimana Hyungdeul?"

"Eo?"

"Jaemin Hyung dan yang lainnya dimana? Apa mereka pergi ke suatu tempat tanpa mengajakku?"

Manajer menghela napasnya, menatap kasihan pada laki-laki yang terlihat pucat itu.

"Jisung-ahh... "

"Eoh? Dimana mereka Hyung?"

"Jisung-ah hentikan, Jaemin atau Haechan tidak ada."

Raut wajah Jisung berubah seketika, kernyitan di dahinya menghilang.

"Hyung--"

"Berhenti hidup dalam halusinasi mu, kau harus sadar Jisung-ah... "

"Tidak!! Aku sungguh--"

"Kau tidak memiliki teman atau Hyung Jisung-ah, sadarlah. Mereka bukan temanmu atau Hyungmu, mereka adalah halusinasi mu."

"Mark, Renjun, Jeno, Jaemin, Haechan atau Chenle tidak ada."

Jisung menggeleng. Ia merasa deja vu. Dengan terburu-buru, Jisung keluar dari lokasi syuting MV dan pulang ke rumahnya. Ia mengingat sesuatu.

Setelah sampai di rumahnya, dengan tergesa-gesa Jisung pergi ke kamarnya dan membuka laci yang ia kunci. Dan Jisung menemukan sebuah buku diary. Jisung kemudian mengeluarkan buku diary yang satu bulan lalu ia beli. Jisung membuka kedua diary itu.

Jisung sampai menahan napasnya, terkejut dengan apa yang ia lihat. Jisung pun membuka halaman kedua, ketiga sampai halaman terakhir dengan tergesa-gesa hingga membuat kedua buku tersebut lecek. Di buku diary yang ia keluarkan dari laci, Jisung membaca tulisan di halaman terakhir dan Jisung seketika kehilangan tenaganya, otomatis kedua buku tersebut lepas dari tangannya.

Setiap halaman dari dua buku diary itu sama. Sama persis.

"Arghhh!!!"

Hingga sekelebat bayangan tentang keenam member muncul di ingatannya seperti kaset rusak. Entah kenapa itu membuat kepala Jisung berdenyut.

Jisung memukul dadanya yang terasa sesak hingga ia kesulitan untuk bernapas. Kepalanya terasa akan meledak dan ia benar-benar kesulitan untuk bernapas, akhirnya tubuh Jisung melemas dan ambruk di kamarnya.

Pandangan terakhir sebelum Jisung sepenuhnya kehilangan kesadarannya adalah lampu kamarnya. "Hyunggghh," lirih Jisung terakhir lalu gelap. Jisung sudah kehilangan kesadarannya.

"Yaa Park Jisung!!"


To Be Continue...

Kalo teorinya nggak sesuai ekspektasi monmaap 🙏🙏

Have a nice day temen-temen🤗

[✓] Tidak Ada : Park Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang