Chapter XV: Daily Mission

0 0 0
                                    

"Apakah kalian melihat, Ryuko?" Tanya seorang wanita kepada kedua pelayan yang dia temui. Mereka sontak bersama-sama menggelengkan kepala, tidak tahu jawaban atas pertanyaan itu.

Kemudian dia bertemu dengan pelayan pria yang tengah lewat. "Apakah kau melihat putriku?" Dia bertanya kepadanya dan pria itu pun menjawab.

"Maaf Nyonya. Saya tidak melihat nona Ryuko beberapa jam yang lalu karena sedang banyak pekerjaan." Ujar pelayan pria itu dengan nada datar sambil membungkuk.

"Ugh. Baiklah lanjutkan saja pekerjaanmu." Pusing memikirkan keberadaan putrinya, Astrid segera menyuruh pelayan pria itu untuk pergi.

"Saya permisi dulu, Nyonya."

Dia tidak habis pikir kemana perginya gadis tercintanya tersebut. Tidak biasanya juga Ryuko menghilang di siang bolong seperti ini. Walaupun dia mendengar bahwa pertemuan antara putrinya dan tunangannya, pangeran Garry, sudah berakhir cepat. Namun Astrid tidak dapat menemukan Ryuko setelah itu.

"Kemana perginya putriku?" Sambil berpikir keras, dia bertemu dengan pelayan lain yang tengah membaca kemonceng di tangannya. Dia pun memanggilnya, "Lucy! Kemari!"

Ternyata itu adalah Ruby, pelayan pribadi putrinya. Dia mendekat saat namanya dipanggil.

"Nyonya memanggil saya?" tanya Lucy sambil membungkukkan badan.

"Apa kau melihat Ryuko? Hah... Aku tidak dapat menemukan gadis itu di kamarnya."

Lucy pun menjawab, "Loh... Tuan Putri kan sedang berada di perpustakaan, Nyonya. Kebetulan aku bertemu dengannya di sana tadi."

Mendengar hal itu seketika membuat Astrid menaikkan alis, menatap bingung perihal perkataan Lucy yang ia anggap... tidak biasa. Kemudian bertanya balik pada wanita itu. "Hah? Untuk apa putriku di sana?"

"Ya, tentu saja, untuk membaca buku, Nyonya. Masa menggali kubur? Aku juga melihat tumpukan buku di samping Milady. Dia tampak begitu serius, loh!" ujar Lucy tanpa jeda dengan serius, membuat Astrid tidak percaya dengan pernyataannya.

Ini adalah hal tak biasa lainnya yang dia dengar dari seorang pelayan tentang Ryuko setelah bangun dari koma. Mungkinkah tragedi itu memberikan pencerahan pada anaknya, sehingga dia berubah dengan tiba-tiba? Dia jujur untuk mengatakan bahwa Ryuko jarang sekali membaca buku di perpustakaan sebab sifatnya yang memandang rendah pendidikan.

Apapun itu dia harus segera memeriksan kebenarannya.

"Apa ada masalah, Nyonya?" tanya Lucy dengan raut wajah khawatir.

Astrid menjawab, "T-Tidak apa-apa. Lanjutkan saja pekerjaanmu!" Kemudian, ia berlalu pergi dengan berlari menuju perpustakaan.

Lucy, yang kebingungan, hanya dapat menatap punggung sang Duchess yang menghilang di balik tembok. Dia pun menaikkan bahunya dan berlalu pergi dari sana. "Hmm... Ibu dan anak, sama saja rupanya."

Suara langkah kaki bergema di lorong yang sepi. Suara itu semakin cepat dan kemudian menghilang saat dia sampai di tempat tujuan. Astrid kini berdiri di depan pintu perpustakaan, dengan perasaan yang bercampur aduk dia pun membuka pintu.

"Ryuko?" panggil Astrid dengan lembut saat membuka pintu, memasuki area penuh ilmu pemgetahuan yang faktanya jarang sekali dia kunjungi.

Hal pertama yang dia lihat adalah deretan rak-rak yang penuh dengan buku tua, tertata rapih di tempatnya masing-masing. Namun kemudian pandangannya terarah pada suatu suara, suara buku yang terbuka. Apakah itu seperti yang aku pikirkan?

Dia kemudian mencari asal-usul suara tersebut dan menemukan, Ryuko yang tengah terduduk di kursi, membaca buku di depannya dengan serius. Bahkan Astrid terdiam saat melihat tumpukan buku di sisi kanan dan kiri putrinya, meninggalkan pertanyaan di benaknya. Apakah Ryuko benar-benar suka membaca buku selama ini?

The Tale of Ryuko EverhartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang