PERDEBATAN PAGI

1.6K 79 5
                                    

Abbyscha Shannon atau kerap disapa Icha itu mulai terbangun dari tidurnya. Icha berdecak kecil karena merasakan sekujur tubuhnya sangat pegal. Saat kelopak matanya terangkat, hal pertama yang dilihatnya adalah punggung lebar nan putih mulus seorang pria, bahunya tanpa balutan sehelai benang itu terlihat lebih lebar dibanding pria pada umumnya dan ini benar-benar merupakan tipe lelaki idamannya.

Icha membangkitkan tubuhnya dan bersandar di kepala kasur. Ia mengumpulkan sebentar nyawanya sambil memegangi kepalanya yang sedikit pusing. Jika dilihat dari penampilannya sekarang, ia jadi bisa mengerti, kenapa tubuhnya bisa terasa sangat pegal pagi ini. Sepertinya, semalam dirinya dan lelaki di sampingnya ini menghabiskan waktu malam yang begitu panas. Sebenarnya Icha tidak bisa mengingat apa-apa mengenai kejadian semalam, tapi tanda-tanda kecupan merah yang ada di tubuhnya ini bisa menjadi bukti atas atensinya tadi.

Icha menatap lekat leher lelaki di sampingnya. Tanda merah di lehernya itu, apakah karena kebrutalannya yang seperti seekor serigala yang kelaparan? Apa pun itu, ia menyimpulkan dirinya dan lelaki di sampingnya ini sama-sama mau melakukan hal dewasa tersebut. Kelopak matanya kemudian terbelalak kaget ketika netranya meniti baik-baik wajah lelaki di sampingnya.

Astaga, dia masih berondong? Batin Icha tidak percaya. Lantas dengan tergesa-gesa ia turun dari atas tempat tidur dan memakai cepat pakaiannya yang terhambur di lantai.

William J. Wonwoo atau sering dipanggil Wonu itu, ikut terbangun sebab terusik akibat gerakan kasur yang terasa rusuh. Ia membuka matanya dengan tenang sembari menghela napas yang panjang. Di kepalanya masih teringat sangat jelas tentang apa yang terjadi semalam antara dirinya dan Icha. Ia kemudian membangunkan tubuhnya dan langsung menoleh dengan santai ke arah gadis yang menidurinya semalam. Yap, Wonu melabeli kejadian semalam dengan kalimat 'Dirinya yang telah ditiduri oleh seorang gadis berwajah kalem, tapi kelakuannya seperti serigala kelaparan' .

"A-apa yang lo liat?" Bodohnya, Icha malah dengan spontan melontarkan pertanyaan itu sambil menutupi area dadanya dengan kedua lengannya yang mungil.

Wonu hanya diam, enggan untuk menjawab pertanyaan Icha. Sekarang, Wonu lebih tertarik untuk mencari kacamatanya terlebih dahulu. Tidak perlu memakan waktu lama, Wonu menemukannya di atas nakas samping kasur.

Sial, gue baru ingat! Ganggang kacamata gue, kan rusak karna keagresifannya semalam. Decak kekesalan Wonu dalam hati seraya mencoba memperbaiki ganggang kacamatanya agar dapat dipakai untuk sementara waktu. Setelah berhasil dan memakai kacamatanya, ia kembali menatap Icha dengan tatapan dingin.

"Apa yang lo liat?" tanya Wonu datar dengan suara beratnya yang serak menjiplak pertanyaan Icha, pasalnya gadis itu nampaknya sudah sedari tadi memperhatikan tubuhnya yang terekspos begitu saja. Memperlihatkan bagian-bagian yang ya ... Bisa memancing air liur kaum hawa.

"Masih mau bercumbu sama gue lagi, hm?" sambung Wonu dengan entengnya sambil menaikkan satu alisnya. Namun, nada bicaranya terkesan seolah merendahkan Icha. Bisa dibuktikan dengan senyumannya yang tersungging penuh remeh. Sedangkan Icha, akhirnya kembali sadar ke dunianya. Sepertinya ia benar-benar telah terhipnotis dengan lekukan tubuh Wonu yang sesempurna itu - sejak lelaki itu membangunkan tubuhnya dan bersandar di kepala kasur.

Icha masih terdiam dengan mengabaikan semua cemoohan Wonu terhadapnya. Ia kini lebih tertarik untuk memikirkan mengenai hal-hal yang terjadi barusan. Tentang kenapa semua bisa jadi begini?

"Kenapa ditutup? Toh, semalam juga gue udah liat semuanya." Wonu terus mencemooh dengan masih memandang Icha penuh remeh.

Mendengar ucapan Wonu itu, sontak memicu kobaran amarah seorang Abbyscha Shannon. Icha benar-benar tidak menduga seorang William J. Wonwoo akan menginjak-injaknya sampai tak tersisa. "Aisst, shibal saekkiyaa. Emang, ya anak muda zaman sekarang udah gak ada sopan santunnya sama orang tua!" Icha mulai marah-marah dengan kedua lengannya yang berkacak pinggang bak wanita dewasa yang tengah memarahi seorang remaja nakal.

"Oh, lo udah dewasa? Berarti, lo tante-tante yang jadi kupu-kupu malam? Gak heran, sih tapi kalau boleh ngasih saran, gunung kembar lo itu dibesarin dikit. Soalnya, semalam gue liat punya lo itu gak seperti yang gue harapin."

Harga diri Icha sebagai perempuan bermartabat dicoreng habis-habisan oleh Wonu. Ia lalu melipat kedua lengannya di dada - yang niat utamanya sebenarnya digunakan untuk menutupi dadanya dari mata jelalatan Wonu. Jujur, Icha benar-benar malu, tapi ia tidak bakal tinggal diam. Memangnya cuma lelaki itu saja yang bisa berkata sarkas dengan penuh vulgar?

Icha memandang Wonu sambil tertawa kecil. "Lucu juga, ya lo ini? Lo ngomong kayak gitu, tapi lo tetap mau, kan main sama gue semalam?"

Kemudian, Icha maju selangkah mendekati kasur, lalu kembali berkata, "Gue akuin badan lo emang bagus. Kelewat bagus, malah. Gue seneng, sih semalam cuman kalau boleh jujur, nih ya? Punya lo masih belum bisa ngemanjain gue. Gue rate 3/10, deh buat adek lo yang mungil itu."

Wonu tersenyum tipis mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Icha. Ia turun dari kasur dan memungut bajunya, dipakainya sambil mendekat ke arah perempuan yang barusan cukup menggores harga dirinya. Wonu kemudian mengangkat dagu Icha agar gadis itu bisa melihat seluruh ekspresi wajahnya yang akan segera menertawakan ucapannya yang penuh omongan kosong tadi.

"Oh, ya? Kalau lo lupa kejadian semalem, gue bisa bantu lo buat ingat. Bibir merah jambu lo ini semalam merancau keenakan, mata dengan manik coklat ini juga yang semalam menatap gue dengan sayu, memohon tanpa tahu malu ke gue. Saran gue, lo mending diam sebelum gue jabarin panjang lebar seberapa desperate lo pengen gue sentuh." Salah satu alis Wonu spontanitas terangkat ketika bertanya. Tidak lupa dengan senyuman iblisnya yang merekah meremehkan perempuan di hadapannya.

Sial! Gumam Icha tak bisa berkutik.

My Arrogant HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang