MEJA MAKAN DAN KATA DEKAT

348 26 2
                                    

Sudah hampir lima puluh menit Cacha berada di halaman apartemennya menunggu jemputan dari Wonu. Ya, Cacha memang menyewa satu unit apartemen elit di daerah sini sebagai tempat tinggalnya selama dirinya akan berkuliah di kota perantauannya ini. Ia berdiri dari duduknya, lalu untuk yang kesekian kalinya karena bosan ia mematri langkahnya ke sana ke mari menunggu janji yang digadang-gadangkan oleh seseorang yang akan menjemputnya. Apa yang membuat Wonu begitu lama? Tidak biasanya cowok lebih tua dua tahun darinya itu membuat Cacha menunggu sampai sebosan dan selama ini.

Cacha mendongakkan kepalanya ke atas memandang hamparan langit malam yang cerah seraya menghela napas lelah. Kak Wonu lama banget, sih. Imess gak dibales. Ditelpon juga gak diangkat. Apa Cacha bawa mobil sendiri aja?

Detik-detik saat Cacha larut dalam pikirannya, orang yang sedari tadi ditungguinya akhirnya tiba juga. Cacha belum menyadarinya. Ia masih mematri langkahnya, menundukkan pandangannya ke bawah, dan menendang-nendang batu-batu kecil yang menghalangi jalannya.

Wonu keluar dari mobilnya. Ia sedikit berlari menghampiri Cacha diam-diam. Saat tepat berada di belakang gadis itu, ia langsung menutupi kedua mata Cacha dengan telapak tangannya.

Cacha langsung tersenyum tipis. Ia sudah bisa menebak siapa orang yang lagi jahil padanya ini melalui aroma parfum yang sangat dikenalinya. "Kak Wonu?" tebaknya kemudian melepaskan tangan cowok itu yang menghalangi penglihatannya. Lalu, memutar tubuhnya sembari memasang wajah cemberutnya ketika menatap manik elang cowok itu untuk menunjukkan bahwa ia marah. Ia diam menunggu Wonu membuka suara. Sedangkan lelaki itu terus saja memancarkan senyum menawannya.

"Adik kecilku ini ngambek?" tanya Wonu sembari mencubit pelan kedua pipi Cacha dengan gemas. Ia memang paling suka menggoda Cacha saat gadis ini tengah marah kepadanya.

Cacha lantas melepaskan cubitan Wonu itu. Ia menyilangkan kedua tangannya di dada dan memberikan tatapan penuh kesalnya kepada Wonu. "Kenapa, sih Kak lama banget?" Lalu, bibirnya sengaja sedikit ia moyongkan menandakan suasana hatinya benar-benar lagi buruk.

"Cha, kamu marah aja tetap cantik, apalagi kalau gak marah sama Kaka? Pasti makin cantik."

"Ih, KAKA! CACHA SERIUS!" Cacha memukul-mukul dada bidang Wonu, tetapi di dalam lubuk hati sebenarnya ia senang mendapatkan pujian itu.

Wonu sedikit menghalangi pukulan Cacha yang tak berasa sama sekali. "Aduh, sakit, Cha. Padahal Kaka juga, kan serius kalau adikku emang cantik gak ada duanya," goda Wonu yang menahan tawanya dengan memasang ekspresi kesakitan. Tidak perlu diragukan lagi kalau ia memang senang memain-mainkan kekesalan gadis cantik di hadapannya ini.

"Kak Wonu, kalau Kaka masih puji Cacha terus-terusan, Cacha batalin aja deh pergi ke rumah Kaka," ancam Cacha membuang pandangannya ke arah lain dengan posisi tangan yang masih sama - menyilang di atas dada.

Lagi-lagi Wonu terkekeh kecil melihat tingkah laku unik Cacha. "Iya deh iya. Kaka tadi jadi lama karna habis ngantarin pacarnya Mike belanja bajunya. Sorry, ya Kaka gak ngabarin duluan soalnya Kaka juga lupa bawa hp."

Mendengar itu, Cacha langsung menoleh ke Wonu dengan cepat. Pupil matanya pun ikut melebar karena kaget. "APA? PACARNYA KAK MIKE?"

Ƹ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠ƷƸ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠ƷƸ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠Ʒ

Suasana di dalam mobil bagi Icha sangat tidak menyenangkan. Kedua orang yang duduk di kursi depan itu terus saja bercanda seolah mereka menganggap dirinya tak ada. Untungnya Icha tadi meminta dibelikan juga cemilan. Jadi, kebosanannya ini bisa terisi dengan memakan cemilan sambil menikmati pemandangan di luar kaca mobil.

Icha melirik sebentar ke arah punggung Cacha di depannya. Ia akui kalau gadis itu memang cukup cantik untuk menyambangi selera seorang William J. Wonwoo yang begitu angkuh dan sarkas terhadapnya.

Cacha dan Wonu emang pemeran utama sih di cerita yang gue tulis, tapi kan sekarang ada gue. Karna gue gak bakalan ngebiarin hidup Abbyscha Shannon ancur lebur seperti yang pernah gue tulis.

"Nu," panggil Icha membuat perbincangan Wonu dan Cacha langsung terhenti.

"Apa?" balas Wonu ogah-ogahan.

"Menurut lo, berapa lama orang bisa move on dari cinta bertepuk sebelah tangan?"

"Kenapa tiba-tiba tanya itu?"

Ya, karna cewek di samping lo itu sebenarnya lagi suka sama Mike. Adik lo sendiri, WONU BODOH!

"Gak kenapa-napa. Gue asal nanya aja." Icha lalu tersenyum nakal sambil menertawakan Wonu dalam hati.

Ƹ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠ƷƸ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠ƷƸ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠Ʒ

Wonu, Mike, Icha, dan Cacha kini berada di dalam satu ruangan - tak lain adalah di meja makan. Pemilik rumah memutuskan makan malam kali ini dilakukan bersama-sama saja.

Mike meneguk minumannya - sudah menjadi kebiasaannya harus minum dulu sebelum memasukkan makanan ke dalam mulutnya. "Bang, thanks ya karna udah bawa Icha belanja. Sorry juga karna gue udah gak sopan sama lo tadi siang."

"Hm." Wonu hanya berdehem kecil, tapi masih dapat didengar oleh orang-orang di sekelilingnya. Ia tetap fokus melahap makanan di depan matanya dengan tenang.

Sementara Cacha belum menyentuh sama sekali makanannya. Ia terus menatap Mike seolah meminta penjelasan mengenai gadis di sampingnya. Saat Mike menyadari pandangan Cacha itu, lantas ia bertanya, "Kenapa, Sha?"

Cacha mengerutkan keningnya tidak percaya. Sha? Cacha tidak salah dengar, kan Mike memanggilnya Sha, bukan Cha? "Cacha, Kak Mike. Cacha. Bukan Natasha. Kan Cacha udah pernah ngomong panggilan Natasha cuma untuk orang-orang yang gak dekat sama Cacha. Kalau Kak Mike lupa, Kak Mike, kan udah dekat sama Cacha dari kecil," jelasnya panjang lebar.

Mike hanya diam, enggan menanggapi perkataan Cacha. Wonu pun cuma dapat diam, kelakuan Mike memang tak bisa ia atur sejak dulu. Sedangkan Icha menggigit pelan bibir bawahnya menahan agar tawanya tidak meledak.

Icha kemudian berdehem dengan nada nakal membuat semua pasang mata di ruangan itu tertuju padanya. Buat kegaduhan dikit, gak ngaruh, kan? "Hai, Natasha, salken, ya. Gue Abbyscha Shannon, lo boleh manggil gue Yscha. Orang-orang yang dekat sama gue biasanya manggilnya sih Icha. Kayak Mike sama Wonu, mereka manggil gue Icha. Tapi kalau lo ngerasa mau dekat sama gue juga, gue izinin kok lo manggil gue Icha."

Sontak kelakuannya Icha itu mampu mendapatkan respon berbeda dari ketiga orang di sekitarnya.

Gue gak salah dengar, kan? Icha nganggep gue salah satu orang terdekatnya? Mike tersenyum tipis menahan rasa senangnya yang membludak.

Cewek gila! Dia ngomong apa barusan? Gue dekat sama dia? Najis! Wonu menatap sekilas Icha tak percaya, lalu kembali melanjutkan makanannya. Ada-ada saja gadis itu, tindakan Icha memang selalu di luar prediksi Wonu.

Dih, dasar cewe jelek! Belum apa-apa aja udah keluar sifat ularnya. Tunggu aja, Cacha bakalan ngebuat dia malu di depan Kak Mike sama Kak Wonu. Sejenak Cacha diam dengan memasang wajah polosnya sebelum akhirnya membalik memberikan respon kepada Icha.

Selanjutnya, gue harus jadi cewe yang tersakiti atau cewe yang menyakiti, ya? Icha bermonolog seolah ia harus menimbang tindakan yang akan diambilnya.

Ƹ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠ƷƸ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠ƷƸ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠Ʒ

Vote, ya vrenn demi menjaga mood nulis author.
Follow juga biar dapat notifikasi kalau sudah update part terbaru!

My Arrogant HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang