"Astaga ... Sorry! Gue kira tadi sampah, makanya gue singkirin! Sorry banget, ya? Gue gak tau kalau lo juga ternyata orang."
"Ya elah, Zi. Emang sampah, kok. Gak liat apa, tampangnya kayak cewek murahan? Iya, gak, Ni?"
"Hahaha, iya banget lagi, Kei. Dasar cewek gak punya malu! Keganjenan banget, sih sampai berani-beraninya ngegoda cowok ganteng."
Icha yang mendengarkan semua cibiran tak bermoral dan terpental ke lantai itu mengepalkan kedua tangannya kuat membuat buku-buku jemarinya memutih sembari menggeram kesal di tempat. Napasnya berderu hangat dengan kesabarannya yang kian detik kian menipis. Ia merapikan rambut yang menutupi hampir seluruh wajahnya ke belakang telinganya, lalu menoleh kepada orang yang berani mencari masalah dengannya.
Manik mata coklat Icha berkilat tajam seolah akan segera menerkam lawan di hadapannya. Di sana terdapat tiga gadis yang sebaya dengannya. Gadis ini yakin, perempuan gila yang ada di depannya itu adalah Zielle, Keira, dan Nianna. Para perundung yang selalu mengganggu Abbyscha Shannon. Dapat dibuktikan karena salah satu diantara mereka memiliki poni yang diblonde sebagaimana yang ditulisnya di novel My Arrogant Husband.
Gue keterlaluan banget nulis takdir untuk Abbyscha Shannon sememuakkan ini. Bisa-bisanya gue ngebuat second lead dengan temperamen lemah lembut yang gak bisa ngelawan. Ya ampun, sorry banget Icha karna gue gak pernah mikirin penderitaan lo sampai sejauh ini.
Icha meringis sebal. Ia tidak boleh diinjak-injak dengan mudah sekarang. Ia sudah bertekad membalas semua perbuatan keji gadis-gadis jahanam yang selalu merasa berkuasa atas dirinya itu. "Ais, SHIBAL SAEKKIYAAA!" teriak Icha penuh tenaga. Gelombang suaranya sampai memenuhi seisi kantin membuat orang-orang yang ada di sana makin berdatangan untuk menonton mereka.
Icha berdiri cepat dengan dada yang kembang kempis tak karuan dan langsung melangkah mendekati Zielle tanpa rasa takut, berniat untuk menjambak rambut gadis jahanam itu dengan kedua tangannya. Namun, tindakannya dihentikan saat Wonu berdiri dari duduknya dan menyela perkelahian yang seharusnya sudah terjadi.
"Cha, berhenti," pinta Wonu dengan nada dingin. Ia beranjak dari zona nyamannya dan berjalan mendekati Icha - berdiri tepat di sebelah perempuan yang ia labeli dengan frasa 'gadis gila'.
Sebenarnya Wonu tak ingin ikut berurusan sama hal yang bersangkutan dengan Icha, tetapi mereka sudah terikat dengan sebuah janji. Kalau ia tak membantu gadis ini sekarang, berarti bisa saja Icha tak perlu menepati janjinya beberapa jam yang lalu. Wonu tak ingin itu terjadi. Ia ingin hidupnya kembali tenang seperti hari-harinya yang dulu.
Wonu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Mata elangnya menatap remeh satu-satu pada ketiga gadis yang mengganggu Icha. Ia tersenyum licik bak iblis yang menertawakan tingkah konyol manusia.
Wonu menggaruk keningnya yang tak gatal. Lalu fokus memandang perundung gadis yang akhir-akhir ini selalu membuatnya kesal. Ia menghela napas, kakinya mengambil satu langkah ke depan. "Jadi cecunguk-cecunguk yang kayak gini yang selalu gangguin adek gue, hm?"
Bukannya mendeklarasikan dirinya sebagai pacar Icha, Wonu malah memilih untuk menjadi abangnya. Icha kesal karena Wonu melaranggar naskah yang telah mereka sepakati sebelumnya, tapi ia juga tidak bisa mundur atau tidak punya pilihan lain sekarang selain menyimbangi kebohongan yang dimulai lelaki angkuh itu.
Wonu menundukkan tubuhnya - menyamakan tinggi bibirnya dengan telinga Zielle sembari berbisik, "Kebetulan banget lo sendiri yang nyari mati. Lo liat di pojok atas bagian kanan sana? Di sana ada CCTV." Zielle menengguk salivanya susah payah, bola matanya ikut gemetaran mencari CCTV yang dikatakan Wonu barusan.
"Lo dan dayang-dayang lo yang gak bernilai sama sekali itu, ngomong apa tadi? Adek gue murahan?" Zielle masih diam memasang telinga baik-baik untuk mendengarkan semua hal yang keluar dari mulut lelaki beraura mengerikkan di depannya ini. Sementara Keira dan Nianna saling melirik dalam bisu.
"Perlu lo tau, gue bisa ngebuat lo dan cecunguk-cecunguk lo itu di DO dari sini, besok atau hari ini juga bisa." Wonu mengambil jeda. Untuk pernyataannya barusan, semua itu adalah kebohongan. Ia hanya berniat menakut-nakuti Zielle dan kedua pengikutnya.
"Gue tau, lo ngejual diri sama dosen-dosen perut buncit demi nilai A, kan? Kira-kira kalau gue ngelaporin lo sampai ke telinga rektor, selain di DO, apa lo bisa tetap hidup dengan ngehadapin sanksi sosial?" Untungnya, Icha sudah mengatakan semua informasi yang bisa menyudutkan gadis ini. Jadi, Wonu hanya perlu membuat nyali Zielle terus menciut.
Zielle yang sudah berkeringat dingin langsung mendorong tubuh Wonu untuk menjauh darinya. Deru napasnya sampai tak karuan. Ia melihat Wonu dengan tatapan tak suka. "LO KIRA LO SIAPA BISA NGANCEM GUE, HA?" Emosi Zielle yang sedari tadi ditahannya, akhirnya meledak karena pancingan Wonu.
"LO KIRA GUE BODOH?" Padahal Zielle masih mau melanjutkan amarahnya yang membludak, tapi Icha malah ikut bersuara.
"Emang lo bodoh. Bodoh banget malah. Baru sadar?" tanya Icha santai sambil melipat kedua lengannya di dada. Menatap Zielle dan kawan-kawannya dengan tampang menantang.
"LO KIRA GUE GAK TAU APA, KALAU DIA INI BUKAN ABANG LO?"
Icha menghela napasnya seolah meledek Zielle yang lagi marah-marah. "Huh, kata siapa, sih?"
"KATA LO BANGSAT! LO SENDIRI YANG NGOMONG KALAU LO ITU ANAK TUNGGAL!"
"Emang, iya? Gak tau, sih gue lupa."
"BANGSAT LO! LO ITU CUMA CEWEK MURAH YANG MISKIN ..."
"Miskinan mana? Miskinan gue atau miskinan lo pada yang ngerampas barang-barang gue?"
"Heh, Icha! Mulut lo dijaga, ya! Kita gak pernah tuh ngerampas barang-barang lo. Lo sendiri, ya yang ngasih dengan senang hati." Kali ini Keira yang bersuara.
Nianna mengangguk membenarkan ucapan Keira barusan. "Iya. Lo sendiri yang bilang, barang yang lo kasih itu hadiah untuk kita karena udah mau berteman sama lo."
"Guys, seret aja si cewek gak tau diri itu dari kantin. Kita kasih pelajaran dia di luar," pinta Zielle yang sudah sedikit meredakan emosinya.
Melihat Keira dan Nianna yang akan bergerak, lantas Wonu berdiri tepat di depan Icha. "Berani lo pada sama gue, hm?" Tatapan Wonu seolah mencengkram kedua gadis suruhan Zielle.
"LO GAK USAH IKUT CAMPUR, YA!" bentak Zielle lagi. Ia sampai mendorong dada bidang Wonu dengan kasar, tapi tenaganya tidak cukup kuat untuk membuat cowok itu berpindah tempat.
Plak! Sebuah tamparan hangat mendarat di pipi Zielle. Orang yang melakukannya tidak lain dan tidak bukan adalah gadis yang tiba-tiba datang dan langsung ikut berurusan. "HEH, CEWEK JAMET! BERANI BANGET KAMU NGEDORONG-DORONG KAK WONU. KAMU KIRA KAMU ITU SIAPA, HA?"
Cacha? Batin Wonu dan Icha yang terkejut secara bersamaan.
Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ
Sudah chapter 13 aja, vreen :)
Jangan lupa votenya, ya! See you di chapter selanjutnya!Bye-bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Husband
Novela Juvenil[AKU LAGI KULIAH. SABAR, YA] "Kamu dan aku, seindah cahaya lensa." William J. Wonwoo Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ Perempuan cantik bernama lengkap Abbyscha Shannon yang kerap disapa Icha itu tersentak kaget, pasalnya kini terdapat sesosok anak mud...