Ck, gini doang gue udah tambah jijik sama dia.
Wonu kemudian melepaskan sentuhannya pada dagu Icha. Ia kembali menegakkan tubuhnya seperti semula. Lalu melangkahkan kakinya melewati gadis itu untuk pergi menjemput Cacha.
Icha memutar tubuhnya, menggeram kesal menatap punggung lebar milik cowok tak berperasaan itu. "Gue bakalan jujur sama Mike tentang apa yang udah terjadi diantara kita."
Wonu berhenti melangkah. Tangannya yang berada di dalam kedua saku celananya itu terkepal kuat. Setelahnya, ia menenangkan rasa emosinya dengan memasok banyak oksigen untuk mengisi paru-parunya. Baiklah untuk kali ini saja ia akan mengalah melawan gadis itu. Lantas ia membalikkan badannya menghadap Icha sembari memandang gadis di sana dengan tak bersahabat. "Apa mau lo?"
Icha menyembunyikan kedua tangannya di belakang bokongnya. Jari-jarinya di sana terus saling tertaut tak teratur. Ia berpikir keras mengenai permintaannya yang sedikit memalukan ini. "Itu ..." Icha masih ragu untuk mengatakannya. Sedangkan Wonu hanya menghela napas lelah menunggu gadis ini mengucapkan kemauannya.
"Gue mau minta tolong ..." Lagi-lagi Icha menjeda perkataannya karena terlalu malu membuat Wonu menggertakkan rahangnya kesal.
"Cha, gue udah gak ada waktu, nanti gue pulang aja lo ngomongnya." Vokal suara Wonu terdengar tak sekasar biasanya. Tidak menunggu persetujuan dari Icha terlebih dahulu, ia pun langsung membalikkan tubuhnya untuk melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda sebab ulah gadis itu.
Icha menggepalkan tangannya dikedua sisi tubuhnya. Matanya ia pejamkan kuat-kuat seolah ini bisa menahan rasa malunya yang akan segera mencuat. "GUE CUMA MAU MINTA TOLONG BELIIN GUE PAKAIAN DAN DALEMAN UNTUK GUE PAKAI!" Akhirnya lepas sudah beban yang ingin ia utarakan.
Wonu lagi-lagi terhenti karena tuturan Icha. Jantungnya bahkan sempat berhenti berdetak karena mendengar permintaan gadis itu yang menurutnya sangat mengejutkan. Dia bahkan sampai membuatnya menutupi kedua pipinya yang tiba-tiba merona menggunakan salah satu telapak tangannya.
Gila! Apa-apaan ini!
Wonu berdehem pelan tanpa menoleh ke Icha. Ia tidak boleh terlihat bersikap blak-blakan, ia harus tetap terlihat tenang. "Pakai baju lo dulu sekarang. Gue tunggu lo di mobil."
"Gu-gue ikut?" tanya Icha dengan polosnya.
GUE GAK TAU UKURAN DALEMAN LO, BODOH!
"Hm."
Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ
Wonu dan Icha telah berada di mall terbesar di kota ini. Di dalam mall, Icha kadang berjalan kadang berlarian menikmati setiap sudut bangunan yang memanjakan mata para pengunjungnya. Sedangkan Wonu hanya memasang tampang datar mengikuti setiap langkah Icha dari belakang.
Sekarang, Wonu dan Icha sudah di salah satu toko penjual pakaian. Icha memilah-milah satu set pakaian dan daleman yang akan ia kenakan. Sementara Wonu hanya duduk tenang di kursi tunggu, melipat kedua lengannya di dada sambil bersandar di kepala kursi. Ia tak melepaskan pandangannya melihat kelakuan Icha yang kekanak-kanakan.
Cewek aneh.
"Nu, menurut lo warna daleman mana yang harus gue pilih? Pink atau ungu?" Icha memamerkan dua set daleman di tangannya kepada Wonu.
Detik itu juga Wonu langsung terbatuk-batuk di tempat karena keselek dengan salivanya sendiri setelah mendengar pertanyaan Icha, juga melihat pakaian dalam seorang perempuan secara langsung. Ia menurunkan pandangannya ke bawah sembari menutupi wajahnya frustasi. Apa-apaan gadis itu? Dia mau membuatnya salah tingkah di tempat umum seperti ini?
"Wah, Mba, suaminya kayaknya malu-malu, ya?" Pelayan toko itu ikut mengompori.
Icha menepuk-nepuk pundak pelayan itu dengan pelan. "Hahaha, iya Mba. Suami saya mah emang gitu. Suka malu-malu. Padahal, kan dia udah liat semuanya."
Rasa muak dan malu Wonu sudah diambang batas. Ia berdiri dari duduknya. "Lo tunggu di sini. Gue haus, mau beli minuman dulu." Lalu Wonu pergi meninggalkan toko itu. Sementara Icha kembali melanjutkan memilih pakaiannya.
Adek gue kenapa mau sama cewe kayak gitu, sih? Wonu geleng-geleng tidak habis pikir.
Beberapa menit pun berlalu dan Wonu sudah sedaritadi kembali ke toko pakaian.
"Wonuuu, menurut lo yang ini gimana? Cocok gak?"
Wonu mengangkat wajahnya untuk melihat penampilan Icha yang ketujuh kalinya. Gadis itu kali ini mengenakan baju yang sebatas atas pusar dan celana jeans yang hanya sebatas setengah paha. Wonu menghela napas lelah. "Udah. Cukup. Biar gue yang pilihin." Wonu kemudian berdiri dari duduknya dan pergi memilah satu set pakaian untuk Icha. Setidaknya, pilihannya akan lebih normal dibanding gadis itu.
Akhirnya, Wonu membelikan gadis itu satu set pakaian yang lebih tertutup. Icha menggerutu kesal, tapi mau tidak mau ia harus mengenakannya. Suasana hati Icha yang buruk tidak berlangsung lama takala manik coklatnya menangkap toko cemilan di ujung sana - tak jauh dari tempatnya berjalan.
Icha mencolek lengan Wonu yang melangkah berdampingan dengannya. Lagi-lagi, Wonu menghela napas lelah, tatapannya yang memandang lurus tidak berpaling sama sekali ke arah lain.
"Apa lagi?"
"Gue laper. Mau minta beli cemilan dong ganteng. Boleh?" Icha terus melangkah sambil mengangkat pandangannya untuk melihat wajah Wonu.
"Hm." Wonu langsung menyetujui permintaan gadis itu. Ia malas harus menghadapi rengekan Icha alih-alih jika ia menolak.
"Yeee, thank you banget, gantenggg! Gue duluan, ya?" Icha berlari terburu-buru menuju toko cemilan tersebut meninggalkan Wonu. Sementara Wonu tetap berjalan biasa saja seraya mengawasi tingkah laku gadis ajaib itu dari jauh.
Benar-benar cewe aneh. Dia jadi kekanak-kanakan hanya karna gue bawa ke sini. Huft, apa dia emang cewe yang berantem sama gue tadi pagi?
Saat semua cemilan yang Icha inginkan terbayarkan, Wonu menegaskan pada gadis itu untuk menyudahi memanjakan dirinya sekarang. Pasalnya, ia harus segera menjemput seseorang sebab dirinya sudah sangat-sangat terlambat.
Icha memakan cemilannya sambil berlari-lari kecil di mall. Masalah belanjaannya ia tidak pusingkan karena semuanya dibawakan oleh Wonu.
Hidup begini, ternyata mengasyikkan juga.
Brukkk!!!
Icha tiba-tiba jatuh, tersandung oleh kakinya sendiri membuat cemilannya yang sedang ia nikmati berhamburan di lantai. Wonu sekali lagi menghela napas lelah.
Pura-pura gak kenal, gak berdosa, kan? Wonu tetap berjalan melewati Icha yang terjatuh.
"Wonuuu, Wonuuu, jangan tinggalin gue!" Akhirnya rengekan Icha pun keluar juga.
Wonu berhenti melangkah dan dengan berat hati berbalik menghampiri Icha. Ia menatap gadis yang terjatuh itu datar.
"Kaki gue sakit."
Wonu tanpa berkata-kata lagi langsung menundukkan tubuhnya. Memberikan punggungnya agar Icha bisa menggapainya. "Naik. Gue benaran gak ada waktu buat adu mulut sama lo."
"I-iya." Icha mengambil plastik cemilannya terlebih dahulu. Ia tau, isinya belum berceceran semua di lantai, lalu naik ke atas punggung Wonu.
Wow, kalau dirasain gini, punggungnya emang benar-benar sangat lebar, ya.
"Nu, itu siapa yang bakal ngeberesin?"
"Diam aja lo."
"Nu, gue berat, gak?"
Wonu kembali menghela napas lagi. "Iya."
"Nu, gue bisa loh pake gaya helikopter."
Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ
Jangan lupa buat vote, ya vrennn. Jadi silent readers itu biasa merusak mood nulis semua Author.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Husband
Ficção Adolescente[AKU LAGI KULIAH. SABAR, YA] "Kamu dan aku, seindah cahaya lensa." William J. Wonwoo Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ Perempuan cantik bernama lengkap Abbyscha Shannon yang kerap disapa Icha itu tersentak kaget, pasalnya kini terdapat sesosok anak mud...