Setelah perdebatan yang saling menjatuhkan harga diri itu usai, Wonu - si lelaki berkacamata itu, akhirnya memilih pergi meninggalkan kamar. Icha juga baru menyadari, ternyata ia sendiri sedari tadi berada di dalam hotel. Pantas saja interior kamar ini begitu mewah - tidak biasa jika dibilang ruang tidur seperti ini dimiliki oleh seorang remaja dua puluh tahunan secara pribadi.
Sejak kepergian Wonu, Icha terus-terusan mendumel sambil merapikan kasur. Emosinya akan terus terpancing jika mengingat setiap kata yang keluar dari mulut lelaki berkacamata yang penuh pesona itu.
"Anak kecil sialan itu, dia pikir dia siapa berani ngomong gitu ke gue?"
"Gue juga gak setepos itu, ya!" ucap Icha, kemudian berhenti merapikan kasur sembari pelan-pelan melirik bagian dadanya.
Saat itu juga Icha menghela napasnya bersamaan dengan memutar bola matanya. "Oh? Dia kayaknya emang gak salah, deh. YA TAPIKAN GAK SETEPOS ITU JUGA SAMPAI LANCANG BANGET NGATAIN GUE!"
Setelah itu, Icha melangkahkan kakinya dengan penuh kesal menuju kamar mandi. Ia harus menata tampilannya terlebih dahulu sebelum keluar dari hotel ini. Ketika sudah masuk dan menatap pantulan dirinya di cermin yang tertempel di dinding berwarna putih, detik itu juga sekujur tubuhnya langsung membeku di tempat dengan kelompak matanya yang melebar serta mulutnya yang sedikit terbuka akibat melihat perawakannya sendiri.
"Ini beneran gue? Emak-emak anak dua, perempuan dewasa umur tiga puluh lima? NGACO BANGET!" Icha menyentuh setiap sudut mukanya, mencubit kulitnya, sampai menggeleng-gelengkan kepalanya demi memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi di pagi hari.
"Ba-bagaimana bisa, gue kembali menjadi muda begini?" Icha kembali bertanya yang entah pada siapa. Ia kemudian menghela napas panjang guna meredakan seluruh keterkejutan yang terus berdatangan beberapa jam terakhir ini.
"Aw," desis Icha kesakitan sambil memegangi kepalanya yang tba-tiba saja terasa nyeri.
Ini kayaknya gue kebanyakan mikir, deh. Oke. Sekarang gue hanya perlu ngebersihin diri dulu secepat mungkin, terus keluar dari hotel ini. Urusan gue kembali muda atau apalah, ntaran aja gue mikirinnya. Usai bermonolog panjang lebar, Icha kemudian benar-benar fokus merapikan dirinya.
Setelah itu, ketika Icha sudah siap dari segala aspek, tanpa rasa ragu Icha keluar dari kamar mandi. Namun, ia kembali dibuat kaget waktu manik coklatnya menangkap seorang William J. Wonwoo berada di dalam kamar. Bukannya tadi dia sudah pergi? "Wo-Wonu?"
Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ
Wonu kembali melangkahkan kaki panjangnya dengan ogah-ogahan menuju kamar yang ia gunakan semalam bersama gadis berwajah kalem, tapi tidak dengan sifatnya. Ia sendiri tak habis pikir, bagaimana bisa ia terlena dengan godaan gadis pendek berwajah pucat itu? Jika diamati dari kejadian beberapa menit yang lalu, sepertinya tidak ada yang menarik dari gadis berambut coklat itu. Apa karena rintihan, desahan, gairah atau desakan napasnya yang saling memburu semalam itu yang membuat diri ini sedikit goyah?
Sial! Apa yang barusan gue pikirin? Sejak kapan gue jadi mesum begini? Wonu menyadarkan dirinya dengan menepis semua pikiran-pikiran yang baginya tidak masuk akal.
Kini, Wonu sudah berada di depan pintu kamar. Tanpa perlu mengetuk lagi, ia langsung membukanya dan masuk ke dalam sana. Tujuannya ke sini bukan untuk beradu mulut lagi dengan Icha, melainkan mencari ponselnya yang dilupakannya.
Sinting, dia yang ngeberesin kamar ini? Hah, ada-ada saja, memangnya dia pegawai hotel ini? Sepertinya, semua hal yang dilakukan Icha dipandangan Wonu merupakan dosa besar.
Wonu tidak peduli apa pun sekarang. Saat itu juga ia langsung mengobrak-abrik kamar itu untuk menemukan ponselnya. Namun, sudah sekitar lima menit berlalu usahanya masih saja tetap nihil. Sebenarnya, ponselnya ada di mana?
"Wo-Wonu?" Sontak, Wonu menoleh ke sumber suara yang sudah tak lagi asing di telinganya.
"Lo ngapain lagi ke sini? Bukannya tadi lo udah pergi, ya? Terus, sekarang kenapa lo kembali dan ngeberantakin semuanya?"
Ingat, Wonu sudah tak peduli lagi sama apa pun sekarang. Ia sudah malas membuang-buang tenaga untuk bertengkar dengan gadis menyebalkan ini.
Wonu menghela napas sambil tersenyum tipis dengan ekspresi tidak menyangka. Ia melangkah mendekati Icha yang berada tepat di depan pintu kamar mandi. Kemudian menarik ponsel yang ada di genggaman gadis itu.
Sudah Wonu tegaskan jikalau ia tak mau berurusan dengan Icha lagi. Sekarang, ia enggan mengatakan sepatah katapun dan langsung membalikkan badannya untuk pergi dari hadapannya, tetapi Icha tidak membiarkan niatnya itu terjadi. Gadis ini dengan berani menahan pergelangan Wonu.
"Balikin hp gue," minta Icha dengan baik-baik. Walau ia tau betul kalau ponsel itu memang milik Wonu. Hanya saja, ia tidak punya pilihan lain. Saat ini, ia sama sekali tidak mengingat apa-apa tentang dirinya dan tak memiliki uang sepeser pun. Kalau ponsel itu diambil, lantas apa yang akan ia jual untuk mendapatkan uang?
Wonu benar-benar tidak ingin berurusan dengan omong kosong yang dibuat Icha sehingga ia menepis cepat tangan gadis itu dan kembali pergi.
Icha menghela napas sebal, lalu sedikit berlari ke depan Wonu untuk menghalangi jalan lelaki berbadan tegap itu.
"Lo cuma punya tiga pilihan," kata Icha. Wonu hanya diam, menatap datar gadis pendek di hadapannya.
"Pertama, lo balikin hp itu ke gue. Kedua, lo ngasih gue uang tunai tiga juta, dan yang ketiga, lo ngebiarin gue tinggal di rumah lo untuk sementara waktu. Silahkan, lo pilih yang mana?"
"Gak ketiganya," jawab Wonu, kemudian melongos pergi meninggalkan Icha.
Icha membalikkan badannya, menatap tajam punggung lebar milik cowok itu. "Kalau lo gak milih salah satu dari permintaan gue, gue bakal laporin lo ke polisi dengan tuduhan udah memperkaos gue," acam Icha dengan getaran vokal yang sedikit keras.
Lontaran kalimat Icha barusan berhasil membuat Wonu berhenti melangkah. Wonu tertawa kecil mendengar itu, lalu memutar badannya menghadap gadis yang kini ia cap sebagai 'Perempuan tak memiliki rasa malu, walau sedikit'.
"Laporin? Silahkan. Gue juga bakal laporin lo balik atas dasar pencemaran nama baik. Bukannya lo udah liat sendiri, di tubuh kita berdua ada banyak tanda kepemilikan?" Setelah mengatakan ini, Wonu melanjutkan perjalanannya hingga benar-benar menghilang dari pandangan Icha.
Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ
• William J. Wonwoo (Wonu)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Husband
Fiksi Remaja[AKU LAGI KULIAH. SABAR, YA] "Kamu dan aku, seindah cahaya lensa." William J. Wonwoo Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ Perempuan cantik bernama lengkap Abbyscha Shannon yang kerap disapa Icha itu tersentak kaget, pasalnya kini terdapat sesosok anak mud...