Wonu mengecek jam tangan yang melilit sempurna di pergelangan kirinya untuk yang kesekian kalinya. Sudah sekitar lima puluh lima menit mereka menunggu di parkiran. Artinya, waktu yang dimiliki Zielle and the geng tersisa lima menit lagi.
Cacha mengamati Icha yang berada di sampingnya dan Wonu yang duduk tak jauh dari mereka itu secara bergantian. Sejak insiden prank yang dilakukan Abbyscha Shannon tadi, keduanya jadi sama-sama diam membuat keheningan ini terasa begitu berat dan parahnya Cacha harus terjerat di dalamnya juga untuk ikut-ikutan membisu - ia takut, keadaan bakalan ruyam jika sampai mengeluarkan suara sedikit pun.
Cacha menghela napasnya sebab kebosanannya telah mencapai tingkat kejenuhan level tinggi. Sekali lagi, ia menoleh ke Icha yang kerjanya cuma melihat-lihat pemandangan disekitar dengan tampang polosnya.
"Kak Icha," panggil Cacha yang akhirnya memberanikan dirinya untuk bersuara, tetapi masih dengan oktaf yang rendah. Malah suaranya yang terlampau pelan itu bisa disebut seperti berbisik.
Icha pun menoleh ke sumber suara dengan ekspresi yang penuh tanda tanya seolah mimik mukanya itu dapat menjabarkan pertanyaan-pertanyaan seperti kenapa dan ada apa?
"Pulang sebentar, Kak Icha bakalan bareng sama Kak Wonu lagi?" tanya Cacha yang asal memilih topik.
Icha mengangguk ringan tanda mengiyakan pertanyaan gadis di depannya itu. "Iya. Mau sama siapa lagi coba kalau bukan sama dia?" Icha pun sampai ikut bersuara pelan - meniru oktaf bicara Cacha yang lebih menjurus keberbisik itu. Walau ia masih curiga dengan perubahan sikap Cacha yang terlalu signifikan terhadapnya, tetapi menurutnya tidak ada salahnya juga jika mengikuti alur untuk sementara waktu. Barangkali, Cacha memang benar-benar berubah.
"Emm .... Kak Icha, gimana kalau Kaka bareng Cacha aja? Biar Cacha yang ngantarin Kak Icha ke kos Kaka. Cacha beneran pengen dekat sama Kak Icha. Mau, ya? Mau, ya?" tawar Cacha dengan nada meminta. Manik matanya bahkan sampai berbinar dengan telapak tangannya yang menggenggam erat tangan Icha seakan memohon pada gadis di hadapannya itu agar mengabulkan permintaannya yang tidak seberapa ini.
Icha nampak berpikir mempertimbangkan tawaran menarik dari Cacha. Apa gue terima aja kali, ya? Kalau dipikir-pikir pun gak akan ada ruginya juga gue mengiyakan tawaran anak ini.
Icha pun kemudian mengalihkan pandangannya pada lelaki yang terus diam - yang sedari tadi sibuk pada benda pipih di genggamannya itu. Emm ... Pasti kalau gue minta antarin ke kos sama dia, sudah jelas, kan kalau gue bakalan adu mulut dulu sama dia sebelum jalan?
"Oke," jawab Icha tanpa pikir panjang lagi.
Setelah mendengar jawaban Icha, ekspresi Cacha terlihat bahagia bak bunga mawar yang merekah sempurna di musim semi. Cacha kembali berbisik, "Kak Icha. Cacha mau nanya. Kak Icha punya rasa suka, gak sama Kak Mike?"
Spontan, Icha menggelengkan kepalanya tanpa ada rasa curiga sedikit pun. "Nope."
"REALLY? THIS IS NOT A JOKE, KAN KAK?" tanya Cacha histeris sampai melupakan fakta bahwa sebenarnya mereka sedang berbicara dalam keadaan berbisik.
Kan, Cacha udah duga. Gak ada alasan buat Cacha untuk ngebenci Kak Icha. Huhuhu, barusan kayaknya Cacha kelewat senang, deh sampai ngebuat Kak Icha kaget gituuu.
"I-Iya." Icha jadi gagap sendiri saking syoknya melihat reaksi berlebihan yang diberikan Cacha sekaligus baru menyadari akan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilupakan. Kisah cinta yang rumit di novel My Arrogant Husband. Di mana:
Abbyscha Shannon (Icha) ---> William J. Wonwoo (Wonu) ---> Natasha Miraculous (Cacha) ---> Michael K. Mingyu (Mike) ---> Abbyscha Shannon (Icha).
Note: *---> = menyukai.
Entahlah, ternyata kisah cinta segiempat itu lebih rumit ketika berada di dalamnya ketimbang saat Icha menulisnya dan memikirkan jalan keluar yang tepat dari permasalahan tersebut untuk setiap karakter. Istilahnya kalau kata orang-orang, bicara itu mah gampang yang sulit itu prakteknya.
"Kamu kenapa, Cha?" Vokal berat itu tiba-tiba terdengar di telinga kedua gadis yang tengah berdialog ini. Wonu - lelaki yang sedari tadi diam dengan tenang, kini sudah berdiri di dekat Cacha dan Icha.
Sontak, Cacha dan Icha secara bersamaan mengangkat wajahnya melihat Wonu yang memasang tampang datar. Icha, sih sudah tidak heran, malah terbiasa dengan lekukan muka seperti itu, tapi tidak dengan Cacha. Ini pertama kalinya ia mendapati ekspresi itu pada Wonu. Apa Wonu sedang marah kepadanya?
"K-Kak Wonu?" Suara Cacha bahkan terdengar ragu-ragu untuk keluar.
Icha menghela napas dan mencoba menenangkan gadis di sebelahnya. "Dia emang gitu, kok kalau sama gue. Gak ada senyum-senyumnya. Lo tenang aja, dia gak bakalan bisa marah sama lo," bisik Icha sambil menatap Wonu tak suka.
"Gak usah bisik-bisik lo. Gue masih bisa dengar." Aura kutub Utara Wonu kian detik kian mengental.
"K-Kak Wonu. Tadi itu Cacha cuma kaget karna seneng, kok. Kak Icha gak ngapa-ngapain Cacha." Cacha berusaha menjadi tameng untuk Icha. Lagi pula memang benar, Icha sama sekali tidak berbuat apa-apa terhadapnya. Kenapa Wonu harus semarah dengan tampang semengerinkan itu?
Icha tersenyum jahil melihat Wonu yang juga tengah menatapnya dingin, lalu ia memeluk punggung kecil milik Cacha seolah mengisyaratkan kepada Wonu kalau gadis di dekapannya ini lebih sayang dengannya.
"Udah dengar, kan kata adik gue? Kalau gue gak ngapa-ngapain dia? Iya, kan Cha?" Icha memprovokasi perasaan kesal Wonu dan Cacha cuma mengangguk sebagai jawaban.
Wonu menggertakkan rahangnya kuat. Sekarang apalagi ini? Habis Mike dan keperjakaannya, kini hati Cacha juga yang ingin gadis itu renggut? Hah, benar-benar gila! Menurut Wonu, Icha memang pantas jika disebut sebagai wanita ular penuh siasat.
"Cha. Kasih tau Kaka, apa aja yang udah kalian ngomongin?"
Icha tahu betul, pertanyaan itu ditujukan untuk Cacha. Namun, Icha tidak bisa membiarkan Wonu semena-mena akan egonya.
"Itu bukan urusan lo, ya!" balas Icha sedikit membentak.
Wonu menghembuskan napasnya berat. "Gue gak lagi ngomong sama cegil kayak lo. Cha, kamu dengar Kaka, kan?" desak Wonu.
"Apa, sih kepo banget jadi cowok! Pengen tau banget pembahasan cewe, ha?" Lagi-lagi Icha yang menjawab dengan tak santai.
Wonu mengabaikan Icha. Ia tahu betul, meladeni gadis aktif no lobet-lobet itu tidak akan ada akhirnya. "Cha, Natasha Miraculous, kamu dengar pertanyaan Kaka, kan?"
"Kita tadi ngomongin soal haid. Kenapa, lo HAID JUGA, HA?"
Mendengar itu, Wonu langsung tercengang di tempat. Ia bahkan sampai tidak bisa berkutik lagi untuk membalas perkataan Icha barusan. Pantas saja tadi Icha bilang ini bukan urusannya. Jadi, ini alasannya?
"Kaka-kaka, udah. Gak usah bertengkar lagi. Itu, itu si cewek jamet udah datang." Paling tidak, Cacha berhasil mencairkan suasana.
Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ
Votenya vreennnn :)
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Husband
Fiksi Remaja[AKU LAGI KULIAH. SABAR, YA] "Kamu dan aku, seindah cahaya lensa." William J. Wonwoo Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ Perempuan cantik bernama lengkap Abbyscha Shannon yang kerap disapa Icha itu tersentak kaget, pasalnya kini terdapat sesosok anak mud...