Plak! Sebuah tamparan hangat mendarat di pipi Zielle. Orang yang melakukannya tidak lain dan tidak bukan adalah gadis yang tiba-tiba datang dan langsung ikut berurusan. "HEH, CEWEK JAMET! BERANI BANGET KAMU NGEDORONG-DORONG KAK WONU. KAMU KIRA KAMU ITU SIAPA, HA?"
Cacha? Batin Wonu dan Icha yang terkejut secara bersamaan.
Zielle memegang pipinya yang teras hangat dengan mulut yang sedikit terbuka. Pupil matanya melebar, melotot tak santai ke arah Cacha takala amarahnya semakin dibakar oleh gadis itu. Tanpa banyak bicara lagi, ia langsung melayangkan telapak tangannya untuk membalas kelakuan perempuan yang tak dikenalnya itu. Namun, belum sempat menyentuh wajah Cacha, pergelangannya dicegat cepat oleh Wonu.
"Ini peringatan gue baik-baik yang terakhir kalinya. Kalau sampai lo berani nyetuh mereka lagi walau sehelai rambut pun, gue janji bakalan ngehancurin hidup lo sehancur-hancurnya," ancam Wonu dengan tatapan yang super dingin. Bahkan ucapannya barusan terdengar sangat serius.
"Aw, sakit tau! Lepasin gak?" lirih Zielle kesakitan yang tak mampu melepaskan tangannya sambil melihat tak suka kepada Wonu. Pasalnya pergelangannya dicengkeram dengan begitu kuat. Ujung-ujung jemari lelaki itu menekan hebat di selang nadinya.
"Paham?" tanya Wonu masih belum melonggarkan genggamnya. Mata elangnya masih beradu dengan mata seorang gadis yang dipandangannya terlihat seperti seekor anak ayam yang tak mampu berbuat apa-apa.
"Iya, gue paham! Lepasin, gak?" Suara Zielle lebih meninggi dari yang tadi dan syukurlah Wonu benar-benar melepaskannya.
Zielle meringis kesakitan seraya memeriksa pergelangannya yang memerah karena ulah lelaki tak berperasaan itu. Sementara Keira dan Nianna yang berada di belakang Zielle hanya bisa membisu dengan tubuh yang saling berdempetan, saling menyenggol bahu sesekali, dan saling melirik seolah mengisyaratkan bahwa nyali mereka sudah menciut, serta saling suruh menyuruh dengan gerakan mulut untuk meminta kepada Zielle agar menyudahi ini.
"Gue beri waktu lo bertiga satu jam dari sekarang buat kembaliin semua barang adek gue. Gue tunggu lo semua di parkiran. Kalau sampai kalian gak datang, silahkan tanggung sendiri akibatnya nanti."
"Ayo, Cha kita ke parkiran," ajak Wonu menoleh kepada gadis di sampingnya yang tak lain adalah Cacha. Ia meraih pergelangan gadis imut itu untuk pergi dari kantin. Akan tetapi, ketika matanya bertemu dengan mata Icha, ia lalu menghela napas lelah dan memberi kode dengan dagunya untuk menyuruh gadis gila itu supaya ikut dengannya juga.
Cha? Cha siapa, sih yang lo maksud Wonu BODOH! Huh, gini amat hidup jadi figuran!
Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ
Wonu membuka lebar-lebar pintu belakang mobilnya dan mengambil kursi lipat outdoor untuk dirinya. Lalu mempersilahkan Cacha dan Icha untuk duduk di jok belakang mobil.
"Cha, lo kok bisa ada di sini?" tanya Wonu membuka percakapan sambil merakit kursi untuk ia pakai.
"Ah, itu ..." Saat Cacha ingin menjawab, Icha tiba-tiba menyela.
"Tunggu-tunggu. Bisa gak, sih lo perjelas Cha itu untuk siapa? Cacha atau Icha? Soalnya, gue kadang bingung lo itu manggil siapa, sih?" Icha memutar bola matanya malas dengan lengan yang dilipat di atas dada.
Wonu tampak berpikir sebentar. "Cha itu cuma untuk Cacha."
"Terus gue?" Icha makin nyolot. Cacha yang ada diperbincangan mereka diam saja - memilih memperhatikan dengan ekspresi bingung.
"Lo itu Gil, alias cegil," ejek Wonu singkat dengan nada datar, lalu kembali merakit kursinya. Ia sudah berniat bakal mengacuhkan Icha kalau gadis itu masih berani protes.
"CEGIL?" Icha tampak tidak terima dengan julukan itu dan ya ... Wonu tidak meresponnya - tetap fokus pada pekerjaan yang lagi dilakukan.
Icha berdiri dari duduknya. Melangkahkan kakinya menghampiri lelaki yang membuatnya kesal setengah mati itu sembari berkacak pinggang. Maksud Wonu apa membedakan-bedakan begitu? Icha dan Cacha sama-sama cewek, tapi kenapa cuma dirinya yang dijuluki tak normal di mata lelaki angkuh itu?
"MAKSUD LO GUE CEGIL?" Wonu tetap pada pendiriannya - diam.
Icha menghela napas berat. Ia harus mencari cara agar lelaki di hadapannya ini buka suara. Sekitar sepuluh detik berlalu, ia pun tersenyum licik. Ia pura-pura batuk terlebih dahulu agar pancingannya terdengar mulus. "Cegil-cegil gini, tapi malam ..." Belum sempat Icha menyelesaikan kalimatnya, dengan kata 'malam' saja, Wonu langsung paham makna tersiratnya.
Wonu berdiri cepat dan menutup bibir Icha rapat-rapat. Ia melototi Icha seolah menyuruh gadis itu untuk diam - jangan banyak bicara. "Gak usah ngomong yang enggak-enggak lo. Di sini ada Cacha," bisik Wonu sepelan mungkin dengan tampang tegang. Ia benar-benar sangat berharap gadis ini untuk tidak bertingkah dulu sekarang.
Icha menertawakan Wonu dalam hati. Tatapan mengejeknya terlihat jelas di manik coklatnya, tetapi bukan Abbyscha Shannon namanya kalau tidak kembali barulah.
Awok-awok, ganteng doang, tapi ... Ah, sial! Gue jadi gak bisa mikir! Masang tampang tegang aja dia tetap keliatan GANTENG!
Icha pun mulai beraksi lagi. Ia mengeluarkan lidahnya hingga membuat salivanya bersentuhan dengan telapak tangan Wonu yang menutupi mulutnya. Sontak karena terkejut, lelaki itu langsung melepaskan bekapannya. Dia bahkan makin melotot ke Icha.
"Lo benaran gila?" greget Wonu dengan suara pelan. Ia benar-benar kehabisan akal untuk menerka isi pikiran gadis ajaib di depannya ini. Sedangkan Icha dengan tidak tahu malunya malah tersenyum jahil sambil menaik turunkan alisnya dua kali.
Gila! Ini cewek benar-benar gak waras.
Di sisi lain, Cacha yang dari tadi hanya menonton, akhirnya terkekeh kecil di tempatnya membuat Wonu dan Icha yang lagi bertengkar dengan suara pelan itu menoleh kepadanya. Ia berdiri menghampiri kedua orang yang lebih berumur darinya itu.
"Kak Wonu dan Kak Icha lagi ngapain, sih? Cacha yang dari mobil aja ngeliatnya kayak lucu bangettt. Apalagi orang yang gak kenal Kak Icha sama Kak Wonu, pasti mereka mikir kalau Kak Icha dan Kak Wonu itu pacaran."
Lucu? Pacaran? Sama dia? Wonu dan Icha lantas saling melirik setelah mendengar pernyataan Cacha barusan.
Najis! - William J. Wonwoo.
Ah, seriously? - Abbyscha Shannon mencoba menyembunyikan senyumnya agar tidak merekah.
"Oh, iya. Kak Icha, tentang kejadian kemarin malam, Cacha minta maaf, ya kalau pertanyaan Cacha malah ngebuat Kaka tersinggung. Cacha cuma benar-benar mau berteman dekat sama Kak Icha. Boleh, kan?"
Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ
Vote-nya vreennnn. Oh, iya kalau kalian tipikal yang baca sampai akhir baru, kalau boleh usahakan vote-nya di chapter-chapter sebelum ini juga ya, see you vrennnn!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Husband
Ficção Adolescente[AKU LAGI KULIAH. SABAR, YA] "Kamu dan aku, seindah cahaya lensa." William J. Wonwoo Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ Perempuan cantik bernama lengkap Abbyscha Shannon yang kerap disapa Icha itu tersentak kaget, pasalnya kini terdapat sesosok anak mud...