••••
••••
Satu hari setelah hari pernikahan. Sepasang suami istri itu terlihat tengah sibuk mengemasi barang-barang yang akan mereka bawa. Tepat hari ini Jonathan Alby akan membawa Bryana untuk tinggal bersamanya dan meninggalkan rumah orang tuanya.
Tidak banyak barang yang wanita itu bawa. Dia hanya membawa pakaian, laptop, beberapa buku dan beberapa make up yang biasa wanita itu pakai sehari-hari. Beberapa kali dapat Alby lihat wanita itu menghela nafasnya sambil menatap seisi kamar.
Selama bertahun-tahun tinggal di rumah ini jelas saja Bryana merasa berat untuk meninggalkannya. Apalagi dia juga harus meninggalkan kedua orang tuanya dan membiarkan mereka tinggal hanya berdua saja.
Meskipun sering bertengkar dan nyaris tidak pernah akur dengan ibunya, tapi Bryana selalu tidak tega untuk meninggalkan orang tuanya.
"Udah?"
Suara itu membuatnya menoleh lalu mengangguk singkat sebagai tanggapan. Dia membiarkan Alby membawa koper miliknya, sedangkan ia membawa tas besarnya.
Saat sampai di bawah Bryana kembali menatap seluruh isi rumah. Ingatannya mengarah pada hari-harinya di rumah masa kecilnya ini. Tempat dia tumbuh besar. Tempat dimana dia dan adiknya bermain serta bertengkar diwaktu yang bersamaan.
Meskipun terkadang Bryana malas untuk pulang, tapi rumah ini adalah tempat terindahnya. Rumah masa kecil yang penuh dengan kenangan.
"Eh udah selesai? Kalian mau langsung berangkat?"
Sampai Bryana mendengar suara ayahnya yang membuat ia menoleh. Matanya menatap lekat pada sosok itu. Sosok penuh kesabaran dalam menghadapi dua orang wanita keras kepala. Sosok yang selalu menenangkan dan memberikan pelukan serta berusaha membuatnya tersenyum.
"Mama sudah buat makanan untuk kalian diperjalanan. Meskipun perjalanannya juga cuman sebentar, tapi enggak papa."
Dan suara ibunya terdengar. Bryana langsung mengalihkan pandangannya pada sosok wanita paruh baya itu. Sosok yang tidak pernah akur dan selalu berdebat dengannya, tapi juga sosok yang selalu maju paling depan untuk membelanya.
'Kamu itu keras kepala banget, sih.'
'Mama yang ajarin.'
'Ann!'
Bryana menunduk dan tersenyum ketika mengingatnya. Kalau dia ingat mereka sepertinya tidak pernah akur. Setiap hari selalu ada yang diperdebatkan karena dia dan ibunya sama-sama sosok yang keras kepala serta tidak mau mengalah.
"Ya ampun, Ann. Kamu ini gimana sih? Aduh, kamu ini sudah jadi istri orang masih aja enggak peduli sama penampilan. Pakai yang rapih dikit dong sayang, pakai dress biar lebih feminim.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sometimes Home Is A Person
Storie d'amore"Lo enggak tau apapun tentang gue, Alby." "Then let me know. Kasih tau semuanya. Kasih tau gue segala hal yang enggak bisa lo kasih tau ke orang lain. Kasih gue kesempatan untuk bisa singgah di hati yang selama ini lo tutup rapat, Ann."