04 : Pendekatan

244 31 6
                                    

Setelah semalam bercerita panjang lebar pada Alby kini Bryana merenung di dalam kamarnya. Dia merasa terlalu terbuka pada pria itu dan apa yang terjadi semalam itu diluar kendalinya.

Dia juga tidak tau kenapa semalam cerita itu bisa mengalir begitu saja. Dia juga tidak tau kenapa semalam dia hanya diam ketika Alby membawa kepalanya untuk bersandar di bahu pria itu.

Dan sekarang Bryana malu untuk keluar dari kamar. Setelah membuat sarapan ia langsung kembali ke kamar karena ia tidak mau bertemu Alby.

Sumpah dia malu sekali.

Tapi....

"Ann?"

Suara pria itu terdengar dan membuat Bryana meringis pelan. Alby mengetuk pintu kamarnya dan mengajak ia untuk sarapan bersama.

Agh Bryana malu!!!

"Ayo makan. Setelah makan Papa minta kita untuk ke kantornya," kata Alby dari balik pintu.

Bryana menghela nafasnya panjang sebelum pergi untuk membuka pintu. Setelah membuka pintu pun dia tidak mengatakan apapun dan langsung berjalan mendahului Alby yang terlihat kebingungan.

Perasaan dia tidak melakukan apapun, tapi kenapa Bryana tidak mau menatapnya. Apa mungkin dia marah karena semalam Alby merangkul pundaknya?

Alby segera menyusul dan menatap Bryana yang sudah duduk lebih dulu. Wanita itu terus berusaha untuk menghindari pandangannya yang membuat Alby semakin bingung.

Ini kenapa deh?

Dia salah apa, ya?

"Ann? Kamu marah?" tanya Alby.

"Enggak."

"Marah kenapa? Karena semalam aku rangkul kamu, ya?" tanya Alby.

"Enggak bukan," kata Bryana dengan cepat.

"Terus kenapa?" tanya Alby sambil terus menatapnya.

Bryana menghela nafasnya pelan. Ia mendongak dan menatap Alby dengan pipi memerah.

"Alby."

"Kenapa, Ann?" tanya Alby dengan penuh kelembutan.

"Yang semalam..., lupain aja. Aku malu karena tiba-tiba cerita panjang lebar kayak gitu ke kamu," kata Bryana pelan.

Setelah mendengar itu Alby terdiam. Satu alisnya terangkat karena merasa aneh ketika mendengar perkataan istrinya barusan.

Hingga kemudian ia tertawa karena merasa lucu.

"Kenapa malu?" tanya Alby.

"Aku enggak biasa, Alby. Semalam beneran kelepasan sampai cerita panjang lebar ke kamu, aku minta maaf," kata Bryana pelan.

Kali ini Alby tersenyum sambil menatapnya. Dia menatap sosok Bryana yang selalu berusaha untuk terlihat kuat padahal sebenarnya hati wanita itu sangat rapuh.

"Ngapain minta maaf? Aku sama sekali enggak keberatan denger cerita kamu. Kalau sama aku kamu bebas untuk cerita apapun dan selama apapun. Aku pasti bakal dengerin. Jangan minta maaf karena itu sama sekali bukan kesalahan," ujar Alby yang membuat Bryana terdiam.

Setiap hari dia selalu dibuat kagum pada sosok Alby. Pria itu tidak ada hentinya membuat ia percaya bahwa membuka hatinya sekali lagi bukan sebuah kesalahan. Dia membuat Bryana percaya jika cinta sejati itu memang nyata adanya.

Meskipun Bryana tidak tau semua sikap dan perlakuan pria itu akan selalu sama atau justru berubah seiring berjalannya waktu.

"Aku tau kamu enggak biasa menceritakan sesuatu dengan orang lain, tapi bukan berarti kamu harus minta maaf. Aku enggak tau masalah apa yang kamu hadapi sebelum kita ketemu yang jelas kalau sama aku jangan pernah ragu, Ann. Jangan pernah ragu untuk mengungkapkan apa yang kamu rasain, mau sedih, senang ataupun marah kamu bisa menunjukkan semuanya tanpa takut," kata Alby dengan seulas senyum yang membuat Bryana pun ikut tersenyum padanya.

Sometimes Home Is A PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang