••••
••••
"Kamu mau ngeliatin aku sampai kapan, Ann?"
Alby bertanya dengan senyuman. Dia menatap wajah istrinya yang hanya berjarak lima centimeter dari wajahnya. Tidak peduli waktu yang sudah menunjukkan pukul empat pagi, keduanya masih terjaga.
Mereka berpelukan tanpa bicara apapun. Pertanyaan yang baru saja Alby tanyakan adalah pembuka percakapan mereka dan pertanyaan itu masih belum mendapatkan jawaban.
"Enggak ngantuk?" tanya Alby lagi.
Satu tangan Alby terulur untuk mengusap lembut pipi Istrinya yang membuatnya memejamkan mata dan menikmati usapan lembut di pipi nya.
"Ann, tidur." Alby menunduk untuk menatapnya lebih dekat.
Dia melihat Bryana yang tersenyum dan malah mencium singkat bibirnya. Perbuatannya itu membuat Alby terkekeh lalu mencubit pipinya dengan gemas.
"Kenapa, Ann? Ada yang ganggu pikiran kamu? Ada yang mau kamu ceritakan?" tanya Alby dengan penuh kelembutan.
Bryana masih tidak mau menjawab. Dia merasa kalau ini bukan waktu yang tepat karena Alby pasti masih lelah, apalagi besok pria itu harus kembali bekerja.
"Ann."
"Lagi capek aja karena kerjaan aku belakangan ini cukup banyak," jawab Bryana sambil tersenyum dan berusaha membuat Alby percaya dengan jawaban yang ia berikan.
Karena percayalah, sulit sekali berbohong pada Alby. Pria itu seolah tau jika semua yang ia katakan adalah kebohongan, tapi kali ini untungnya Alby percaya.
"Aku kan udah bilang kamu enggak perlu kerja," kata Alby.
"Hmm kalau enggak kerja aku makin bosen di rumah dan malah makin kangen sama kamu," kata Bryana yang membuat Alby tertawa.
"Terkadang aku masih belum biasa dengan kamu yang sekarang, Ann." Alby mengakui hal itu sambil mengusap pelan pipinya.
"Aku segalak itu dulu?" tanya Bryana yang langsung dibenarkan oleh Alby.
"Selain itu kamu juga serius. Aku jadi sungkan kalau mau ngajak kamu bercanda atau sekedar menyentuh kamu tanpa izin," aku Alby yang membuat Bryana terdiam selama beberapa detik.
Karena sebenarnya ada alasan dibalik itu semua.
"Sekarang kamu enggak perlu merasa seperti itu lagi. Aku istri kamu," kata Bryana sambil mengeratkan pelukannya.
Ia membenamkan wajahnya didada bidang pria itu. Mulai sekarang, pelukan Alby adalah tempat ternyaman untuknya. Pelukan itu seolah dapat melindunginya dari segala sesuatu yang mungkin bisa menyakitinya.
Apalagi ketika tangan kekar itu membalas pelukannya dan memberikan usapan lembut di kepalanya.
"Thank you, Alby."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sometimes Home Is A Person
Romans"Lo enggak tau apapun tentang gue, Alby." "Then let me know. Kasih tau semuanya. Kasih tau gue segala hal yang enggak bisa lo kasih tau ke orang lain. Kasih gue kesempatan untuk bisa singgah di hati yang selama ini lo tutup rapat, Ann."