Tunanganku Adalah Musuhku

1 0 0
                                    

Toko buku Madam Gee tidak begitu ramai pada siang hari. Lisya sangat senang karena ia bisa leluasa mencari buku yang dia inginkan.

Matanya membulat sempurna saat melihat tangan kekar seorang lelaki akan mengambil buku itu. Lisya pun mempercepat langkahnya menuju rak buku itu.

Lisya menggertakkan giginya saat tahu siapa yang ingin merebut buku itu darinya.

"Iblis kecil?" Ucap lelaki itu sembari melepas kaca matanya. Ia menatap Lisya dengan tatapan jijik.

"Dasar keong racun." Lisya benar-benar membenci laki-laki di hadapan nya itu. "Ini punyaku karena aku yang pertama melihat nya. Jadi, lepaskan!" lanjut Lisya.

"Iblis kecil, kamu sebaiknya baca cerita nenek sihir yang lebih cocok denganmu. Sementara buku yang kamu pegang itu hanya cocok di baca oleh orang tampan dan secerdas saya. "

Pipi Lisya memerah, ia tidak terima di rendahkan. Dengan sekuat  tenaga dia berusaha merebut buku itu. Sayangnya, ia malah  jatuh ke lantai.

"Arrggg ...., dasar keong racun brengsek!" teriak Lisya  sembari menunjuk  lelaki itu.

Lelaki itu menyeringai kearah Lisya yang masih terkapar dilantai, setelah itu ia memasang kembali kaca matanya seraya berkata sebelum pergi,"Ini sudah siang cepatlah pulang agar tidak dicari Mama mu! "

Setelah mengatakan itu pada Lisya, lelaki itu langsung pergi begitu saja menuju kasir tanpa memperdulikan Lisya yang masih duduk dilantai.

"Sial banget, kenapa aku harus bertemu lelaki tua brengsek itu. Tidak ada hal bagus jika bertemu dia." Lisya mendengus kesal, ia benar-benar marah.

Setelah itu, Lisya bergegas keluar dari toko tanpa membeli apapun. Ia mengayuh  sepedanya dengan kecepatan maximal.

Rumah Lisya.

Hari semakin gelap, Reni sangat cemas menunggu anak gadisnya yang belum juga pulang.

Dia mondar mandir di depan rumah dengan gelisah karena ia khawatir terjadi sesuatu pada Lisya  karena ia tidak mau kehilangan anak untuk kedua kalinya.

Tepat saat itu, ia melihat sebuah mobil berhenti di depan rumahnya. Seketika itu ia mengerutkan keningnya ketika melihat mantan suaminya muncul.

"Apa kamu sedang menungguku? "Tanya lelaki paruh baya itu yang tidak lain adalah Remon yang merupakan salah seorang pengusaha yang cukup sukses di Jakarta.

"Ngapain kamu datang kemari? Bukankah orang kaya sepertimu tidak pantas berada di rumah yang kecil ini?"Reni memalingkan wajah dengan kesal.

"Aku hanya akan bicara beberapa hal padamu. Setelah itu, aku akan pulang."

Tanpa mengatakan apapun. Reni mempersilahkannya duduk di terasnya karena dia tidak sudi membiarkan Remon memasuki rumahnya lagi.

"Bisnisku sedang tidak baik. Aku butuh suntikan dana dari salah satu orang terkaya di Jakarta. Tapi, syaratnya saya harus menikahkan anak gadis saya dengan anaknya. Dewi baru saja memulai karir keartisan nya, jadi tidak mungkin dia harus menikah. Gantinya adalah Lisya. Jika kamu tidak mengizinkan nya, maka kamu harus siap kehilangan Lisya. Aku akan merebutnya darimu lalu menyiksanya setiap hari. Pilihan ada di tanganmu." ucap Remon sambil tersenyum licik.

"Apa kamu gila. Lisya baru berusia 17 tahun, dia masih sekolah dan tidak mungkin menikah juga. Kamu ayahnya tapi kamu sangat tega. Kamu lebih sayang anak tirimu daripada anak kandung mu. Kamu gila, Remon." teriak Reni dengan tatapan berkaca-kaca.

Remon tidak terpengaruh dengan ucapan Reni. Ia tetap berpegang teguh dengan tujuan awalnya.

"Kamu tenang saja. Lisya tidak perlu melayani tuan muda Argan. Dia cukup menikah dengan nya lalu sekolah seperti biasa. Karena calon suami nya  buta dan lumpuh akibat tabrakan. Setalah bisnisku stabil, Lisya boleh bercerai dengannya. Sebentar lagi, tuan muda Argan akan datang bersama ibunya. Kalau kamu tidak patuh, kamu harus siap memikul akibatnya." Remon menyilangkan kakinya, ia yakin kalau mantan istrinya itu akan menurutinya.

Goresan Rasa(Puisiku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang