part 12

31 7 1
                                    

  Jisoo membanting pintu mobilnya. Membuat seokjin meringis. Ia tau sekali, wanita itu sedang marah besar kepadanya. Mereka baru saja pulang dari rumah sakit tempat yeonjun bertugas. Setelah mendengar rentetan amarah dari yeonjun mereka akhirnya diperbolehkan pulang.

   "Tidak ada mengendarai mobil atau motor seminggu kedepan, seokjin!"seokjin mendengus teringat ucapan yeonjun tadi. Bagaimana ia akan berangkat ke kampus kalau begitu. Ini akan memakan waktu yang lama kalau dia naik bus dari rumahnya ke kampus.

   "Kau akan berangkat bersamaku"ucap jisoo yang paham kekalutan seokjin.

   "Jeongmal? Apa tidak merepotkan mu?"tanya seokjin.

   "Lebih merepotkan lagi kalau aku harus mengkhawatirkan mu setiap waktu!"desah jisoo. Seokjin mengangguk lalu tertawa kecil.

   "Gomawo, soo-ya"ucap seokjin tersenyum tulus.

   "Aku akan benar-benar membunuhmu kalau kau melakukan itu lagi, arra?!"ancam jisoo. Seokjin nyengir dan menganggukkan kepalanya cepat-cepat.

   "Masuklah"ucap jisoo. Mereka sudah sampai didepan rumah seokjin. Seokjin membuka seatbelt dan berjalan keluar mobil setelah melambai heboh kearah jisoo.

  Seokjin masuk kedalam rumah. Ia melihat hoseok yang sibuk didapur. Seokjin berjalan dalam diam menuju kamarnya.

   "Ya! Duduklah"

  Langkah seokjin terhenti mendengar panggilan hoseok. Seokjin menatap hoseok sebentar. Melakukan pertimbangan. Tapi akhirnya ia memilih duduk di pantry dapur bersebrangan dengan hoseok.

  Hoseok menyerahkan segelas air jahe. Seokjin mengerutkan kening.

   "Minumlah, air jahe ini sudah kuberi madu, aku tau kau tidak akan mau minum sesuatu yang pahit"ucap hoseok. Seokjin masih terdiam. Otaknya mencerna perbuatan hoseok kepadanya.

   "Kau... Baik-baik saja?"tanya seokjin khawatir. Hoseok mendengus.

   "Ckk, minumlah!"ucapnya lagi. Seokjin langsung menenggaknya meskipun pada akhirnya ia mengerutkan keningnya.

  "Pahit"ucapnya mengundang tawa hoseok.

   "Tentu saja! Kau harus merasakan pahitnya. Itu ramuannya"ucap hoseok lalu duduk didepan seokjin. Seokjin menatapnya lamat.

   "Kau... Menerimaku?"tanya jin ragu-ragu. Ia takut ini semua hanya mimpi baginya. Hoseok mengangkat bahunya.

   "Bogoshiposo, Hyung"ucap hoseok. Seokjin menggigit bibirnya, menahan haru.

   "Jeongmal Yo?"tanya jin tak percaya. Membuat hoseok mendengus.

   "Terserah kalau kau tak percaya"ucap hoseok.

   "Ani Ani Ani, aku percaya. Gomawo, hoseok-ah" ucap jin sambil tersenyum senang. Hoseok balas tersenyum. Seokjin kembali meminum air jahenya. Tetap merengut merasakan pahitnya.

   "Kenapa kau berubah pikiran?"tanya seokjin.

   "Saat aku melihatmu terkena panic attack kemarin Hyung"ucap hoseok. Seokjin mengangguk.

  "Kau tau penyakit itu?"hoseok mengangguk.
   "Namjoon mengalaminya, sesaat setelah appa meninggal"ucap hoseok. Seokjin melotot.

   "Mwo?!"
   "Tapi hanya sebentar, ibu dengan cepat menanganinya, ibu kan psikiater Hyung" jelas hoseok. Seokjin mengangguk paham. Ia ingat pekerjaan min so hee.

   "Sedikit banyak aku tau cara meredakannya karena aku sekamar dengan namjoon, tapi baru kali itu kulihat ada seseorang yang bisa meredakan panic attack nya sendiri. Karena namjoon saja membutuhkan bantuan orang lain untuk meredakannya"ucapnya. Seokjin tersenyum miris.

Brother in lawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang