seokjin masuk kedalam rumah. Sesekali mendesis. Luka ditangan kirinya kembali terbuka. Darah mulai merembes dari perban yang membalutnya. Seokjin berjalan menuju dapur, mengambil kotak p3k dari lemari dan meletakkannya di pantry dapur. Tangannya yang satu sibuk membuka lilitan perban tangannya yang lain. Seokjin menatap ngeri luka yang menganga tersebut.
"Apakah perlu dijahit?"gumamnya bertanya-tanya. Ponselnya berbunyi. Yeonjun menelpon. Seokjin mengangkatnya.
"Ne Hyung?" Ia meletakkan ponsel tersebut di telinga kirinya sementara bahu kirinya menjadi penopang ponsel tersebut. Tangannya yang lain sibuk mengobati luka yang menganga.
"Aku kosong siang ini, kita bertemu di apartemen ku saja ya?"ucap yeonjun.
"Baiklah, aku akan ajak jisoo, kalau dia tidak bisa, aku akan pergi sendiri"ucap seokjin. Ia mendesis. Lukanya perih sekali. Seokjin mengamatinya lagi."Hyung, kalau kau mendapat luka sebesar lima senti di telapak tanganmu, apakah kau perlu menjahitnya?"tanya seokjin.
"YA! Kau terluka?!" Seokjin reflek menjatuhkan ponselnya. Telinganya berdengung mendengar teriakan yeonjun. Seokjin cemberut.
"Misalnya Hyung misalnya"ucap seokjin kesal. Ia terlalu malas mendekatkan ponselnya kembali ke telinganya jadi ia mengaktifkan loudspeaker nya.
"Pabbo ya? Kau pikir kau bisa membodohiku? Kapan terlukanya?!"marah yeonjun.
"Kemarin malam"ucap seokjin.
"Aishh... dan kau pasti hanya membalutnya dengan perban kan? Itu berbahaya! Kau bisa terinfeksi"cerewet yeonjun. Seokjin mendengus.
"Lukanya hanya lima senti Hyung"ucapnya.
"Dasar bodoh! Luka didahimu juga lima senti dan kau koma selama tiga hari, ingat?!" Reflek seokjin menyentuh luka jahitan di dahinya yang tertutupi oleh rambut.
"Kan bukan hanya luka itu saja yang membuatku koma Hyung"ucap seokjin enteng.
Diseberang sana yeonjun menghela nafas gusar. Ia tidak akan pernah menang kalau berdebat dengan seokjin.
"Sudahlah! Dalam lima belas menit kau harus sudah tiba di apartemen ku!"titah yeonjun.
"Ini perintah?"seokjin masih sempat-sempatnya mengajak bercanda."Ini permohonan Kim seokjin! Jangan bawa kendaraan sendiri, pergilah menggunakan taxi. Luka di telapak tanganmu akan semakin parah nanti"ucap yeonjun.
"Baiklah, aku berangkat"seokjin menutup panggilan. Ia membereskan kotak p3k tadi. Membalut asal lukanya dan berjalan keluar rumah.
Seokjin menyetop taxi, menyebutkan alamat yang akan dituju dan taxi pun berjalan meninggalkan rumahnya.
•∆•
"Anyeonghaseyo~"
Seokjin nyengir sementara yeonjun mendengus melihatnya. Ia membuka pintu lebih lebar, membiarkan seokjin masuk.
"Duduklah" seokjin duduk di sofa panjang sementara yeonjun sibuk menata peralatannya. Yeonjun menarik tangan kiri seokjin lalu menggunting perban yang melilit lukanya.
Yeonjun berdecak melihat luka tersebut menganga lebar. Ia melirik seokjin tajam. Yang dilirik hanya bisa nyengir sambil membuat tanda peace dengan jarinya.
"Apa yang terjadi?"tanya yeonjun. Ia membius tangan seokjin agar tidak merasakan sakitnya.
"Aku pulang ke rumah, Hyung"ucapan seokjin membuat gerakan yeonjun terhenti sebentar. Ia kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/359057199-288-k634898.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother in law
FanfictionKim seokjin. seorang namja yang merasa hidupnya adalah sebuah kutukan. Lahir dengan mengorbankan nyawa ibunya, dituduh membunuh ayahnya, berusaha menahan sakit akibat hujatan orang orang disekitarnya. Akankah dia bisa bertahan?