seokjin melepas pakaian nya, menggantinya dengan yang lebih santai.
Tok tok
Seokjin berbalik, sedikit terkejut karena sadar kalau dia belum mengunci pintu kamarnya. Taehyung menatapnya datar. Seokjin buru-buru memakai pakaiannya.
"A-anyeong taehyung.. k-kau butuh sesuatu?" Tanya seokjin. Taehyung mendengus.
"Apa ini? Kupikir kau tidak akan menginjakkan kakimu lagi dirumah ini, ternyata kau masih tidak punya malu ya"sinis taehyung.Seokjin tersenyum getir. Yah, dia juga tidak terlalu berharap akan disambut baik oleh mereka semua.
"Sekarang kau menjadi bisu?"tanya taehyung.
"Ani, aku hanya ... terlalu merindukanmu" ucap seokjin memberanikan diri.
"Jangan sok akrab denganku.. pembunuh" taehyung berlalu dari sana. Seokjin menghela nafas, mengelus dadanya perlahan. Sudah lama sekali ya... hatiku masih belum terbiasa mendengarnya, batinnya.
.
.
.
Taehyung membuka kulkas mengambil sebuah apel lalu menyantapnya sambil duduk di meja makan. Pikirannya berkeliling.'meskipun sekilas aku yakin sekali ada banyak bekas luka cambuk dibelakang tubuhnya'
'apa hanya perasaanku saja?'
'aish, kenapa aku harus memikirkan si sialan itu'Perhatian taehyung teralihkan saat melihat yugyeom berjalan keluar rumah sambil menelpon seseorang.
"Samchoon.."panggil taehyung.
"Eoh, taehyung? Aku akan pergi ke luar kota, perusahaan mengalami banyak penurunan jadi aku harus segera mengurusnya. Bisa beritahu yang lain kalau aku akan pergi?" Taehyung mengangguk.
"Samchoon, kenapa dia kembali?"
"Aku yang memintanya kembali! Bisakah kau sopan terhadapnya?"
"Ani, aku tak bisa sopan terhadapnya"
Yugyeom menghela nafas lalu menatap taehyung.
"Taehyung, kali ini... buka matamu lebar-lebar, kau harus bisa melihat kebenarannya"nasehat yugyeom. Perhatiannya teralihkan dengan seokjin yang baru menuruni tangga."Ahh, seokjin! Aku berangkat sekarang! Tadi Jungkook memberitahuku kalau dia kembali ke sekolahnya karena meninggalkan sesuatu. Oh ya, sekilas info. Aku belum bilang padanya kalau kau akan pulang hari ini, jadi beri kejutan untuknya nanti" jelas yugyeom. Seokjin mengangguk.
"Hati-hati dijalan samchoon" yugyeom mengangguk lalu berjalan keluar rumah.Taehyung berbalik, menatap seokjin tajam. Seokjin berjalan menuju dapur. Ia ingin memasak hari ini.
"Ya! Kau merasa senang? Karena bisa ada disini?!"
"Tentu saja... aku senang bisa bertemu kalian lagi"
"Tapi aku tidak! Bagaimana bisa kau kembali padahal kau sudah melakukan kesalahan besar"
"Taehyungie-"
"Jangan! Sebut namaku seperti itu. Aku membencinya!"ucap taehyung sambil memalingkan wajahnya.
"Baiklah, maafkan aku"
"Hanya karena ibuku sudah meninggal, kau berpikir untuk mengambil kembali hak yang sudah dicabut ibuku darimu kan?!"
"Apa maksudmu?"
"Haha, apalagi! Tentu saja perusahaan appa, kau terlalu mudah ditebak seokjin!"
Seokjin menarik nafasnya. Benar-benar menguras emosinya. Mengabaikan taehyung ia membuka kulkas, mengambil beberapa bahan makanan untuk dimasak."Sialan" brak! Seokjin terkejut. Taehyung membanting kursi dapur. Seokjin menggigit ujung bibirnya.
Setelah yakin mendengar taehyung membanting pintu kamarnya, seokjin berjongkok. Ya Tuhan.. kenapa sesulit ini mengubah pikiran mereka. Air matanya menetes. Seokjin menengadah. Mencoba menguatkan dirinya sendiri. Appa, bagaimana aku membuktikan kalau bukan aku yang membunuhmu?
•∆•
Seokjin selesai memasak. Setelah menata semuanya di meja makan dia kembali ke kamar. Ia memeriksa laci meja kamarnya. Seingatnya ia menyimpan kunci motornya disini. Dapat! Seokjin tersenyum senang.
.
.
.
Pukul delapan, yoongi, Namjoon, hoseok, dan taehyung sudah duduk dimeja makan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brother in law
FanfictionKim seokjin. seorang namja yang merasa hidupnya adalah sebuah kutukan. Lahir dengan mengorbankan nyawa ibunya, dituduh membunuh ayahnya, berusaha menahan sakit akibat hujatan orang orang disekitarnya. Akankah dia bisa bertahan?