part 7

41 8 0
                                    

  seokjin menutup pintu kamarnya. Tangannya yang terluka tadi terasa kebas. dengan segera ia mengobati lukanya. Meskipun sedikit kesulitan karena ia melakukannya sendiri, namun ada rasa senang dihatinya karena berhasil menyelamatkan Jimin dan melihat wajah cemas taehyung. Ahh, andai dia bisa mengabadikan momen tadi. Seokjin tersenyum.

  Ah benar, Untung saja besok aku tidak ada kelas. Aku harus melunasi hutang Jimin segera.
  Seokjin berjalan menuju lemari, memeriksa tempat biasa dirinya menyimpan uang. Seokjin bernafas lega. Untung saja uang tabungannya cukup. Seokjin memasukkan uang tersebut kedalam amplop putih. Tapi bagaimana caraku membayarnya ya? Karena mereka kan teman sekelasnya jimin. Otomatis Jimin pasti ada disana juga kan? Seokjin memutar otak. Berpikir membuatnya lelah, sampai ia tak sadar kalau alam mimpi menariknya. Membuatnya terlelap.

   •∆•

   Keesokan harinya, Jimin terbangun dengan kepalanya yang berdenyut hebat. Ia mengerang. Mencoba mengingat apa yang terjadi semalam.

   "Kau sudah bangun Jim?"Jimin menatap taehyung yang baru keluar dari kamar mandi.

   "Bagaimana aku bisa sampai kerumah?"tanya Jimin. Taehyung menggigit bibir namun mengangkat bahu. Kedua tindakan yang amat berkebalikan, seakan-akan ia sebenarnya tau tapi memilih berkata tidak. Jimin memicingkan matanya curiga.

   "Kau tau kalau kau tidak bisa berbohong dariku kan tae?"ucap Jimin dingin. Taehyung menelan ludahnya gugup.

   "A-aku tidak tau, saat terbangun kau sudah berdiri didepan pintu dengan wajah lebam" ucap taehyung sambil mengeringkan rambutnya yang basah. Ia tidak sepenuhnya berbohong kan?

  Jimin menatap pantulan wajahnya dikaca.

   "Lalu kau yang mengobati ku begitu?" Remeh Jimin. Taehyung mengangguk.

  "Y-ya"ucapnya sambil membuka lemari. Jimin mendengus.

   "Kau? Yang bahkan akan langsung pingsan begitu melihat darah dari dekat, mengobati lukaku? Jangan bercanda tae!"ucap Jimin. Taehyung terdiam. Yang dikatakan Jimin itu benar. Taehyung memiliki trauma terhadap darah.

   "Sudahlah, tanpa kau beritahu aku akan mengingatnya sendiri nanti. Kau tak perlu berbohong tae. aku benci kebohongan"desis Jimin. Lalu bangkit berjalan keluar pintu. Setelah pintu tertutup taehyung mengacak rambutnya frustasi. Maafkan aku jim...

   •∆•

    Dimeja makan, yoongi dan Jungkook sedang sarapan. Namjoon dan hoseok sudah pergi pagi-pagi sekali. Sementara jin sedang berkutat dapur.

  "Hyung, aku selesai ~"Jungkook menghampiri jin. Ia menggulung lengan kemeja sekolahnya hendak mencuci piringnya sendiri. Seokjin menahan tangannya.

   "Aku saja yang mencucinya kookie, nanti kemejamu jadi basah kalau terkena air"ucap jin. Jungkook terkejut melihat telapak tangan kiri seokjin yang dibalut perban.

   "H-hyung... ini kenapa?"tanyanya. Jin menggigit ujung bibirnya.

   "Ahh.. ini terluka saat aku memotong bawang kookie" Jungkook mana percaya tentu saja.

   "Kalau terluka karena memotong bawang, seharusnya jarimu yang terluka bukan telapak tanganmu. Kau tak sengaja memotong telapak tanganmu begitu?!"marah Jungkook. Ia lalu menatap wajah seokjin. Menyadari luka di pelipisnya.

Brother in lawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang