Papa ... I love you.
—Oh Jongin
•
Selama sisa liburan di vila, Jongin tidak bisa bermain sama sekali. Sehun tentu saja memilih untuk menemani anaknya daripada pergi keluar, karena dia tahu Jongin tidak mau ditinggal olehnya. Llau, karena takut Sehun kewalahan, Oma akhirnya memutuskan untuk ikut diam di vila saja, dan tentunya Opa mengambil keputusan serupa. Sisanya, hanya keluarga Ko Jun saja yang bermain keluar, dan itupun karena paksaan dari Sehun, Opa dan Oma.Sehun dan Opa duduk di beranda vila, saling berhadapan dengan satu papan catur menemani mereka. Saat ini Jongin sedang tidur siang, jadi Sehun bisa istirahat sejenak dari kejahilan anak itu; saat menyadari jika Sehun tidak marah akan segala kemauannya, Jongin jadi berlebihan dalam menakali papanya. Sehun pun menyadari itu, tapi dia memilih diam saja daripada mengeluarkan tanduk.
Opa pernah bilang saat Sehun masih cukup kecil dulu, bermain catur itu bisa membuat otak menjadi lebih sehat karena diajak berpikir dan bermain pada waktu yang sama. Sehun juga ingat jika dia sering diajak berdiskusi sambil memainkan papan catur saat masih duduk di bangku sekolah dulu. Diskusi yang membuat Sehun jadi ikut terhanyut dalam tiap permainan mereka.
"You sepertinya need a trip." Setelah menggerakkan salah satu bidaknya, Opa berucap. Terdengar tegas, tapi ada kelembutan yang dapat Sehun tangkap. Opa tidak mengangkat kepala sama sekali ketika Sehun menoleh ke arahnya, terlihat lebih fokus pada papan catur yang mereka hadapi daripada satu kalimat yang sempat terucap tadi.
Seperti yang Sehun duga, ayahnya tidak mungkin hanya mengajak bermain saja tanpa ada yang mau dibicarakan. Mungkin Opa pikir Sehun terlalu lelah akhir-akhir ini karena harus menjaga Jongin dan mengerjakan skripsi di saat yang sama. Atau mungkin ada alasan lain untuk mereka bahas bersama.
Sehun mengangkat salah satu bidaknya setelah berpikir sejenak, lalu menempatkan bidak tersebut ketika sudah yakin. "Sehun kan sedang sibuk sama skripsi. Trip apaan, sih," dengkusnya pelan.
Sehun tidak berpikir kalau dia butuh perjalanan sendiri, apalagi itu artinya dia harus jauh dari anaknya. Sehun tidak yakin dia akan mampu mengambil langkah itu.
"Trip buat make your feeling feels better, Sehun." Tidak seperti Sehun, Opa tidak menjeda sama sekali jawabannya. Dia masih menatap lurus ke arah papan catur saat Sehun sekali lagi mencoba melihat ekspresi yang ayahnya buat.
"Sehun nggak butuh yang kayak begitu." Kali ini dia bisa menjawab tanpa berpikir panjang. Seperti bidaknya yang bergerak dengan lancar.
Yunho menarik napasnya dalam, dia menegakkan tubuh untuk menatap tepat ke arah manik Sehun. Mereka menjadi terlihat lebih tegang kali ini. "You butuh liburan for your sanity."
"Nah, itu malah buat Sehun makin yakin kalau Sehun nggak butuh pergi liburan-liburan kayak begitu. Apalagi Jongin masih kecil."
Yunho mengambil satu bidak catur, tapi kali ini dia tidak segera meletakkan bidak itu kembali ke papannya. Dia mengarahkan bidak tadi ke depan, menunjuk Sehun. "You ingat apa yang you lakukan last night?"
Sehun terdiam.
Semalam, dia memang seperti orang sinting yang kalut. Tapi sepertinya semua orang tua akan bertindak serupa jika berada dalam situasi Sehun. Sehun pikir apa yang dia lakukan itu memang wajar untuk beberapa alasan.
"Memangnya Sehun kenapa semalam?" balas Sehun.
Yunho berdecak kesal. Bidak yang sedari tadi dia pegang masih berada di udara sehingga Sehun belum bisa mengambil langkah. "You know, Sehun, memberikan dukungan pada your child itu bukan hanya soal materi saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa's Diary •√
Fanfiction[sebagian chapter diprivate untuk kepentingan penerbitan (versi lokal)] Lika-liku young-adult bernama Oh Sehun yang harus membesarkan anaknya, Oh Jongin, seorang diri. 11/12/23 - 21/04/24