5. Let's swim!

305 37 23
                                    

Manusia kan memang ladangnya salah dan khilaf. Pasti adaaa aja masanya untuk manusia berbuat salah. Tapi, yang perlu diingat itu kalau tidak semua manusia berani mengakui dan bertanggung jawab akan kesalahan mereka.

Dengan dua hal itu saja, kamu hebat. Kamu menjadi lebih baik dibanding beberapa orang salah lainnya.

—Bae Irene

"Biar gue saja, Ci."

Sehun mengambil alih nampan yang ada di tangan Ci Irene. Dia berjalan mendahului istri kokonya itu, bergerak menuju meja yang sudah diisi oleh Ko Jun, Yoongi, dan Jongin.

Ko Jun dan keluarganya makan malam di rumah Sehun. Sehun yang memasak, dibantu oleh Ci Irene tentu saja. Saat masih awal masuk SMP dulu, Sehun pernah ambil kursus tataboga untuk siap-siap tinggal sendiri. Oleh karena itu, kebanyakan makanan yang dia dan Jongin nikmati adalah hasil dari keahlian tangannya sendiri. Selain karena Sehun tidak terlalu percaya pada orang lain, Sehun juga ingin memastikan setiap bahan yang akan masuk ke mulut Jongin itu aman.

Semua hidangan sudah tersaji. Sehun duduk di samping kanan Jongin, membantu bayinya untuk mengambil lauk pauk.

"Nini no cayul, Papaa."

"Enggak usah pilih-pilih," dengkus Sehun. "Makan sayurnya juga!"

"Nini dak cuka cayul, Papa."

Sehun mendelik kesal. "Makanya lo goblok, nggak suka makan sayur gitu."

"Sehun," tegur Ko Jun. Pasalnya mulut Sehun sangat sering mengumpat pada Jongin. Itu tidak baik dan jelas akan membentuk kepribadian yang buruk juga.

"Papa memang nakal, Uncle. Huh, Nini caja baik-baik. Good-good," adu Jongin. Karena merasa ada yang membela, dia jadi senang.

"Anak baik harus makan sayur, okay?" ujar Uncle Jun lembut.

Tapi, Jongin masih belum terbujuk. Dia menutup mulutnya dengan kedua tangan kecil, lalu secara dramatis mulai menggeleng. "Uhh, cayul dak enak, Uncle!"

"Enak, kok. Yoongi, Aunty Rene dan Uncle Jun juga makan sayur. Papa juga," ucap Uncle Jun dengan lembut, sekali lagi.

Mendengar ucapan Uncle Jun, Jongin melirik ke arah papanya. Dengkusan pelan terdengar dari si bayi. "Boong," ucap Jongin keras. "Papa dak cuka cayul. Uncle boong Nini, ya? Papa cuka pica-picaa cayul, tauuu!"

Papa itu tidak suka sayur. Papa suka memisahkan sayur di piring, walau tidak semuanya sih. Yang penting kan Papa suka pisahin sayur di makanannya.

"Tapi, kalau Nini mau mamam sayur, nanti jadi anak pintar, loh."

"Huh, Uncle boong yagi, ya? Nini dak kena tipu, wlee."

"Bukan begitu, Ni ...." Uncle Jun kehabisan kata-kata untuk menanggapi sikap Jongin.

"Uncle tipu!"

Uncle Jun hanya bisa mengernyit. Jongin sendiri memilih buat memalingkan wajah, tidak mau menatap unclenya.

Melihat interaksi keduanya, Sehun hanya bisa mendengkus kecil. Bukan begitu caranya membujuk si bocil. Jongin tidak akan luluh hanya dengan kata-kata manis seperti itu.

"Alah, Ciill, Ciill. Katanya mau lebih tinggi dari gue? Jangankan lebih tinggi, kalau lo keseringan skip makan sayur mah yang ada jadi bogel terus. Babi bogel," ejek Sehun.

"PAPAAAA!"

"Apa? Bener, kok. Tanya aja sama uncle lo, noh. Kalau nggak suka makan sayur bisa bikin kurang tinggi nanti." Sehun memasukkan wortel ke mulutnya, lalu mengejek Jongin yang tadi menyisihkan sayur itu dari piringnya.

Papa's Diary •√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang