Namanya juga ... bocil? Sekarang kelihatan sehat, banyak gerak, banyak omong, eh, tiba-tiba malemnya jatuh sakit.
Mau bilang udah biasa, tapi pengennya, sih, nggak dijadiin kebiasaan. Hadeehhh.
—Oh Sehun
•
Malam harinya, Jongin demam.Suhu tubuhnya tinggi. Dia juga susah bernapas karena pilek. Dan tentu saja, bayi berusia empat tahun itu tidak bisa meninggalkan dunia drama para anak saat sedang sakit.
Jongin terus menangis walau ada Oma yang menemani. Papa sedang pergi mencari obat untuk Jongin, karena ternyata di kotak P3K yang dia persiapkan tidak ada obat flu untuk anak-anak. Papa sudah beli sebelumnya, tapi dia malah lupa membawanya. Karena tidak bisa percaya dengan orang lain, akhirnya Papa sendiri yang pergi untuk mencari obatnya.
Hal lain yang Papa tidak ingat adalah Jongin tidak suka ditinggal saat sakit. Jongin memang selalu rewel saat suhu tubuhnya naik drastis, tapi dia jadi semakin rewel karena tidak ada Papa di sampingnya.
"Tenang, ya, Baby. Papa sedang carikan obat untuk Jongin. Jangan menangis, ya?"
Setiap kali Oma mencoba menenangkan, tangisan Jongin malah semakin meledak. Jongin cuma mau papanya, bukan yang lain. Dia ingin dipeluk Papa, lalu tidur dalam pelukan hangat Papa.
"Papaaa! Nini mau Papaaa!"
"Papaa puyang! Papaaa! Huwaa! Papaaa!!"
"Nini akitt! Papaaa!"
"Papaa kapan bayikk? Papaaa! Papaa di manaaa? Huwaaa!"
Karena terus menangis, hidung Jongin jadi semakin tersumbat. Panasnya juga tidak mereda sama sekali. Tentu saja, Oma yang berada di samping Jongin jadi ikut panik karena sekarang Jongin malah tantrum.
Di sisi lain, Sehun mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi untuk bisa mendapatkan obat. Ko Jun dan Opa sempat menawarkan diri agar Sehun berada di samping Jongin saja, tapi Sehun menolak dengan dalih bahwa hanya dia yang tahu obat yang biasa Jongin konsumsi. Padahal Ko Jun dan Opa hanya takut jika Sehun terlalu kalut untuk berkendara sendiri.
"Saya yang menyetir saja, gimana? Kamu sedang tidak stabil, Sehun."
Namun, bahkan saat Ko Jun membujuk seperti itu pun, Sehun masih setia pada keinginannya sendiri. Dia kembali menolak tawaran Ko Jun dengan kalimat, "Jongin demam tinggi. Kalau Koko yang nyetir, yang ada malah lelet nanti. Kasihan Jongin kalau harus nunggu lebih lama lagi."
Ko Jun membuang napas, menyerah untuk membantu Sehun. Opa sendiri menatap tidak percaya ke arah Sehun.
"Sehun, kalau you menyetir sendiri dalam keadaan panik begini, nanti malah—"
"Sehun bisa! Sehun bisa pergi sendiri. Sehun pergi sekarang." Tanpa basa-basi, Sehun memotong kalimat Opa dengan cepat. Dia tidak mau membuang waktu lebih lama dengan berdebat tentang menyetir sendiri atau apa pun. Oh Sehun hanya ingin segera mendapatkan obat untuk anaknya.
Tidak peduli pada helaan napas berat yang Ko Jun lakukan. Tidak peduli juga pada wajah Opa yang masih kesulitan percaya pada sikapnya. Sehun pergi berlari keluar setelah menyambar kunci mobil, dia keras kepala untuk pergi sendirian.
Dan berakhirlah Sehun yang mondar-mandir mengendarai mobilnya untuk mencari apotek terdekat yang tak kunjung terlihat.
Sehun dibuat semakin panik karena waktu demi waktu yang dia lalui, kepalanya penuh dengan bayangan Jongin sakit semakin menghantui.
Genggaman tangan Sehun pada stir mobil mengencang. Matanya tidak lagi bisa fokus melihat ke kanan ataupun kiri. Sehun menggeram kesal, mencengkeram kemudi yang dia genggam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa's Diary •√
Fanfic[sebagian chapter diprivate untuk kepentingan penerbitan (versi lokal)] Lika-liku young-adult bernama Oh Sehun yang harus membesarkan anaknya, Oh Jongin, seorang diri. 11/12/23 - 21/04/24