27. We got lost

270 41 26
                                    

Saya sendiri masih belum paham soal menjadi orang tua yang baik itu bagaimana. Setiap hari saya terus belajar hal baru. Saya belajar dan memperbaiki setiap kesalahan yang saya perbuat.

Kamu tahu, menjadi orang tua itu pekerjaan seumur hidup. Ada lelah, ada bosan, tapi tidak boleh berpikir untuk resign.

—Oh Junmyeon


"Papa benal bica dapat ikan banak-banak?"

Pertanyaan yang Jongin ajukan sedari mereka mau pergi sampai mereka tiba di lokasi memancing terdengar seolah-olah meragukan kemampuan Sehun. Memang, sih, ini baru kali pertama buat Sehun pergi ke pemancingan. Dan juga kali pertama buat Sehun pergi memancing. Sehun memang masih amatiran. Tapi, tidak perlu sampai seperti itu, dong kalau mau meragukan. Si bocil memang kadang-kadang, hm ....

"Nanti gue tangkepin ikan paling gede, dah, biar lo puas." Sehun berucap asal karena sudah bosan menanggapi pertanyaan menyebalkan dari anaknya.

Jongin terkikik, lalu tidak lupa dia juga mengejek Papa dengan bilang, "Kayo Papa dak bica ambil ikan mana?"

"Gue beliin di pasar nanti," balas Sehun berusaha mengakhiri percakapan mereka. Untungnya Jongin tidak lagi membahas apa Papa bisa mengambil ikan atau tidak nantinya. Anak itu sudah sibuk melihat-lihat sekitar dengan penuh semangat. Tentu saja karena ini juga kali pertama Jongin pergi ke pemancingan.

"Papa, Pak Jamal mana?"

Saat Sehun sibuk menurunkan alat memancing mereka nanti, Jongin celingukan mencari keberadaan Pak Jamal. Pak Jamal itu teman yang Papa temui di gym. Dan Jongin pertama kali bertemu dengannya saat memaksa ikut pergi ke gym bersama Papa. Walau Papa punya tempat gym pribadi di rumah, sesekali Papa pergi keluar; mengikuti saran Opa, Oma, Ko Jun, dan Ci Irene. Dan di sanalah Papa bertemu dengan Pak Jamal.

Sebenarnya Pak Jamal itu lebih muda dari Papa. Tapi Jongin sukaaa sekali memanggilnya dengan panggilan "Pak" dan suaranya entah kenapa jadi medok saat menyebutkan nama itu. Sehun sendiri masih penasaran akan misteri Jongin dan nama Pak Jamal. Apalagi anaknya ngotot maunya panggil Pak Jamal, bukan uncle ataupun koko.

"Ada, sudah di dalam." Sehun menjawab sebentar pertanyaan Jongin tadi sebelum dia kembali sibuk mengambil tas kecil Jongin yang berisi mainan, camilan, beberapa obat darurat, dan tidak lupa botol susunya si bayi.

"Papa, fast-fast, dong! Yama cekayii dehhh!" Mendengar kalau Pak Jamal sudah di dalam membuat Jongin jadi tidak sabar untuk cepat menyusul. Jongin berkali-kali meminta Papa agar bergegas, tapi Papa itu tidak terusik sama sekali. Papa tetap mengecek dengan seksama semua bawaan mereka.

"Ayo, Cil!" ajak Papa setelah berhasil mengeluarkan semua barang bawaan mereka.

"Ayo, Papaaa!" Jongin berseru senang. Anak itu berjalan di samping kiri Papa. Karena tangan Papa penuh, jadinya tangan kecil Jongin menggenggam erat kaos yang Papa kenakan.

"Pak Jamal!" seru Jongin senang saat dia akhirnya menemukan sosok yang dicarinya sedari tadi.

"Jangan lari, Cil, ah!" Sehun mencoba memperingatkan, tapi Jongin tidak menggubris sama sekali. Anak itu sudah melepaskan kaos Sehun dan berlari menyusul Pak Jamal yang duduk di dekat kolam.

"Pak Jamaalll" sapa Jongin ceria.

"Nini, halo!" balas Pak Jamal dengan senyuman lebar ketika Jongin akhirnya sampai di dekat tubuhnya. "Sini, duduk samping Bapak." Karena terlalu lelah membenarkan panggilan Jongin padanya, Pak Jamal akhirnya ikut sama kemauan si kecil. Dia memanggil diri sendiri sebagai "Bapak" untuk menyenangkan Jongin.

"Ciaappp!" Dengan wajah senang Jongin berseru.

Sehun sudah berhasil menyusul mereka. Dia menyiapkan tempat dan membiarkan Jongin duduk di antara dirinya dan Pak Jamal.

Papa's Diary •√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang