1. Preparation
"Kayo ini, Papa?" Tangan kecil Jongin memegang kaos putih kesukaannya—karena kembaran sama Papa—dengan kedua tangan. Tiap tangan anak itu memegang sisi dari kaos tadi, tapi meski begitu Jongin tetap tidak bisa membuat kaos itu terbuka dengan baik.
Sehun menoleh sebentar untuk melihat kaos yang Jongin pegang. Dia menggeleng tanda tidak setuju akan pilihan anaknya. "Terlalu tipis, Cil. Entar lo kedinginan kalau pake baju tipis gitu. Lagian juga kaosnya udah kekecilan buat lo pakai."
"Tapi good, kok," gumam Jongin sambil menatap sayang kaosnya yang ditolak oleh Papa tadi.
"Udah, biar gue yang beresin barang lo nanti. Lo tidur aja, biar besok nggak telat ke bandara."
Jongin mengerucutkan bibir. Padahal sebentar lagi dia berusia lima tahun, tapi Papa masih saja memperlakukan Jongin sebagai anak kecil. Jongin kesal. "I can pipel my things, Papa," dengkus anak itu.
"Hm."
"I really can do it!" tegasnya lagi. Papa pasti menganggap lalu apa yang Jongin ucapkan tadi. Papa kan memang selalu seperti itu.
Ngomong-ngomong, mereka akan pergi ke Jepang. Setelah melewati banyak bulan, akhirnya diambil keputusan bahwa mereka akan pergi pada akhir tahun sekalian untuk merayakan natal di sana. Karena itu, keluarga Ko Jun dan Opa serta Oma juga ikut serta. Pada akhirnya liburan yang harusnya untuk berdua saja itu menjadi liburan keluarga.
Kembali lagi pada masa kini, Jongin menatap sengit pada Papa. Dia tidak suka kalau Papa sudah bersikap seolah-olah dirinya anak kecil yang apa-apa harus diatur—walau kenyataannya Jongin itu memang anak kecil, sih. Tapi tetap saja, Jongin kesal.
"I know you can do it by yourself," ucap Sehun lembut saat sadar jika dia baru saja mengecualikan sang anak pada persiapan untuk anak itu sendiri. Dia salah. "Okay, lets do it together, alright?"
Eh, kalau begini kan ... Jongin jadi gagal marah-marah sama Papa. Tapi, ya sudah, deh. Yang penting dia bisa memasukkan barang yang mau dia bawa.
"Tapi tetep, kaos tadi nggak boleh," tegas Sehun saat Jongin terlihat mau bertanya soal kaosnya lagi.
Huh, Papa memang menyebalkan!
2. Cawawat
Jongin dan Papa sudah selesai membereskan barang-barang mereka. Sekarang waktunya tidur. Karena besok mereka akan pergi, Jongin minta tidur bersama Papa, dan Papa juga menyetujui. Saat ini mereka berada di atas kasur dengan Papa yang menepuk-nepuk bokong anaknya, dan Jongin yang masih membuka mata dengan lebar karena tidak sabar untuk pergi melihat salju.
"Belalti nanti naik cawawat, ya, Papa?" Jongin yang matanya masih segar itu menatap semangat ke arah Papa. Papa sendiri sudah terlihat mengantuk dan lelah setelah mengatur barang bawaan mereka nanti.
"Hah? Cawat apa?"
"Itu yoh, Papaa. Wushhh, di yanit," jelas anak itu.
"Apa, sih, Cil?"
"Ih, Papaa. Itu yohh. Papa pegi Mamaya, naik cawawat." Jongin kembali menjelaskan dengan wajah kesal karena Papa tidak paham ucapannya.
"Pesawat?" tanya Sehun, mencoba memastikan.
"Benal, Papa. Cawawat."
"Pesawat," koreksi Sehun.
"Iya, Nini tauu. But, it's so—"
"Enggak. Ayo, dicoba!" tegas Sehun, tidak menerima alasan yang sering anaknya pakai. "Ikuti Papa! Pe—"
"Pe—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa's Diary •√
Fanfiction[sebagian chapter diprivate untuk kepentingan penerbitan (versi lokal)] Lika-liku young-adult bernama Oh Sehun yang harus membesarkan anaknya, Oh Jongin, seorang diri. 11/12/23 - 21/04/24