THE NOVEL'S PART THREE

11 6 0
                                    

"Kalau sakit itu bilang jangan diam saja, yang mana yang sakit? Peluk saja gimana?"

***

Venus duduk di kursi Rennath sambil menangkup wajahnya dengan tangan kirinya lalu menatap ke arah jendela melihat siswa-siswa tengah bermain bola di lapangan, lamunan Venus membuyar ketika mendengar suara dehaman seseorang yang berdiri tepat disamping kanannya, dengan cepat Venus menoleh ke arah asal suara lalu tersenyum manis.

"Wih udah dateng rajin bener, eh ... Rennath, bantuin aku ngerjain matematika dong, aku nggak ngerti loh," sahut Venus, sambil mengerucutkan bibirnya.

Tanpa basa-basi Rennath menarik lengan kanan Venus dan menariknya hingga gadis itu terduduk di kursi miliknya, Venus mengehela napas pasrah melihat Rennath pergi ke mejanya tanpa menghiraukan ucapannya tadi, Venus menyipitkan matanya saat melihat Rennath tengah mengeluarkan tiga bulu tulis dan mengerjakan tugas di buku itu satu-satu.

Dengan sedikit kesal tak lupa helaan napas gusar Venus ia berdiri dan duduk di samping Rennath dengan satu tangan menangkup wajahnya sambil menatap laki-laki di sampingnya.

"Ada PR? Setau aku nggak ada deh, ini buku siapa? Mau aku bantu? Aku pintar loh, eh ini kan–" Ucapan Venus terhenti saat Rennath berdesis sambil menatap tajam Venus yang hendak mengambil salah satu buku tulis di meja.

"Berisik!"

Venus menghela napasnya lagi lalu bersandar di kursi sambil melihat kedua tangannya di dada. "Galak."

Venus bergeming sejenak sesekali berdehem lagu kesukaannya sesaat hendak mengajak Rennath berbicara sekali lagi tiba-tiba Dayana datang sambil berteriak menyapa seluruh kelas dengan heboh. Venus menghela napasnya sambil memutar bola matanya malas, dia menatap Rennath yang tidak merasa terganggu dengan datangnya Dayana dia masih sibuk mengerjakan tugas-tugas yang ada di buku tulis itu.

"Venus, kemarin aku habis belanja aku liat ada bandana lucu banget pasti kamu suka!" ucap Dayana sambil menarik lengan kanan Venus yang cukup keberatan untuk beranjak dari kursi itu.

Dengan senyum yang di paksa Venus kembali duduk di kursi miliknya dan duduk menghadap Dayana yang sedang mengeluarkan benda yang ia maksud tadi, Venus menoleh ke arah Rennath yang juga sedang menatapnya dengan tatapan datar kemudian Dayana memakaikan bandana rajutan berwarna krem dengan aksen garis merah di ujungnya dan sebuah hiasan rajutan berbentuk cerry merah yang ia beli ke kepala temannya kemudian Venus tersenyum manis sambil melihat pantulan dirinya dari kaca melihat cantiknya bandana yang Dayana beli untuknya.

Dengan senyum yang di paksa Venus kembali duduk di kursi miliknya dan duduk menghadap Dayana yang sedang mengeluarkan benda yang ia maksud tadi, Venus menoleh ke arah Rennath yang juga sedang menatapnya dengan tatapan datar kemudian Dayana memakai...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Contoh gambar)

Venus tersenyum merekah lalu memotret dirinya beberapa kali mengenakan bandana itu. "Lucu banget terimakasih, Dayana!" ucapnya ceria.

Dayana tertawa kecil lalu mengangguk. "aku juga beli loh, cuma beda warna aja tapi aku lupa bawa padahal udah niat banget mau pake itu biar kapelan," sahutnya sedih, sambil menaruh wajahnya di meja dengan tangan kanannya menjadi bantalan.

Venus terkekeh lalu mengelus-elus iba Dayana hingga bell kelas berbunyi pelajaran di mulai seperti biasa namun, Venus di buat khawatir saat mata pelajaran matematika di mulai. Guru killer yang mengetahui Venus tidak mengerjakan tugas yang ia buat mulai melayangkan penggaris panjang legendnya itu mengenai bokong Venus dan berakhir di gudang.

"Sedih banget, sih nasib dede emes ini, udah mana lupa ngerjain pr di suruh bersihin gudang mana sendirian, omaygatttt Tuhan! Tolong kirimkan pangeran berkuda! Kalo ada cowok yang dateng ke sini nemenin aku fix banget Tuhan dia jodoh aku!" ucapnya sambil berdoa melipat tangannya dan menatap langit-langit.

Suara pintu gudang yang reot berbunyi ringkih membuat Venus terkejut bukan main, dengan keberanian sebesar kacang kuaci Venus mengambil sebuah sapu dan mulai berjalan perlahan kearah pintu gudang yang terbuka sedikit, saat pintu itu mulai terbuka lebar.

"AAAAAAAAAAAAA JURUS SAPU TERBANG!!!!" Teriak Venus sambil melayangkan sapu itu tanpa tentu arah dengan mata tertutup rapat.

"AAAAAAAA!" Venus masih berteriak dengan sapu yang tetap mengibas tanpa tentu arah hingga matanya terbuka. "Aaaaaa, a - a, ah, um ...." Teriakannya tiba-tiba mengecil saat melihat Rennath berdiri di depannya dengan tatapan aneh.

Akward moment...

Venus mulai merapikan tatanannya sambil menatap ke sembarang arah menahan malu. "sudah selesai teriaknya? Butuh air? Ppffftttt," ucap Rennath, menahan tawa.

***

Setelah suasana canggung itu berlalu Venus dan Rennath duduk berdampingan di atas matras olahraga yang jarang di gunakan, Venus merapikan poninya yang berantakan dan bandana barunya itu.

"Nath, bandana aku bagus 'kan?" tanya Venus dengan senyum merekah.

"Jelek."

Senyum Venus seketika luntur dan di gantikan gerutu. "kamu 'kan nanya, aku jawab, salah?" sahut Rennath.

Venus yang suasana hatinya tidak baik itu hanya menatap sekitar sekitar dengan wajah sebal. "Iya, iya, iya, nggak salah, aku yang salah." sahutnya ketus.

Rennath mengangguk sambil tertawa kecil. "Kenapa nggak ngerjain tugas? Bukannya itu penting?" tanya Rennath.

Venus mengendus kesal lalu menatap Rennath. "aku nggak ngerjain pr karena semaleman nyari Sosmed kamu tau! Eh!" Tiba-tiba Venus menutup mulutnya rapat-rapat menggunakan kedua tangannya sambil menatap Rennath dengan bola mata yang melebar.

"Sosmed, aku?" tanya Rennath.

Dengan salah tingkah Venus kembali menatap sekitar tak lupa pipinya mulai merona. "Nggak, maksudnya aku itu aku ke asyikan main sosmed jadi lupa waktu, begitu deh hehe."

"Aku nggak main sosmed,"

Seketika Venus menatap Rennath tidak santai. "Hah!! Pantes aja nggak ada!! Ehhhh astaga! Omaygat!" sahut Venus lagi-lagi menutup mulutnya.

Rennath tersenyum tipis. "Jadi semaleman nyari itu?"

Gadis itu menatap Rennath dengan bibir enggan untuk menjawab. "Kenapa kamu juga nggak ngerjain pr?"

Kini Rennath yang menghela napas berat. "Sesekali bolos kelas gapapa 'kan?"

Venus menatap bingung Rennath. "jadi kamu nggak ngerjain pr?"

Rennath menggeleng. "Ngerjain kok, cuma aku bohong aja ke Pak Edwin kalo aku nggak ngerjain padahal, sih udah."

Tiba-tiba Venus menunjuk Rennath dengan senyum mengejek. "Supaya bisa nemenin aku, yaa??? Hayoo ngaku kamu, hayo,"

Rennath mendadak berdiri. "Aku pamit, udah jam istirahat, sampai jumpa."

Venus mendongkak melihat Rennath yang pergi begitu saja meninggalkan dia sendirian di dalam gudang, lalu beranjak dan berlari menghampiri Rennath yang sudah pergi lebih dulu.

***

Cukup sekian...

Can't You See Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang