THE NOVEL'S PART NINE

18 5 1
                                    

"Perasaanku selalu tulus untukmu walaupun aku tahu perasaanmu itu bukanlah untukku melainkan untuk orang lain yang justru mencintai yang lain."

***

Aku menatap langit-langit kamar yang gelap dalam diam, tanpa ada seseorang di sisiku. Namun, aku sudah terbiasa dalam kesunyian tanpa ujung ini, aku menghembuskan napas berat kemudian melihat cahaya dari luar kamar di lawang pintu kamarku karena pintu itu sudah rusak oleh kecerobohan Venus, mau marah tapi tingkahnya yang jenaka itu menolak untuk aku tegur karena amarah.

Suara gerbang rumahku terdengar, membuat jantung ini berdegup kencang ketika suara merdu Venus ketika bernyanyi terdengar samar-samar dari luar sana. Aku menelan ludahku susah payah, dan hal bodoh yang terlintas di benakku adalah berpura-pura tidur di gelapnya kamar tidurku.

Keringatku sudah membasahi pelipis, bayangan akan kedatangannya dari lawang pintu yang terang terlihat jelas saat mataku tertutup rapat, langkahnya yang perlahan memasuki kamarku juga terdenger pelan sepertinya dia berjalan dengan cara berjinjit, mataku mulai bergerak gelisah beruntungnya aku, karena keadaan kamar yang gelap Venus tidak akan melihat mataku yang berkedut tak karuan ini.

Aroma harum dari minyak wangi Venus menguak jelas di indra penciumanku dari arah kanan tubuhku, aroma yang sangat manis dan menenangkan itu membuat hatiku tenang.

"Oh, udah bobo." ucapnya dengan nada berbisik, kemudian menyelimutiku dengan sangat pelan hingga menutupi leherku.

Jantungku kembali berdegub kencang kemudian tangannya menyentuh keningku membuat bola mataku bergerak tak karuan lagi. "Kok, keringetan? Kamu meriang? Tapi nggak panas atau AC-nya mati? Cek dulu deh."

Venus beranjak dari tepian kasurku mencari remot AC barulah aku bisa bernapas lega dan mengintipnya samar-samar. Namun, helaan napasku terlalu kuat hingga mengeluarkan suara yang membuatnya seketika menoleh ke arahku. Bodohnya aku, dengan cepat pula aku menutup mataku kembali dengan rapat seakan-akan hal itu tidak terjadi. Dengan mata terbuka sedikit aku melihat Venus melangkah ke arahku lalu duduk bersandar di sampingku secara perlahan.

Sial, jantung ini benar-benar tidak bisa di ajak kerjasama hari ini, aku berharap Venus tidak mendengar detak jantungku yang bekerja tak karuan ini. Sebuah usapan lembut di kepalaku dengan gumaman lembut yang merdu menenangkan jantungku yang sedang bekerja ekstra ini, sepertinya malam akan terasa panjang karena aku tidak mau tertidur dengan mudahnya karena kenyamanan yang baru ini aku rasakan di sepanjang hidupku, sepertinya aku rela terluka setiap hari jika harus mendapatkan kenyamanan tiada tara ini. Aku harap, aku bisa merasakan hangatnya usapan lembut ini setiap harinya.

Sudah satu jam lamanya Venus terus mengusap lembut kepalaku dengan perlahan aku mulai berani membuka mataku dan menoleh ke arahnya yang sedang bermain ponsel dengan Volume yang kecil, dia menoleh ke arahku lalu tersenyum kemudian menaruh ponselnya di atas kasur sambil merosot agar bisa berbaring sejajar denganku, dengan tangan yang terus mengusap kepalaku dengan sayang tanpa sadar keinginanku akan memeluknya menjadi sangatlah besar, tanpa kusadari tanganku sudah bergerak menarik pinggangnya dan aku bersedekap di depan dadanya dengan nyaman.

"Kamu mimpi buruk?" ucapnya kemudian mengusap punggungku dengan lembut.

Aku menggeleng. "Nggak,"

"Terus? Kenapa ngedusel?"

Aku menatap wajahnya dari bawah. "Pengen aja, nggak boleh, ya?" tanyaku.

Can't You See Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang