"Nyatanya, nyaliku tidak sebesar yang aku katakan, melihatmu dari jauh adalah jalan ninjaku karena sifat pengecutku yang mendominasikan tubuh ini, ingin rasanya berdiri di depanmu dan mengatakan semua yang ada di hatiku. Namun, semua akan menjadi semu karena lidahku yang kelu."
***
Venus duduk di kursinya dengan sebuah Tws melekat di telinganya, sambil bersenandung riang jarinya sibuk menggulir komik kesukaannya yang baru saja ter-update itu. Venus tersentak ketika Tws-nya tiba-tiba non-aktif secara sendirinya, kemudian dia menoleh melihat Rennath berdiri di sampingnya sambil tersenyum manis.
Venus berdiri dengan wajah heran. "Kok, kamu masuk sekolah? Kan kamu masih sakit, Nath!" omel Venus.
Rennath menghela napas panjang. "Kamu kira tiduran di atas kasur minum obat, di pantau lewat chat setiap saat nggak bikin jenuh? Daripada kamu pantau aku lewat chat mending pantau aku dari deket aja," sahut Rennath.
Gadis itu menatap Rennath dengan tatapan tak suka, dengan alis bertaut dia menatap lengan kanan Rennath yang di gips berwarna hitam.
"Itu, nggak sakit?" celetuk Venus menunjuk arah tangan Rennath dengan dagunya.
"Aman, kata Abang kamu selagi nggak di senggol sih aman, lagian aku udah minum obat pereda nyeri, aku juga bawa kok obatnya tenang aja," jawabnya meyakinkan.
Venus menghela napas pasrah. "Iya deh, tapi dalam pengawasan aku ya!" perintah Venus.
Rennath mengangguk lalu memberi hormat. "Baik, siap yang mulia!" ucapnya lalu tersenyum lembut ke arah Venus.
"Cantik, kamu cantik pake jepitan itu," puji Rennath.
Mendengar itu Venus menahan senyum kemudian menyentuh jepitannya lalu menatap ke arah yang lain. "Udah sana jangan muji-muji, langsung duduk jangan macem-macem," perintah Venus karena salah tingkah.
"Ihh salah tingkahnya marah-marah," goda Rennath.
"Nath!" rengek Venus.
"Iya-iya aku duduk." Rennath berjalan ke arah kursinya lalu duduk dengan tenang menatap Venus yang juga menatapnya dengan tatapan masih kesal.
Selang beberapa menit kemudian suara riuh di luar sana terdengar, semua murid yang ada di dalam kelas seketika hening saat melihat Rod berjalan ke arah kelas mereka dengan senyum miring. Venus yang melihat itu mulai jengah dan melipat kedua tangan di dada menatap Rod dengan tatapan tidak suka.
"Pagi!" sapa Rod.
"Ngapain ke sini? Mau bikin ricuh?" Tanya Venus.
Rod tertawa lalu berjalan menghampiri Venus kemudian mendorong kening Venus dengan jadi telunjuknya.
"Jangan sok tau, aku ada urusan sama cowok di ujung sana," sahut Rod sambil menunjuk ke arah Rennath.
Venus menatap Rennath sekilas lalu menatap Rod yang lebih tinggi darinya. "Berurusan sama Rennath berarti berurusan juga sama aku, ada apa?" tantang Venus.
"Woah! Santai-santai, cuma mau tegur sapa aja sih, mau jenguk kacung aku," sahut Rod, kemudian mendorong tubuh mungil Venus kesamping hingga gadis itu terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't You See Me?
Teen Fiction"Dengar, aku akan menjadi penggemar nomor satumu jadi ... Ayo berjuang jangan menyerah!" seru Venus antusias. Rennath menatap Venus sambil tersenyum gemas lalu mengusak puncak kepala Venus dengan gemas. "Penggemarku jelek! Baiklah ayo sama sama berj...