Venus berlari kecil membawa dua kotak susu vanila di tangannya, menelusuri lorong kelas menuju atap sekolah yang ada di lantai empat sambil tersenyum merekah dia berjalan mendekati pintu Rooftop yang mulai mendekat.
Suara ringkih dari pintu besi itu terbuka, ketika Venus telah sampai Rooftop ia langsung di sambut oleh angin sepoy-sepoy yang menerpa dirinya tersenyum lega sambil merentangkan kedua tangannya membiarkan angin membawa rambutnya terbang kebelakang. Matanya bergerak mencari seseorang yang baru saja menjadi temannya semalam, Venus tersenyum lebar melihat Rennath sedang duduk manis sendirian di sebuah kursi di ujung sana sambil menulis sesuatu di dalam buku tak lupa Headset yang selalu ada di telinganya dengan cekatan Venus berlari lalu duduk di kursi kosong tepat di samping pemuda itu.
Venus menepuk pundak Rennath hingga pemuda itu mendongkak lalu tersenyum melihat Venus yang datang untuknya, ia melepas sebelah Headsetnya lalu memberikannya pada Venus.
"Ini apa?" tanyanya dengan nada bingung.
Rennath tersenyum lalu menarik lengan Venus untuk duduk lebih dekat di sampingnya kemudian memasangkan sebelah Headsetnya itu di telinga Venus tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Mata Venus membulat mendengar lagu yang tengah ia dengar kemudian menatap Rennath dengan wajah terkagum.
Pemuda itu tersenyum menatap Venus. "Close, judulnya Close kamu suka? Maaf kalo suaraku nggak sebagus ekspektasi kamu, aku masih belajar vocal."
Venus menatap Rennath dengan wajah yang masih sama seperti tadi. "Ini ...,"
Rennath mengangguk lalu tersenyum. "Aku yang buat lagunya, kamu bilang kalo aku boleh kasih tau kamu apapun itu, walaupun nggak penting sekalipun 'kan?"
Venus tersenyum lebar lalu mengangguk setuju. "Iya, harus, wajib. Ini kamu yang buat?? Bagus banget! Tapi ... Artinya apa? Maaf aku nggak tau bahasanya tapi bagus kok!"
Rennath tersenyum lalu menatap langit. "Tentang cinta pertama, sebuah perasaan yang membuat hidup dia lebih berwarna," jelasnya kemudian menatap Venus.
Gadis itu tersenyum menggoda lalu menusuk-nusuk 'kan jari telunjuknya ke arah pinggang Rennath hingga pemuda itu kegelian. "Uuu, apa kamu punya cinta pertama? Uuuu Rennath sudah besar, ya? Uuuu siapa tuh?" goda Venus.
Wajah Rennath yang bersemu tidak bisa di tutupi lagi ia menatap ke arah yang lain dengan jantung yang berdebar kencang. "Enggak! Itu 'kan cuma ... Itu-itu cuma lagu, hanya lirik karangan aja kamu juga bisa kok bikin, bu-bukan berarti aku punya cinta pertama!" jelasnya dengan wajah panik.
Melihat itu Venus semakin gencar menggoda temannya itu lalu tertawa. "Hahah! Iya-iya percaya," sahutnya sambil menatap langit yang cerah.
Venus menarik napasnya dalam-dalam lalu menatap pemuda di sampingnya. "Jadi, selama ini kamu itu komponis?"
Rennath mengangguk. "Iya, karena bagi aku ... Yang paling tau apapun yang aku rasain adalah musik, dia bisa menjelaskan rasa yang aku sendiri sulit untuk menjabarkan tapi, musik bisa,"
Venus mengangguk-angguk paham. "Jadi, cita-cita kamu itu jadi komponis lagu?"
Rennath tertawa kecil lalu menarik napasnya sambil menatap langit. "Mungkin, tapi aku mau jadi bintang. Aku mau semua orang dengar apa yang aku rasakan, aku mau buktiin ke mereka yang udah hina aku kalo aku lebih pantas dari mereka, aku cuma mau di akui kalau aku juga sama seperti mereka lewat lagu yang aku buat."
Mendengar itu seketika Venus beranjak dan berdiri di hadapan Rennath lalu membungkuk sambil menatap mata pemuda itu dan memegang kedua pundaknya. "Aku dukung! Buktiin kalo kamu jauh lebih pantas, aku bakal jadi penggemar nomor satu kamu! Boleh aku pinta lagunya? Mau aku pamerin ke orang-orang kalau penciptanya adalah Hwang Rennath!" seru Venus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't You See Me?
Teen Fiction"Dengar, aku akan menjadi penggemar nomor satumu jadi ... Ayo berjuang jangan menyerah!" seru Venus antusias. Rennath menatap Venus sambil tersenyum gemas lalu mengusak puncak kepala Venus dengan gemas. "Penggemarku jelek! Baiklah ayo sama sama berj...