BAB 18 : DEFENSE

4K 157 6
                                    

Say hello to eonni dong💋
Thank you wir udah baca. Bantu share dan follow yaaaa
Spam next yuk 💋

🏴‍☠️

Ringisan demi ringisan yang berasal dari bibir merah muda milik gadis beriris hitam terdengar menyedihkan. Luka pada sudut bibirnya sedang diobati oleh laki-laki yang sudah menyelamatkan hidupnya.

Van hitam yang membawa Teresa sempat dihadang, tetapi pelakunya berhasil kabur setelah membuang Teresa di pinggir jalan.

"Kalo sakit banget bilang," ujar Haidar menekan luka robekannya. Tentu saja sang empunya langsung mencengkeram lengan Haidar.

"Pelan-pelan, Bang," peringat Heksa. Laki-laki itu datang dari arah dapur sembari membawa baskom yang berisi air hangat serta handuk kecil.

Teresa melirik sekilas. Kedua mata mereka pun sempat beradu sebelum Teresa mengalihkan pandangannya lebih dulu. Sialnya, saat mengedarkan kedua irisnya, ia malah beradu pandang dengan keempat orang yang duduk di seberangnya.

Jagat, Bastian, Diaz dan Noah.

Selain Diaz, keempat laki-laki seusianya itu masih memakai seragam sekolah. Sadar akan hal itu, Teresa pun memandangi tubuhnya yang sudah terbalut jaket pemberian Haidar.

Saat tubuhnya dilempar keluar oleh salah satu pelaku, Teresa langsung merangkak menjauh. Kesadarannya belum sepenuhnya hilang. Saat itulah sebuah kehangatan menyelimuti tubuhnya.

Laki-laki berkharisma kuat menyerahkan jaketnya dan membawa Teresa ke tempat yang aman. Sebuah apartemen mewah nan luas.

Alih-alih membawa ke rumah sakit, dirinya malah dibawa ke apartemen. Teresa tidak tahu apa maksudnya, tetapi ia bersyukur karena bisa terlepas dari orang-orang jahat tersebut.

Jika tak ada Haidar, maka hidup Teresa sudah diambang kematian.

"Kenapa nggak dibawa ke rumah sakit aja, Bang?"

Heksa duduk di sebelah Teresa. Menatap bingung ke arah kakaknya.

Ada helaan napas, sebelum Haidar menjawab.

"Gue nggak mau ambil resiko. Bisa bahaya kalau ada yang tahu masalah ini. Anak buah gue bahkan belum bisa menemukan Van itu."

"Lapor polisi aja," celetuk Bastian. "Supaya Bang Haidar nggak usah repot-repot urus tuh cewek."

Bastian memandang tak suka pada Teresa. Tetapi hanya diabaikan saja. Lagi pula, Teresa tidak membutuhkan laki-laki tersebut di sana.

"Berapa orang pelakunya?" tanya Diaz. Dia mendekat pada Teresa dengan tatapan serius.

"Lima orang."

"Lo kenal mereka?"

Menggeleng, Teresa meringis sakit ketika sikunya tersentuh obat merah.

Haidar langsung menjauhkan kapas tersebut.

"Pegang tangan gue kalau sakit," ujar Haidar.

"Modus," desis Heksa.

Mengabaikan laki-laki di sampingnya, Teresa menuruti ucapan Haidar untuk memegang lengan berotot itu. Tatapan teduh tersebut berhasil menenangkannya.

"Mustahil lo nggak kenal mereka," celetuk Bastian dengan nada ketus. "Lo, kan, cewek liar. Sering balapan di jalanan. Mungkin aja mereka musuh lo."

"Gue nggak kenal mereka," tegas Teresa.

"Mencurigakan." Bukan Bastian, tetapi Jagat yang menimpalinya.

Tidak ingin menimbulkan kekacauan, Teresa memilih diam saja.

"Kalau aja bukan karena Heksa yang minta tolong, gue yakin hidup lo nggak akan selamat. Say thank you to Heksa," ujar Jagat.

𝐓𝐄𝐑𝐄𝐒𝐀 [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang