BAB 23 : VILLAIN

4K 161 7
                                    

Follow yuk sebelum baca💗
Happy reading bestie💋
Voting juga untuk cerita ini, yaaa💗

🏴‍☠️

Sesuai isi pesan yang dikirimkan sosok tak asing lagi, Teresa menemui laki-laki yang sedang duduk di atas kap Jeep hitam dengan wajah setengah kusut.

Dirinya hampir tiga jam di interogasi oleh miss Kim mengenai kejadian di koridor tadi siang. Poin kedisiplinannya berakhir minus banyak. Selain itu, Teresa juga mendapatkan skors selama tiga hari.

Hari ini Teresa penuh kesialan.

Ia hanya menerima dengan lapang dada. Karena Teresa memang salah. Itu juga ia lakukan demi harga dirinya. Yang benar saja jika harga diri direndahkan dirinya tetap diam saja. Nanti yang ada musuhnya akan semakin semena-mena.

"Terlambat lima menit," ujar Heksa sembari melihat jam tangannya.

"To the point!" ujar Teresa dengan kesal.

Ia lelah hari ini, tetapi demi uang dirinya harus mengesampingkan semua itu. Iya, Teresa sudah memutuskannya beberapa menit sebelum diinterogasi untuk menemui Heksa.

"Masuk."

Heksa turun dari kap mobil—membuka pintu sebelah kemudi. Menggerakkan dagu—memerintah Teresa agar masuk ke dalam mobil.

Membuang napas kasar, Teresa menurut saja. Ia sedang malas berdebat panjang.

Memastikan Teresa sudah duduk dengan aman, barulah Heksa menutup pintu mobil dan masuk ke kursi kemudi.

"Kalau lo lelah, tidur aja. Nanti setelah sampai, lo akan gue bangunin," ujar Heksa memutar kemudi—keluar dari area parkir mobil.

Heksa benar, Teresa memang lelah. Namun, ia juga harus siaga satu terhadap Heksa. Takut jika laki-laki tersebut membawanya ke suatu tempat dimana Teresa akan diperlakukan dengan jahat. Siapa tahu, kan, di balik wajah yang tenang itu ada rencana busuk terhadapnya.

"Tenang aja, gue nggak akan macam-macam."

Apakah laki-laki di sampingnya ini cenayang? Sehingga bisa menebak jalan pikirannya yang kini menakutkan banyak hal.

"Tidur aja," ujar Heksa menambah kecepatan mobil.

Seperti mantra sihir, Teresa mulai memejamkan matanya meskipun was-was. Hari ini dirinya memang sangat lelah. Namun, Teresa tidak benar-benar tertidur. Matanya masih sedikit terbuka memperhatikan jalanan yang membawanya ke suatu tempat.

Ia tidak tahu apa rencana Heksa saat ini. Jika saja tidak mengingat bayaran yang ditawarkan, maka dirinya tidak ada di samping Heksa sekarang.

Teresa tidak menyia-nyiakan kesempatan lagi. Jika bayaran tinggi dengan bekerja pada Heksa bisa menutup biaya hidupnya, maka akan dirinya lakukan. Awalnya, ia ingin menjauh dari Heksa, tetapi hutang besar terhadap seseorang memaksa Teresa menjilat ludahnya sendiri. Lagi pula, melawan rasa takut dan menekan ego dalam dirinya tidak akan menjadi masalah. Karena lebih baik merendah agar menang, daripada bersikap terlalu sombong.

"Teresa, lo tidur?" tanya Heksa.

Tidak ada jawaban. Hanya ada alunan lagu bersuara kecil mengisi keheningan di antara keduanya.

"Yang lo lakukan tadi di sekolah benar-benar gila."

Teresa mendengar kekehan pelan dari Heksa.

"Ternyata lo berbahaya juga, ya, kalau lagi marah. Gue cukup terkejut melihatnya. Di balik wajah angkuh lo ada iblis bersembunyi," lanjutnya dengan pandangan masih lurus ke depan.

𝐓𝐄𝐑𝐄𝐒𝐀 [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang