Annyeong bestie. Eonni back💋💋💋
Thank you and sorry everyone 💋
Happy reading and enjoy💗💋
🏴☠️
Seorang gadis duduk di tengah ranjang dengan kedua tangan dan kakinya terikat. Rambutnya terlihat berantakan serta pakaiannya kusut.
Kedua iris hitamnya menatap penuh sengit pada sosok di sofa yang berada di seberang depan ranjang. Tubuh bagian atas yang tak tertutup sehelai benang itu hanya duduk diam sembari menyesap benda nikotin.
Wajah yang penuh luka lebam serta jejak merah di sudut bibirnya membuat tatapan sang gadis semakin sengit. Teresa berdecih malas.
Ia meringsek menuju ujung kasur dengan susah payah. Pergerakannya itu tidak luput dari jarak pandang laki-laki berengsek yang terus menatap padanya tiada henti.
Angka jarum jam di dinding sudah menunjukkan waktu yang hampir menuju tengah malam, tetapi kedua insan itu saling sibuk dengan pikiran masing-masing.
Bastian mematikan benda nikotin tersebut yang masih sisa setengah, lalu membuangnya ke asbak saat Teresa terjatuh ketika berjalan mendekat padanya.
"Sialan," keluh Teresa.
"Nyusahin," cibir Bastian. Namun, laki-laki itu tetap diam saja di sofa dan terus memperhatikan Teresa yang bersusah payah berdiri.
"Cara lo kampungan banget," ejek Teresa. "Kalau mau bicara sama gue, datang langsung aja. Nggak perlu menyewa orang untuk menculik gue ke sini," lanjutnya tanpa ada rasa takut.
Awalnya, Teresa tidak tahu jika ia akan mendapatkan bahaya saat pulang dari rumah Natha. Teresa masih takut saat kejadian penculikan waktu itu, tetapi ketika tahu mereka menyebutkan nama laki-laki berengsek di depannya itu, rasa takut yang sempat hinggap seketika lenyap begitu saja. Hanya ada rasa kesal yang Teresa rasakan.
"My life, my rules," imbuh Bastian.
Ia berjalan menghampiri Teresa membuat gadis itu memundurkan diri hingga terpojok. Iris kecokelatan itu menatap intimidasi padanya. Tidak lupa, aroma khas Bastian serta aura dominan berhasil membuat Teresa takut.
Tetap saja mereka dua insan remaja yang saling memendam amarah satu sama lain dan kini mereka berdua di dalam ruangan yang iblis pun bisa menghasut untuk keduanya terhanyut oleh pikiran masing-masing.
"Shit," umpat Teresa saat tangan Bastian menyentuh kakinya—melepaskan ikatan.
"Jangan berulah kalau masih mau hidup," peringat Bastian tidak bercanda.
Kemudian, ikatan di tangannya pun di lepas. Wajah laki-laki itu pun sangat dekat dengannya. Teresa bisa melihat luka-luka mengenaskan yang ia tahu siapa pelakunya.
Teresa tidak menyangka jika Diaz yang tenang memiliki jiwa iblis di dalamnya. Dan laki-laki itu berani memukul sahabatnya sendiri karena dirinya. Satu sisi Teresa bangga, tetapi sisi lain ada rasa sakit ketika melihat Bastian terluka cukup parah.
Teresa membencinya.
"Tatapan apa itu," tanya Bastian tepat di depan wajahnya.
Mengabaikan pertanyaan konyol itu, Teresa menggeser posisinya, tetapi Bastian menarik pinggangnya bahkan mengangkat Teresa ke tepi ranjang tanpa beban. Tentu saja sang empunya terkejut bukan main.
"Mau berakhir seperti apa malam ini? Tragis, damai atau penuh kenikmatan—"
"To the point!" potong Teresa dengan cepat. Ia sangat tak nyaman ketika Bastian berjongkok di antara kedua pahanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐄𝐑𝐄𝐒𝐀 [SELESAI]
Romans𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Young adult - Romance⚠️ Pemberani. Keras kepala. Angkuh. Tiga kata yang menggambarkan karakter dari seorang gadis yang duduk di bangku sekolah tingkah akhir. Teresa. Gadis misterius pemilik iris hitam yang hidupnya se...