THE FLOWER GARDEN

686 42 11
                                    

Di mana ini?  Pikir Kaizo.

Pandangannya berputar, berusaha mencerna apa yang terjadi. Dia tidak tahu dan dia tidak ingat, bagaimana dia bisa berada di tempat seperti ini. Kaizo telah menjelajah banyak planet, dia telah menginjakkan kakinya ke berbagai tempat yang bahkan banyak orang tidak dapat bayangkan. Dari tanah merah basah dengan potongan tubuh hingga tanah penuh abu dari sisa kehidupan yang di bom nuklir. Kaizo telah melihat banyak hal, inderanya merasakan banyak hal, tapi tidak pernah dia merasakan hal seperti ini.

Kaizo menengadah, langit-langit melengkung menyerupai kubah menyambut matanya. Dia segera mencerna bahwa tempat dia berada sekarang adalah sebuah terowongan, terowongan yang begitu panjang hingga matanya tidak menangkap akhir maupun awal dari terowongan ini.

Terowongan yang aneh, Kaizo tidak pernah memasuki tempat semacam ini, terowongan yang dia tahu adalah tempat gelap dengan lampu kekuningan yang kerap berkedip-kedip sehingga membuat kepalanya pening, terowongan yang dia tahu adalah bangunan menyerupai perangkap yang tersusun dari dinding semen dengan jalan berliku dan bercabang. Terowongan yang Kaizo tahu adalah tempat yang licik, penuh jebakan di cabangnya, dan kejutan di setiap lika-likunya.

Anehnya, terowongan ini bukan seperti yang dia tahu. Tidak ada kegelapan, tidak ada lampu kekuningan yang menyakiti matanya, justru cahaya matahari seolah menyusup masuk ke dalam terowongan, memperlihatkan setiap sudut dan liku tanpa menyembunyikan apapun. Rasanya hangat di sini, seperti dia sedang berada di bawah siraman matahari senja, bukan sensasi lembab yang biasa terowongan timbulkan. Semakin matanya membiasakan diri dengan keadaan sekitar, Kaizo menyadari dinding terowongan ini tersusun dari tumbuhan merambat yang ditumbuhi oleh bunga-bunga berwarna perpaduan putih dan violet. Langit-langitnya ditumbuhi tumbuhan serupa, tirai dedaunan menjuntai dari atas sana, bergoyang lembut oleh angin yang entah berasal dari mana.

Seluruh inci tumbuhan ini berwarna senada, dahan kecilnya beserta daun yang merambat di seluruh dinding dan langit-langit memiliki warna seputih kelopak bunga yang berhujanan. Tangannya terulur menangkap kelopak bunga yang berjatuhan. Memainkannya sejenak sebelum membiarkan kelopak itu jatuh kembali.

Kaizo menunduk, melihat tanah yang dipijakinya ditutupi oleh kelopak bunga, kelopak bunga itu menimbun hingga mata kakinya tenggelam dalam kubangan kelopak. Warna perpaduan dominasi putih dengan sebagian kecil warna violet itu mengingatkan Kaizo pada sesuatu, atau sebenarnya seseorang.

Matanya mengerjap. Setiap kedipan yang dia ambil, sebuah memori lama kembali muncul. Keberadaannya di terowongan ini mengingatkannya pada rumah masa lalunya.

Kaizo ingat, mendiang ibunya sangat menggemari taman bunga, mereka memiliki rumah yang cukup luas di planet asalnya, dengan sebuah taman di atap bangunan rumah mereka, mendiang ibunya merawat berbagai jenis bunga di tamannya, beberapa bunga itu bahkan merupakan bunga langka yang berasal dari planet lain, langsung dibawakan oleh duta besar yang berkunjung dari planet lain.

Satu hal yang paling dibanggakan oleh ibunya dari tamannya adalah terowongan bunga kecil yang dibuat sendiri oleh mendiang ayahnya untuk ibunya sebagai hadiah kehamilan pertama, terowongan itu hanya sepanjang tiga meter, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu lebar, namun keberadaan terowongan itu seperti menjadi bintang utama di taman mereka.

Indah... Pikir Kaizo.

Kakinya melangkah, selama beberapa saat kepala Kaizo dibanjiri dengan memori masa kecilnya, pikirannya timbul tenggelam sehingga baru setelah dia melangkah cukup jauh Kaizo baru menyadari dia tidak memakai alas kaki apapun, sebetulnya dia baru menyadari dia mengenakan pakaian yang berbeda, bukan jenis pakaian yang biasa dia gunakan. Kaizo bukan penggemar warna putih, tapi pakaian yang menyelimutinya sekarang merupakan kemeja dan celana seputih kelopak bunga yang berjatuhan.

Fanfic about the carrot siblingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang