Dia ingat kala itu adalah pertama kali Fang masuk ke dalam dekapannya. Di rumah sakit, beberapa jam setelah kelahiran Fang. Sang ibunda bersandar di ranjang rumah sakit, terlihat lelah namun tidak mengusir senyuman dari wajahnya.
Kaizo sudah paham kala itu kalau proses kelahiran adalah hal yang panjang dan menyakitkan, dia merasa tidak seharusnya berada di kamar perawatan sang ibunda karena seharusnya sang ibu beristirahat, tapi Kaizo tidak dapat berbohong kalau dia sangat ingin bertemu dengan sang Ibu karena kekhawatiran menggedor-gedor dadanya.
Proses kelahiran Fang cukup cepat, itu yang sang Ayah katakan saat menunggu kelahiran sang adik di ruang menunggu. Dia bilang saat Kaizo sendiri lahir, prosesnya terbilang cukup lama dikarenakan kelahiran pertama memang sulit bagi setiap wanita.
Ayahnya ikut serta menemai sang ibu dulu saat kelahiran Kaizo, menyaksikan segala prosesnya, dan memberikan dorongan mental kepada sang Ibu. Kaizo juga merasa seharusnya sang ayah bersama sang ibu untuk proses kelahiran adiknya kali ini, tidak seharusnya sang ayah menemaninya di ruang tunggu, lagipula Kaizo sudah besar, tidak masalah jika dia menunggu sendiri, namun kali ini, sang ayah justru menunggu di ruang tunggu bersamanya, tentu itu adalah hasil kesepakatan kedua orangtuanya jauh sebelum proses kelahiran adiknya dimulai, mau bagaimanapun mereka adalah orangtuanya, mereka tahu yang lebih baik.
Setelah Kaizo dewasa dan mengingat hal itu, Kaizo rasa keputusan orangtuanya memang yang terbaik. Meninggalkan anak 10 tahun seorang diri di ruang tunggu bukanlah hal bijak.
"Apa kau mau mencoba menggendongnya?" Tanya sang ibunda saat Kaizo dan ayahnya sudah diizinkan masuk ke ruang perawatan.
Kaizo berdiri tidak jauh dari ranjang Ibunya, lega melihat kalau ibunya baik-baik saja, tatapannya saat itu bergantian tertuju pada sang ibunda dan adik yang berada di gendongannya. "Boleh?" Tanya Kaizo balik.
Sang ibu tertawa pelan. "Tentu sayang." Dia menoleh ke arah sang suami yang baru selesai bicara dengan suster dan mengisi beberapa dokumen penting di sisi ruangan.
Sang ayah menangkap sinyal sang Ibu, pria itu segera mendekati ranjang ibunya, memberikan kecupan lembut di puncak kepala sang ibu sebelum mengambil Fang dari gendongan Ibunya. Ayahnya kala itu juga memberikan kecupan kecil ke dahi adiknya yang baru lahir sebelum menyerahkannya pada Kaizo.
"Lihat tangan ayah, posisikan tanganmu seperti ini ya," ucap ayahnya seraya membantu Kaizo untuk mencoba menggendong adiknya.
Kaizo sebenarnya ragu, dia sangat gugup namun juga bersemangat bertemu dengan sang adik yang sudah lama dia nantikan, dia mengusir perasaan ragu itu jauh-jauh, Kaizo memberanikan diri untuk menggendong adiknya, sang ayah dengan hati-hati memindahkan sang adik yang waktu itu berada dalam balutan selimut.
Kaizo masih tidak percaya adik yang selama ini berada di dalam kandungan ibunya sekarang berada di dalam pelukannya, Fang kecil tengah tertidur, dia sangat kecil dan terasa sangat hangat. Dia menatap bayi dalam gendongannya entah untuk berapa lama karena Kaizo ingat dia samar-samar mendengar kedua orangnya tertawa pelan.
"Namanya?" Tanya Kaizo pada orangtuanya, tanpa melepaskan tatapan dari adik di gendongannya.
"Seperti yang Kaizo dulu pilih, namanya Fang," jawab sang ayah.
Di dalam gendongannya itu, Kaizo ingat Fang terbangun, dia membuka matanya, mungkin sadar dengan keberadaan sang abang yang selalu mengajaknya bicara saat berada di dalam kandungan.
"Hi Fang," ucap Kaizo pada adiknya.
Si kecil Fang menatapnya lama sebelum mengeluarkan senyuman kecil dan kembali tidur. Kaizo membuat sumpah di dalam hatinya kala itu, untuk selalu menjaga adiknya dan tidak akan membiarkannya terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfic about the carrot sibling
Short StoryKumpulan Fanfic Mini tentang Kaizo dan Fang, hanya cerita persaudaraan cenderung Angst, No Pairing