Sebelum melakukan video call bersama teman-teman melalui Skype, Renu harus bertatap muka dengan karyawannya di Indonesia melalui cara yang sama. Bukan meeting, hanya acara open box sample terbaru jualan tokonya.
Ewil bersila di sebelah Renu, mengoleskan salep ke semua jari cowok itu sambil memijat dengan kasih agar lecet di sana cepat sembuh.
Orang-orang di dalam monitor menunjukkan satu per satu pakaian ke depan kamera sambil menjelaskan detail bahan, warna dan hasil sablon.
“Desain khusus yang gue minta, gimana?”
“Belum selesai. Nanti kalo udah, gue kirim langsung ke sana.”
“Oke, thanks.”
Ewil melirik. “Karyawan lo cewek semua?”
“Ih, emang kenapa?” Karyawan bertubuh gembul, melayangkan tanggapan mendengar perkataan Ewil. Wajahnya begitu dekat dengan lensa kamera. “Mau nyinyir?”
“Kurang suka aja.”
Renu menatap heran. “Kenapa?”
“Pakai nanya,” ketus Ewil, bicara sambil fokus memijat tangan Renu.
“Siapa sih tuh cowok, Bos? Nimbrung mulu. Dia tinggal satu unit sama lo di Singapura?”
“Pacar gue.”
Semua orang di seberang sana terdiam, lalu perlahan menoleh ke arah kamera. Ewil tersenyum dan melambaikan tangan.
“Ga masalah sih lo udah punya pacar, Bos. Cuma kok lo mau sama dia?”
“Heh!” seru Ewil.
“Dia itu adik dari teman Yeri, kakak lo, kan? Seingat gue, gantengan abangnya.”
Renu tertawa.
“Lo ngatain gue jelek?” ujar Ewil, setengah membentak.
“Apa lebihnya sih?” Karyawan itu masih saja nyinyir.
“Banyak,” kata Renu.
Ewil membatu.
“Agak bego memang,” lanjutnya. “Tapi, dia selalu bersungguh-sungguh ngelakuin sesuatu demi gue.”
“Ren, lo memuji apa mencela sih?”
“Keduanya,” jawab Renu.
KAMU SEDANG MEMBACA
What We are Worried About
Roman pour AdolescentsRenu dan Ewil sudah saling mengaku saling suka, setelah permainan gila yang menyiksa, mereka sepakat untuk bersama Lalu, setelah pacaran, harus apa? ©️ Desember 2023