23 - Comeout

783 141 50
                                    

Jennie POV

Entah kenapa dadaku sesak ketika lagi-lagi aku melihatnya dengan gadis lain apalagi gadis itu orang yang sama dan pernah ia cium. Tak rela? Mungkin iya. Aku tak rela karena cemburu akan kebersamaan dan kedekatannya dengan teman-teman yang lain, tidak ada maksud lebih.

Tapi aku sendiri kesulitan untuk meyakinkan hatiku. Hati dan logikaku tak sejalan, hatiku berkata bahwa aku cemburu bukan hanya sebagai teman. Namun logikaku, akal sehatku tidak menerima pengakuan itu.

Sebenarnya kenapa dengan aku? Mengapa melihat Jisoo bersama gadis lain saja menjadi kepikiran sampai sekarang.

"Check, check ... Hallo semuanya bisa denger suara gue gak?!"

Irene dan Rose mengajakku untuk ikut di kerumunan itu yang ada di tengah lapangan basket, aku bingung ketika melihat Kai dan teman-temannya yang kini tengah berdiri di tengah-tengah dengan ia yang memegang TOA.

"Okey semuanya, gue hari ini mau ngumumin sesuatu yang khusus dan spesial."

Entah kenapa kami semua mendengar ocehannya itu, aku juga tidak tahu mengapa Irene dan Rose tertarik dengan pengumuman yang akan di sampaikan oleh laki-laki itu.

"Emang pengumumannya sepenting apa sih? Gue mau ke kelas ah." ujarku yang ingin cepat keluar dari kerumunan.

"Ish udah Jennie lo diem dulu, dengerin si Kai bakal ngomong apa abis ini." Irene menahanku untuk pergi dan akhirnya aku hanya bisa pasrah.

"Siap-siap Jen." beritahu Rose yang membuatku menoleh.

"Siap-siap apa anjir?"

Tiba-tiba saja ditengah ocehan Kai, ia memanggil namaku yang membuat seluruh atensi siswa-siswi yang ada di kerumunan tertuju padaku.

"Jennie Ruby, berdirinya gue disini bukan sekedar untuk bangga setelah menangin lomba Band antar sekolah kemaren." ucap Kai menatap fokus ke arahku seraya tersenyum. "Pengumuman spesial sebenernya ini cuma buat lo, Jennie dari awal gue ngeliat lo di kelas jujur gue langsung suka sama lo."

Aku terdiam.

"Dan hari ini gue ngeberaniin diri buat ungkapin langsung di depan semuanya." lanjut laki-laki itu yang mendapat sorakan dari teman-temannya sekaligus siswa-siswi yang ada disini.

"Jennie, mau pacaran sama gue gak?" dan akhirnya Kai mengatakan kalimat yang aku takutkan.

"NGAJAK PACARAN ATAU NAWARIN KACANG!"

"TERIMA, TERIMA, TERIMA!"

"MALU SIH KAI KALO DITOLAK!"

Teriakan dari siswa-siswi mulai bergema, membuatku yang menjadi objeknya kebingungan.

Jujur saja aku sudah malas untuk kembali memulai hubungan semenjak insiden di Mall waktu itu, ditambah saat ini hatiku tengah bimbingan karena terus memikirkan Jisoo. Dan kini Kai malah menambah beban pikiranku dengan ungkapannya sekarang.

Kai memang baik, lembut, care, dan banyak sekali yang sudah dia lakukan untukku dan jujur aku menyukainya. Jika di ibaratkan Kai adalah tipe laki-laki yang manis, tapi aku menyukainya tidak lebih dari seorang teman. Aku hanya suka sebagai teman dan tidak lebih, sekarang aku harus bagaimana?

Ini adalah situasi yang membuatku amat pusing.

"Jennie ..., lo mau nggak?" tanya Kai sekali lagi dan memang caranya menembakku tidak terdengar mengajak tapi lebih tepatnya bertanya.

Setelah kembali kupikirkan lagi, akhirnya aku membuka suara.

"Kasih gue waktu buat mikir Kai." kataku yang meminta pengertiannya, dan Kai merespon dengan baik.

Bucin ; jensooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang