6 ~ Momo

107 10 0
                                    

POV: Momo

Selesai kelas, Seungcheol menjemputku dan kami pergi ke Rumah Sakit untuk menjenguk Papa nya Seungcheol.

Di perjalanan, dengan aku yang memeluk buket bunga untuk Papa nya Seungcheol, Jeonghan ternyata mengirimiku pesan, pap ia sedang berada di tempat billiard dan aku hanya menjawab sekenanya.

Sambil sesekali mencuri-curi momen untuk memotret Seungcheol dari belakang untuk aku kirim ke Jeonghan.

"Kenapa gak peluk?" tanya Seungcheol dan aku langsung menoleh.

"Kamu lagi main hp? Chattingan sama siapa?" lanjutnya bertanya.

Waduh mampus.

Ya masa iya aku jawab jujur lagi chattingan sama Jeonghan?

"Ini Pak Beno, Dosen aku yang kemarin ngasih tugas tambahan, bentar sayang" ucapku dan membalas dengan cepat pesannya Jeonghan.

Aku menaruh ponselku di tas dan mulai memeluk Seungcheol dari belakang.

Harum parfum mahalnya selalu menjadi favoritku, aroma nakal yang sangat pria ini memang sangat cocok dengan image nya, aku hirup kuat-kuat cardigan hitam yang ia pakai.

"Sayang, kita beli buah dulu buat Papa boleh? Aku lupa bawa tentengan" ucapku di kala ia masih mengendarai.

"Jangan buah, kemaren Abang udah beli banyak, yang lain aja paling" jawab Seungcheol yang merujuk kepada Kakak laki-lakinya.

"Terus beli apa dong?"

"Papa sih tadi bilangnya pengen Holland Bakery"

"Yaudah kita beli itu aja" sahutku.

Kami menyimpang sebentar untuk membeli roti mereka dan beberapa croissant untukku.

Saat hendak membayar, Seungcheol langsung menahanku dan menyodorkan kartu kreditnya kepada kasir.

Kami melanjutkan perjalanan kami dan akhirnya sampai di Rumah Sakit.

"Papa!" aku menyapanya saat masuk ke ruangan VIP rawat inap nya.

"Eh Putri Papa" ia terlihat begitu senang dan aku memeluknya.

"Papa maaf ya Momo baru sempet nengokkin sekarang, kemarin beneran ada tugas tambahan jadi gak bisa ke sini" basa-basiku.

"Gak apa-apa, nak. Papa ngerti kok. Ngomong-ngomong, ini? Buat Papa ini?" tanya nya yang merujuk kepada buket bunga yang ku pegang.

"Ah iya, ini buat Papa"

"Waduh waduh cantiknya, kayak kamu" puji Papa Seungcheol dan aku tertawa.

Seungcheol terlihat menaruh tentengan yang kami bawa di atas meja.

"Kesukaan Papa" tunjuknya pada bakery itu.

"Mau Papa makan sekarang? Momo suapin" ucapku.

"Ah nanti aja, Papa belum cek gula darah" jawabnya.

"Ah, oke oke, eh Papa, Papa kenapa bisa kena DBD?" tanyaku dengan bentuk alis yang sedih.

"Waktu kemaren ke kalimantan sama Seungmin, kayak nya di gigit nyamuk di sana"

"Oh gitu..."

Papa nya Seungcheol lanjut bercerita tentang bagaimana ia bisa kena DBD.

Tak lama kemudian, Seungcheol yang dari tadi hanya duduk sambil main ponsel mendadak berdiri.

"Aku mau angkat dulu telepon bentar" katanya dan aku mengangguk.

Kalau sudah melakukan percakapan dengan Papa nya Seungcheol memang tidak ada ujungnya, ia sangat baik dan selalu menanyakan keadaan serta hariku.

momo jeongcheol : 2 plus 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang