15 ~ Momo (17+)

532 7 0
                                    

POV : Momo

Tugas Akhir benar-benar membuatku sibuk. Meskipun sejak awal semester 3 aku sudah mulai memikirkan bahasan dan merancang tiap bagiannya, tapi tetap saja kalau mau lulus biasanya selalu ada batu yang bisa membuatku tersandung diluar rencana.

Aku mendapat beberapa masukkan dan saran dari Dosen pembimbing sehingga aku harus memutuskan lagi akan seperti apa jadinya nanti TA ku meski saat Sempro, topik yang aku ambil disukai para Dosen. Sehingga sekarang aku lebih sering diam di kosan dan mendidihkan otakku sepanjang hari untuk mencari inspirasi.

Aku juga melewati hari-hari yang manis bersama Jeonghan sepanjang minggu dan itu membuatku tidak terlalu terbebani dengan TA ku. Aku bahagia dan senang. Namun, entah mengapa hatiku merasa tidak enak akhir-akhir ini. Perasaan tidak nyaman yang mengganjal seperti sinyal yang memberitahu akan terjadi suatu keburukkan.

Siang ini, aku pergi ke kampus untuk konsultasi kepada Dosen. Setelah selesai, aku pergi ke Minimarket di kampus dan membeli minum. Aku berjalan meninggalkan Minimarket itu setelah membeli minuman berisotonik. Namun, mataku mengunci objek seorang pria paruh baya yang terlihat mendekati aku.

"Papa" gumamku pelan saat Papa nya Seungcheol sudah berdiri tepat di hadapanku.

"Hai, Momo. Apa kabar? Momo udah lama gak nemuin Papa" sapanya.

"Hai, Pa. Kabar Momo baik. Maaf juga Pa, sekarang Momo jarang nemuin Papa, soalnya Momo sama Seungcheol udah putus" beritahuku padanya dengan nada bicara yang pelan.

"Maaf Momo baru ngasih tau ini ke Papa" ucapku.

Papa menghela nafas dengan murung. "Iya, Papa tau kok. Dan Papa menyayangkan hubungan kalian yang berakhir itu, padahal Papa udah sayang banget sama kamu lho"

Aku menunduk sedikit malu. "Momo minta maaf Pa, tapi emang keadaan yang maksa Momo buat udahan sama Seungcheol, berharap Seungcheol bisa dapetin yang lebih baik dari Momo"

Ia terlihat menggeleng. "Gak ada perempuan manapun yang lebih baik dari kamu, nak. Papa tuh udah berharap banget kamu bisa lama sama Seungcheol, dan mungkin kalian bisa menikah?"

Aku benar-benar bingung harus menjawab apa. Hatiku terasa sakit dan pikiranku seakan meracuniku bahwa aku orang jahatnya. Jahat karena telah menyia-nyiakan kasih sayang orang tua yang tulus. Aku sungguh bersyukur bisa disayangi oleh Papa nya Seungcheol karena mengingat aku yang fatherless ini dan sangat mengharapkan kasih sayang seorang Ayah.

"Momo gak bisa bilang apa-apa lagi, Pa. Momo juga sampe sekarang gak ngerti sama keadaannya tapi Momo juga gak tahan sama Seungcheol" jawabku.

"Seungcheol udah cerita semuanya ke Papa. Papa juga marahin dia karena udah nyia-nyiain kamu. Tapi, kamu tau gak kalo sekarang Seungcheol tuh lagi sakit?"

Mendengar itu aku langsung melotot. Pasalnya, aku memang belum mengetahui hal ini sama sekali. Aku terlalu fokus pacaran bucinin Jeonghan. Namun, aku juga paham bila ternyata teman-temanku sudah tau lebih dulu tentang sakit nya Seungcheol, mungkin mereka sengaja tidak ingin memberitahuku karena mereka pikir sekarang duniaku hanya berputar di Jeonghan saja.

"Seungcheol sakit apa, Pa? Momo sama sekali belom tau" tanyaku.

"Dia sakit karena dia ngerasa bersalah telah nyia-nyiain kamu, dia bener-bener setulus itu sama kamu, dia gak pengen kamu pergi, makanya dia sakit"

"Pa, maafin Momo ya udah tega banget bikin Seungcheol sakit, Momo beneran gak ada niat buat sakitin Seungcheol, Pa. Beneran" aku mempertemukan kedua telapak tanganku sambil mengusapnya beberapa kali memohon maaf.

Perlahan air mata menetes dari mataku karena aku yang terlalu sensitif menanggapi ini sebagai hal yang besar.

Papa memegang tanganku sambil tersenyum. "Papa yang harus minta maaf sama kamu karena kelakuan anak Papa yang bajingan itu, tapi tenang aja Seungcheol udah sadar sepenuhnya buat jadiin kamu sebagai prioritasnya, dia bakal setia kamu, kamu mau kan balik lagi sama Seungcheol?"

momo jeongcheol : 2 plus 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang