14 ~ Jeonghan

111 5 0
                                    

POV : Jeonghan

Aku menelan ludahku paksa saat aku mendorong pelan pintu ruangan Pak Wadir yang terbuka sedikit itu, yaaa dan Pak Wadir ini adalah Bapak nya Seungcheol.

Untuk pertama kalinya aku melihat ke dalam ruangannya, suasana mencekam langsung menyambutku, ruangan yang terkesan gelap dengan sedikit sinar matahari yang menerangi lewat jendela.

"Ehemm" batukku dengan sengaja.

Tok..tokk

Tak lupa aku ketuk pintunya itu untuk memberi tanda bahwa aku bersiap masuk.

Pak Wadir menurunkan kacamatanya yang sedang membaca koran.

"Oh sudah sampai? Bagus, boleh tolong di tutup pintu nya?" ucapnya dan aku pun menurut.

"Silakan duduk" sambutnya dan aku pun duduk sambil tersenyum.

"Saya minta maaf sudah mengganggu jam kuliah kamu"

"Gapapa, pak. Santai aja" jawabku.

"Sebelumnya, kamu tau gak kenapa saya manggil kamu ke sini?" tanya beliau.

Aku menggaruk tengkukku. "Engga, pak. Emangnya ada apa ya? Kenapa saya di panggil?"

Pak Wadir membenarkan posisi duduk nya, mengambil beberapa helai kertas yang ada di atas meja nya itu, kulihat juga ada sebuah buku besar berwarna merah yang terbuka dan pada salah satu halamannya, aku melihat fotoku beserta informasi pribadi lainnya.

Sepertinya itu adalah buku identitas mahasiswa.

Aku hanya diam memperhatikannya yang terlihat masih membaca kertas demi kertas.

"Kamu masuk Polgata lewat jalur apa?" tanyanya.

"Jalur mandiri, pak" sahutku.

"Tapi, ini kamu bagus ini, IP kamu stabil, kamu juga pernah ikut Invention Competition pas semester 3 di Jakarta, kamu dapet medali perak" ucapnya sambil terus membaca kertas itu.

Kemudian ia melihat identitasku di buku merah besar itu.

Ia melepaskan kacamatanya dan menghela nafas.

"Kayak nya saya gak bisa ganggu gugat kamu di jejak akademik, kamu salah satu harta karun Polgata" ujarnya yang membuatku bingung.

"Yaudah deh gini aja" ia menopang dagunya menggunakan kedua tangan yang di kepal.

"Kamu pernah denger gak ada desas-desus kalo anak saya juga kuliah di sini?" tanyanya.

Dengan pertanyaannya yang sangat mencurigakan ini, aku paham pembahasannya akan ke arah mana.

"Tau, pak. Anak bapak Seungcheol Choi yang kurang ajar itu, kan? Dia pernah matahin tangan saya lho, pak. Cuman saya nya aja yang terlalu baik jadi saya gak laporin." jawabku dengan berani.

Beliau tersenyum sedikit dengan kesan yang meremehkan.

"Jadi, kamu paham ya alesan saya manggil kamu ke sini karena apa?"

"Wo iya dong, pak. Langsung ke intinya aja, gausah muter-muter, saya paham kok"

"Sekarang kamu pacarnya Momo ya?" beliau bertanya dan apa yang bisa kukatakan, bahkan hampir seluruh mahasiswa di Polgata tau kalau aku adalah pacarnya sekarang.

"Yang sebelumnya Momo itu adalah pacar anak saya, dan mereka juga udah pacaran lama banget, bahkan saya sudah anggap Momo sebagai calon menantu saya lho"

Ia kembali menghela nafas sambil duduk menyandar.

"Yah~ tapi sayang, kamu tiba-tiba masuk ke hubungan mereka dan rebut Momo dari anak saya"

momo jeongcheol : 2 plus 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang