17 ~ Momo (17+)

467 4 0
                                    

POV : Momo

Mataku bengkak. Terasa panas. Wajahku merah. Mungkin aku terlihat seperti mayat hidup sekarang. Badanku juga sakit-sakit tidak tahu kenapa. TA yang sedang aku kerjakan aku tinggalkan begitu saja karena pikiran yang penuh dengan masalah.

Aku tidak mau berpisah dengan Jeonghan. Tapi, aku juga tidak bisa memaksanya untuk tetap bersamaku karena taruhannya adalah keluarga Jeonghan sendiri. Aku hampir gila memikirkan hal ini. Tapi, Seungcheol tak kalah gila dalam mencintaiku sampai ia melakukan hal sebesar itu hanya agar aku kembali.

Aku akui strateginya ini memang ampuh dan benar-benar menempatkannya di posisi atas. Kenapa harus kebetulan seperti ini Ayahnya Jeonghan bekerja pada Papa? Tentu saja dengan mudah Papa bisa menggunakan kesempatan itu untuk menjatuhkan Jeonghan. Memberinya pilihan antara aku atau keluarganya. Sesayang apapun Jeonghan padaku, tapi aku tahu dia adalah orang yang sangat menyayangi keluarganya.

Semua hal ini menyadarkanku kalau aku sepertinya memang harus berpisah darinya. Dari awal pun aku sudah takut kalau Jeonghan dekat denganku, Seungcheol pasti akan tahu dan melukainya. Contohnya saja seperti tempo hari saat ia dan Hoshi dikeroyok dan tangan Jeonghan patah. Hanya saja dia yang merasa jagoan dan tidak takut pada Seungcheol katanya.

Aku menyayangi Jeonghan lebih dari apapun. Namun, aku tidak mau ia dalam bahaya hanya karena aku. Aku tidak mau ia dan keluarganya di jahati Seungcheol. Jeonghan harus menjauh dariku. Aku harus pergi darinya demi keselamatannya. Dan soal Seungcheol, biar aku yang tangani sendiri.

Mobil taksi biru ini berhenti di depan sebuah rumah gedong. Aku keluar dari dalamnya dan berjalan ke arah rumah itu tanpa ragu. Penjaga gerbang yang sudah mengenal aku, membiarkan gerbang itu terbuka dan aku masuk ke dalam.

Dengan riasan yang cukup tebal untuk menutupi identitas mayat hidupku, juga pakaian branded yang sudah lama Seungcheol beli untukku, aku berjalan dengan percaya diri.

"Seungcheol ada di mana?" tanyaku pada ART di sana.

"Den Seungcheol lagi di ruang olahraga, non"

Aku segera pergi ke lantai tiga untuk menemuinya di ruang gym mini yang tersedia di rumah mewahnya ini.

Cklek

Aku buka pintu gym mini itu dan menemukan Seungcheol sedang berlari di treadmill. Ia menghentikan kegiatannya saat melihat aku dan turun dari sana. Mengambil handuk untuk mengeringkan wajah dan tubuh telanjang dada yang basah karena keringat. Kulihat sepertinya ia sudah sembuh dan ingin membentuk ototnya kembali.

"Jeonghan pasti udah bilang sama kamu ya?" tanyanya sambil meneguk minuman berprotein. Aku tidak menjawab dan duduk di sofa. Ia mengikutiku dan duduk di sampingku pula.

"Kamu tuh ngeri banget ya orangnya. Bisa ngancem Jeonghan sampe dia rela lepasin aku kayak gitu" ujarku.

"Demi kebaikan kita. Dari awal tuh kamu emang cuma milik aku. Jeonghan aja yang so nerabas pengen milikkin kamu juga"

"Ya tapi sekarang aku sayang sama dia. Kalo aku sayang sama dia gimana dong?" tanyaku.

"Aku yakin di hati kamu masih ada sisa rasa buat aku. Jadi, aku bakal bikin kamu jatuh cinta lagi sama aku" jawabnya.

"Gimana caranya? Meski aku masih sayang sama kamu juga tapi luka yang kamu kasih belom sembuh, Cheol. Jujur, aku masih takut"

"Hei" Seungcheol merapatkan tubuhnya padaku dan menggenggam tanganku.

"Aku bakal tebus semua kesalahan aku. Asal kamu percaya sama aku, aku gak bakal kayak gitu lagi. Dengan perginya kamu itu udah bikin aku sadar sepenuhnya kalo cinta aku tuh cuma kamu" ia mengelus tanganku dengan lembut.

momo jeongcheol : 2 plus 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang