Happy reading ~***
"Halu itu nama belakang gue, gak halu gak kece."-Leoni.
***
"Kamu yakin sayang?" Jastin menatap putrinya serius. Beberapa menit yang lalu Glora mendatangi ruang kerja nya dan mengatakan bahwa dia ingin pindah sekolah karena sekolah yang lama membosankan. Sungguh alasan yang tidak logis.
"Aku yakin pa," balas Leoni terdengar yakin. Ya dia sudah memutuskan untuk pindah sekolah agar misinya di sini cepat selesai. Dengan pindah ke sekolah tempat Gafa berada akan memudahkan dia mendekati pemuda itu.
Jastin yang sedang duduk di meja kerja pun berjalan kearah Glora. Ia duduk di samping gadis itu dan menggenggam tangan mungil itu lembut, kemudian manik mata Jastin terlihat sangat sendu.
"Di sekolah ada yang ganggu kamu?" Pertanyaan itu membuat Leoni mengerjapkan matanya beberapa kali. Setelah itu ia paham apa maksud dari papa nya Glora ini.
"Enggak pa, aku cuma mau nyari suasana baru. Boleh ya?" Ucapnya dengan tatapan memelas layaknya anak kucing.
Jastin menghembuskan nafasnya, ia berdiri dan memandangi poto dia dan putri beserta istrinya yang terpajang di sana. "Papa izinkan. Tapi, kamu harus benar-benar serius kali ini, Glora," katanya.
Leoni tersenyum sumringah lalu memeluk papa nya sejenak dari belakang. "Makasih, pa." Hal itu membuat Jastin membeku di tempat. Apakah putrinya sedang memeluknya saat ini? Dia tidak bermimpi 'kan?
Dengan perlahan Jastin mengelus tangan putrinya lembut. "Sama-sama." Jastin tersenyum dengan senang sekarang. Tapi senyum itu luntur saat putrinya melepaskan pelukan.
"Kalau gitu Glora pamit mau main ya pa? Glora bosan di rumah," pintanya.
Jastin tersenyum dan mengelus surai Glora lembut. "Hati-hati," jawabnya. Leoni yang di berikan lampu hijau pun langsung berlari cepat keluar mansion yang besarnya membuat Leoni lelah berlari.
"Berasa maraton gue," gumamnya. Dia menatap gerbang yang sangat amat jauh itu, halaman yang begitu luas dan besar ini membuat Leoni prustasi.
"Masa iya gue harus keluar pakai mobil? Padahal pengen minimarket sekalian cari udara segar doang," gerutu nya berancak pinggang menatap kesal gerbang yang amat jauh itu.
"Ngapain komuk lo kayak gitu?" Al muncul tiba-tiba seperti setan.
"Njeng! Bisa gak sih, lo itu kalau datang jangan kayak setan!" Pekiknya. Al tidak menanggapi Leoni, ia malah asik melayang sambil mengupas jeruk di tangannya.
"Terserah gue, diri-diri gue," jawabnya dengan ekspresi bodoamat.
Dengan kesal Leoni melangkahkan kaki nya menuju gerbang. Persetanan dengan halaman yang luas, ia sangat kesal dengan pemuda yang melayang-layang seperti layangan itu.
"Eh, lo mau kemana?" Al menyusul Leoni, saat sampai di samping gadis itu ia malah melihat wajah Leoni yang di tekuk seribu.
"Wajah lo lucu. Kayak pantat babi," celetuknya.
Leoni berhenti mendadak dan langsung melayangkan tatapan permusuhan. "Dasar hantu! Berhenti ikutin gue!"
"Lo ngomong pake urat mulu, heran."
"Suka-suka Leoni!"
Leoni terus berjalan hingga keluar kompleks perumahan elit itu. Ia menatap ke kiri kanan karena ingin menyebrang jalan. Sedangkan Al hanya mengikuti sesekali menggoda Leoni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Change Fate
RandomLeoni Cahaya, gadis yang masuk kedalam sebuah novel. apakah gadis itu menjadi antagonis? tidak. figuran? tidak. atau prantagonis? tidak sama sekali. lalu apa, dan siapa dia? jawabannya hanya orang asing. dia masuk ketubuh yang bahkan sama sekali tid...