(09) -Balapan

6.1K 332 10
                                    


"Lo kemana aja sih!"

"Gue? Refreshing," jawab Al enteng. Dia sekarang sedang melayang di antara kedua lemari pakaian Glora. Dia sedang memakan roti yang entah pemuda itu dapat dari mana.

"Hantu juga bisa refreshing?" Leoni menatap curiga. Jangan-jangan, Al sedang pulang ke rumahnya dan mendapatkan omelan dari orang tua nya?!

"Gue gak ada ortu," jawab Al santai.

Leoni melotot. "Lo cenayang ya?!"

Al tertawa renyah mendengar hal itu. Dia sampai tertawa terpingkal-pingkal entah karena apa, mungkin mood cowok itu sedang baik?

"Muka lo lucu soalnya," jawab Al masih di sertai tawa nya yang menyebalkan di telinga Leoni.

"Kenapa nongol lo sekarang? Pergi aja udah," cibir Leoni. Al seketika diam, apakah gadis itu merajuk?

"Lo ngambek ya?"

"Ngapain gue ngambek?!"

"Karena gue pergi?"

Oke. Leoni diam sekarang, entah kenapa dia malah tidak bisa berkata-kata.

"Gue ngantuk, lo bisa pergi? Gue mau tidur." Leoni langsung berbalik menuju kasurnya, dan langsung rebahan, mengabaikan Al yang menatap nya rumit.

"Gue pergi, hati-hati entar ada setan!"

Leoni menggeram. "Lo yang setan!" Teriaknya entah kepada siapa, yang pasti ruangan itu sudah kosong. Hanya diri nya yang berada di sini.

Leoni terduduk di pinggir kasur, dia terus memikirkan mimpi buruk yang kemaren malam ia alami, tebak-tebakan sudah Leoni lakukan. Tapi perasaannya mengatakan hal yang lain.

"Apa cowok di dalam mimpi gue itu, al?"

***

"Kenapa tuh muka lo?" Tanya Gafa ketika melihat muka sahabatnya itu penuh lebam.

Dilan tidak menjawab, dia malah mengusap luka di sudut bibirnya yang berdarah. Dia meringis kesakitan, dan duduk bersandar di kursi plastik milik Gafa.

"Ulah ortu lo lagi?"

"Hm."

"Udah deh, lan. Lo ganti KK aja, masuk ke KK gue. Setidaknya gue ada saudara, walau harus nyebelin kayak lo," kata Gafa. Dia mendudukkan dirinya juga di kursi samping Dilan. Dilan mendengus malas mendengar perkataan Gafa.

"Ogah gue," jawabnya.

"Kit ati gue," ujarnya dramatis.

"Alay, najis." Gafa malah tertawa kencang mendengar respon sahabatnya. Dilan itu irit bicara, sama seperti Alvin. Tapi ketika bersama Gafa, rasanya Dilan bukanlah Dilan yang biasanya. Dia malah sering sekali mengomel menceramahi Gafa seperti ibu-ibu yang menasehati anaknya.

Kedua orang itu terdiam, suara jangkrik memenuhi kesunyian mereka berdua. Sampai akhirnya Dilan buka suara.

"Gimana lo sama gadis itu?"

Gafa menoleh, dia menatap wajah Dilan bingung. "Yang mana?"

"Aurora."

Gafa terdiam, dia sedang memikirkan adegan sore tadi ketika dia bertemu dengan Aurora-gadis yang membuat ia jatuh hati saat pertama melihatnya.

"Gue kerumah nya tadi sore," jedanya sejenak. Dia menyandarkan tubuhnya di punggung kursi. "Dan gue ngeliat dia kayak akrab sama satu cowok," lanjutnya.

"Sad boy lo?" Terdengar suara Dilan yang sedang mengejeknya.

"Nyebelin lo, coklat Dilan."

Dilan memajukan tubuhnya, dia menaruh kedua tangannya di paha sambil menatap Gafa. "mau lo kejar?" Tanyanya penasaran.

Change FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang