(33) Masalah baru

2.9K 205 52
                                    

Rara menatap dalam diam kearah Glora yang masih menangis sesenggukan diranjang rumah sakit itu. Hati Rara teriris melihat anak yang biasanya ceria sekarang telah kehilangan perisainya. Glora sudah lumayan lama menangis, Rara tau seberapa hancur hati anak itu.

"K-kakak, putrimu terluka...," lirih nya berlinang air mata. Bukan cuma Glora yang kehilangan sosok Jastin di sini, mereka juga, tapi lebih sakit lagi berada di posisi Glora.

"M-mami," tegur Laura, gadis itu tau bahwa sang ibu belum makan seharian ini. Semua orang sedih, tapi apa boleh buat, semua ini sudah takdir bukan?

"Kenapa takdir begitu mempermainkan kita Lau? Mami sudah kehilangan papa kamu, sekarang Mami kehilangan sosok kakak yang selalu ada untuk Mami." Rara berbicara dengan Laura, tapi pandangannya tertuju pada Glora.

"Kita tidak bisa melawan takdir yang sudah ditetapkan." Laura memeluk Rara dengan erat, semua ini berat, pasti sangat berat.

"Biarkan Glora sendiri dulu, itu pasti berat untuknya." Laura mengangguk dan mereka mulai menjauh dari ruangan.

Sedangkan diruangan Glora menatap lurus dengan pandangan kosong. Air matanya tidak pernah berhenti turun, dia menangis dalam diam.

"Glora," panggil Alvarez yang sejak tadi ada diruangan itu, dia terus memperhatikan Glora yang terlihat sangat menyedihkan.

Glora diam, dia tidak melirik atau berniat membalas perkataan Alvarez yang sudah lama ada disana. Hatinya hancur, dia sedang retak sekarang. Perasaan terpukul itu nyata, perasaan menyesal itu ada.

"Sampai kapan lo mau gini terus?" Alvarez menatap dengan sekedap dada.

"Gue mau pulang Al," lirih Glora. Dia terus menatap lurus kedepan dengan air mata yang masih mengalir.

Alvarez diam sejenak. "Pulang?"

"Ini dunia novel kan? Tapi kenapa rasanya nyata?" Glora memegangi dadanya yang terasa sesak.

"Kenapa Al?" Tanyanya lagi. Alvarez diam, terus memperhatikan Glora yang terlihat sangat rapuh sekarang. Alvarez juga tidak tau ingin menjawab apa.

"Gue pikir masuk kedalam dunia fiksi itu indah, kita bisa ngelakuin apa aja dan hidup bahagia. Tapi ternyata gak semudah itu ya?" Glora menoleh menatap Alvarez yang terkejut sebab ekspresi Glora yang benar-benar menyedihkan.

Glora meremas seprai dengan penuh emosi. "Nyatanya kita harus ngejalani kehidupan orang lain yang lebih rumit dari kehidupan kita. Kita harus bisa nerima takdir yang udah ditulis sama penulisnya. Kenapa Al? Kenapa harus gue?"

"Gue-"

"Lo gak bisa jawab Al. Ternyata didalam novel gak seindah yang dikira ya? Kenapa semuanya terasa nyata Al? Kasih sayang itu nyata, dan kehilangan itu juga nyata. Bukan nya ini dunia yang diatur sama penulisnya?"

Alvarez menghelah nafasnya panjang. "Penulis sama kayak tuhan, yang buat jalan takdir untuk kita. Tapi dalam dunia yang berbeda," katanya.

"J-justru itu Al .... Disini ada kehidupan, dan gue ngambil kehidupan orang itu. Glora, gue ngambil kehidupan Glora," lirihnya.

"Lo ga-"

"Gue salah, seharusnya yang dapat kasih sayang papa Jastin itu Glora asli kan? Gue pembohong di sini, gue jahat Al. Gimana kalau papa Jastin tau kalau gue bukan anaknya? Kenapa gue berharap gue Glora yang asli dan berharap dapat kasih sayangnya?"

"Ra lo-"

"Gue pembohong Al, gue pembohong. G-gue sayang sama papa Jastin, gue udah anggap orang tua gue sendiri. Tapi kenapa? Kenapa disaat gue udah punya seseorang yang gue sayang di dunia ini, orang itu malah pergi?" Glora kembali memotong ucapan Alvarez. Dia menangis lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Change FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang