"Si Al gak pernah muncul lagi," ujar Glora lesu. 4 hari ini Al tidak pernah memperlihatkan wujudnya lagi di depan Glora. Glora sampai bertanya-tanya, kemana anak itu pergi?
"Ngilang lagi, dan lagi. Kebiasaan," omelnya. Glora menatap balkon kamarnya, kejadian tawuran itu terus berputar di dalam pikirannya. Setelah kejadian itu, Glora jadi semakin yakin bahwa semuanya benar-benar berubah.
"Gue harus jauhi Aurora dari Gafa. Bisa kan?" Gumamnya. Dia memejamkan matanya saat angin malam menerpa kulit wajahnya. Sejuk sekali.
Tok tok tok
Glora membuka matanya, dia langsung membukakan pintu kamar. Dan ternyata Jastin-papanya yang mengetuk. "Kenapa pa?" Tanyanya.
Jastin tersenyum tipis. "Gimana kalau kita bakar-bakar di bawah?" Tawarnya.
Glora langsung berbinar, ini yang ia mau! Selalu di kamar terkadang membuat Glora bosan. "Mau pa!" Serunya girang.
"Ayo." Jastin langsung menarik pelan Glora. Saat turun ternyata semua sudah di siapkan Jastin.
"Papa yang nyiapin ini semua?"
"Iya dong, buat gadis cantik papa," balasnya sambil tersenyum senang. Glora terharu, Jastin memang sosok ayah dan ibu yang terbaik yang pernah ada.
Jastin berjalan dan mengangkat beberapa daging. "Papa jarang di rumah belakangan ini, papa pengen ngabisin waktu berdua sama kamu," katanya.
Glora mengangguk dan duduk di salah satu kursi. "Aku senang banget pa, thanks," ujarnya.
Jastin meletakkan daging di alat panggang, dan meletakkan jagung di alat bakar. "Papa yang seharusnya berterima kasih sama kamu. Terimakasih sudah hadir di hidup papa," katanya.
Glora tersenyum haru, rasanya ia akan menangis sekarang. Dia akan berusaha menjadi anak yang baik, dan pengertian untuk Jastin. Jika saja Jastin tau bahwa dia bukan Glora asli, apakah dia akan menjauhi nya? Glora tidak bisa membayangkan hal itu.
"Glora?" Panggil Jastin.
Glora tersadar dan langsung tersenyum kikuk. "Ya pa?"
"Kenapa?" Tanya Jastin heran ketika melihat Glora termenung.
Glora berdiri dari duduknya. Dia menatap lurus kearah manik mata Jastin. "Pa... Jangan tinggalkan Glora ya?"
Jastin membeku. "Apa yang kamu bicarakan? Papa akan selalu ada di samping kamu," balas Jastin cepat.
"Janji?"
Jastin menghampiri Glora, dan mengelus puncuk kepala Glora pelan. "Papa janji."
****
"Habis ini kemana fa?" Tanya Glora. Sekarang mereka berdua, Gafa dan Glora sedang membagikan beberapa nasi kotak untuk orang yang membutuhkan. Ini adalah ide Gafandra, pemuda itu mengajak Glora untuk pergi bersama.
"Di dekat jembatan yuk?" Gafa meletakkan beberapa bungkus di bagasi mobil nya. Glora mengangguk tanda setuju dengan ide itu, karena di sana banyak anak-anak jalanan.
Gafa membukakan pintu mobil untuk Glora. "Ayo, biar kalau selesai kita lanjut makan dulu, udah siang," katanya dan Glora langsung masuk.
"Gafa sering berkegiatan kayak gini?" Tanya Glora penasaran.
Gafa tersenyum kecil. "Gak ada salahnya berbagi satu sama lain, ra. Rezeki setiap orang pasti ada," katanya.
"Iya juga, sih."
Glora menatap wajah Gafa serius, dia memiliki banyak pertanyaan untuk pemuda di sampingnya. "Fa, lo kapan lomba basket?" Tanyanya.
Gafa sedikit melirik Glora. "Katanya sih, gak bakal lama lagi ra. Emang kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Change Fate
RandomLeoni Cahaya, gadis yang masuk kedalam sebuah novel. apakah gadis itu menjadi antagonis? tidak. figuran? tidak. atau prantagonis? tidak sama sekali. lalu apa, dan siapa dia? jawabannya hanya orang asing. dia masuk ketubuh yang bahkan sama sekali tid...