Cerita tercipta dari otak author yang lagi kurang normal karena membayangkan seseorang harus mengurus bocah-bocah nakal dan sulit diatur, tapi inilah nyatanya bahwa manjadi pengasuh itu tak semudah membalikkan telapak tangan dan tingkat kesulitannya melebihi memecahkan rumus kimia yang super susah
Oke sekian dari curhatan diatas, mari baca dan tinggalkan kesan kalian jangan seperti pria Min yang datar!
(˵ ͡° ͜ʖ ͡°˵)
Pemuda cukup tampan dengan senyuman manis merekah mengiringi setiap langkahnya, buntalan yang berada di punggungnya itu pun setia mengikuti dirinya kemanapun ia pergi. Wajahnya memang tersenyum seperti orang bodoh tapi perutnya? Ohh siapapun kasihanilah perut pemuda itu yang sejak langkah pertama kakinya, perut itu terus berbunyi karena belum sebutir nasi pun mengisinya bahkan tenggorokannya terasa sangat kering seperti padang pasir, tapi apalah daya dirinya tak punya uang sama sekali meskipun ia merogoh saku nya sampai saku itu robek sekalipun dia tidak akan menemukan uang
Astaga dewa kemiskinan mana yang mengutuk ku sampai seperti ini, aku sungguh haus!..
Batinnya menggeram perihal dia memang benar-benar haus dan butuh air meski setetes saja. Jika 2 jam sebelumnya dia tidak diusir dari kontrakan gubuknya itu karena menunggak uang pembayaran selama 3 bulan, mungkin saja dia masih bisa meminun air keran walaupun rasanya sangat tidak enak serta banyak benih-benih nyamuk disana
"Tidak adakah yang berbaik hati padaku dan memberiku minuman.." Gumamnya sedih
Saat dia berdiri tepat didepan sebuah kedai makan, ia melihat mesin minuman kaleng yang kokoh berdiri disana. Pemuda itu hanya bisa meneguk salivanya saja karena dia tidak akan bisa mendapatkan minuman itu, tak mau terlalu banyak mengkhayal pemuda itu pun berbalik hendak melangkah pergi tapi ekor matanya menangkap sebuah perlikan cahaya yang tak terang tapi cukup menarik perhatiannya
"Koin.." Ucapnya senang, lalu dengan tergesa dia melompat dan mendekap benda ditanah itu seperti dia mendapatkan sebuah berlian berharga, pemuda itu menatap bahagia sekaligus haru dalam waktu bersamaan
Dengan senang hati pemuda itu bersenandung karena dewa kemiskinan telah berbaik hati padanya dan mendatangkan sebuah koin didepan matanya, saat akan kembali melangkah, ia melihat dua bocah laki-laki yang sepertinya kembar namun wajahnya tak terlalu mirip. Bocah-bocah itu menatap heran pada mesin minuman kaleng dan sorot matanya penuh tanda tanya tentang mesin itu
"Apa kau yakin jika itu memang mesin pengabul permintaan.." Tanya seorang bocah dengan kulit putih dan senyum manis
"Aku tidak yakin, tapi kau ingat kan jika si cengeng itu yang bilang kalau mesin ini ajaib" Jawab saudaranya yang tak kalah tampan dan manis juga
"Lalu bagaimana cara kerja benda itu?"
"Si cengeng bilang kalau kita harus memukul mesin itu agar dia mau mengeluarkan minumannya, ayo aku akan memukulnya dengan keras agar banyak minuman yang keluar" Ujar bocah payah itu dengan segala kepercayaan dirinya
Pemuda yang tak jauh dari mereka hanya mendengarkan pembicaraan kedua bocah itu, dia menggeleng karena tak habis pikir dengan semua ucapan dari bocah payah didekatnya. Pemuda itu berbalik dan memiringkan kepalanya menatap kedua bocah itu yang dengan semangat menggebrak gebrak mesin minuman disana
Brakk brakk
"Kenapa minuman itu tidak jatuh kebawah sih" Keluh salah seorang bocah yang sepertinya memang cerewet
"Mungkin kau kurang kencang memukulnya jadi dia tidak merasakan sakit dan tidak mengeluarkan minuman itu" Ujar saudaranya
Tunggu! Sejak kapan sebuah mesin minuman yang berwujud benda mati itu bisa merasakan sakit? Astaga ternyata otak kedua bocah itu memang benar-benar sudah terbalik hingga tidak bisa membedakan mana benda mati dan mana benda hidup.

KAMU SEDANG MEMBACA
Babysitter
RomansaDaddy Min, mungkin itulah panggilan yang cocok untuk seorang pria berdedikasi tinggi dan berekspresi se datar tembok kota, namun dia tetap tampan bahkan diusia yang tak lagi muda siapa yang mampu membayangkan pekerjaan menjadi babysitter yang harus...