GAVILEO - 3

124 81 40
                                    

warn: jangan lupa vote, hargai penulis!









[ DIA, KEYNARA ]

Velly Keynara, sering dipanggil Nara oleh keluarga dan teman-temannya. Gadis berperawakan mini, kata Karel, berhijab, tidak terlalu mencolok di kampus dan jurusannya, meski dirinya berada di jurusan ilmu komunikasi, Nara bukan tipe orang yang terlalu pandai berbicara, kedua orang tua gadis itu sama-sama bekerja dan Nara adalah anak tunggal.

"Secepat itu?!" Senja memekik kaget, ia baru saja mendengar berita bahwa seorang Velly Keynara yang menyandang gelar jomblo akut dari lahir, mendadak bertunangan dengan seorang laki-laki yang belum pernah bersapa dengannya, yang sialnya Senja kenal lelaki itu.

Karel Gavileo, teman dari Khadafy, yang kemarin menjadi gitaris utama mereka, yang paling Senja ingat dari cowok itu adalah sorot tajam dan sifat dinginnya.

"Huh, Bunda jadi sering godain aku, beliau bilang Karel ini pribadi yang hangat, baik, manja, tapi yang aku lihat justru kebalikannya." Keluh Nara, ia menatap tidak minat pada sarapannya pagi ini di cafetaria.

Senja itu paling dekat dengan Nara, begitupula sebaliknya, mereka berasal dari SMA yang sama, berteman selama hampir dari 4 tahun cukup membuat mereka selalu menceritakan sekecil apapun hal yang mereka lewati. Kepribadian dan penampilan Senja dan Nara juga terbilang mirip, sampai dibilang kembar oleh Bunda Elky. Mungkin Senja lebih tinggi dari Nara, itu fakta yang Nara telan mentah-mentah.

"Bunda kamu punya hubungan apa sama Ibu nya Karel?" Tanya Senja sambil meminum aqua nya, ia sudah menyelesaikan sarapannya lebih cepat dari Nara yang terlihat tidak nafsu.

"Mama nya Karel dulu temen arisan Bunda, dan ini atas permintaan Mama nya Karel, aku ngga tau lebih tentang hubungan mereka." Jelas Nara sebisanya, ia menahan pusing kepalang yang ia rasakan semenjak hidupnya mulai terikat dengan Tuan Muda Karel Gavileo itu.

Senja menghela nafas, "Fans nya Karel itu banyak, aku takut ..." Cicit Senja sambil menatap iba pada Nara yang kini mendorong nampannya, tak lagi nafsu makan.

"Aku tahu." Balas Nara lesu.

"Pagi, Karel, tumben?"

Suara seorang gadis dari depan pintu cafetaria cukup bisa Nara dan Senja dengar, suasana cafetaria masih sepi pagi ini, jadi suara seorang gadis itu terdengar jelas di telinga Senja dan juga Nara. Mereka sama-sama menoleh dengan gerakan patah-patah. Menatap seorang Tuan Muda Karel berjalan dengan dagu terangkat, angkuh, langkahnya pasti, aroma mint pada tubuhnya menguar keseluruh penjuru cafetaria.

"Siapa yang nyuruh lo berangkat sendiri?" Suara dingin, datar dan berat milik Karel menyapu indra pendengaran Nara. Gadis itu menatap takut-takut pada Senja, meminta gadis itu untuk menolongnya, namun Senja menggeleng, tanda bahwa ia tidak bisa membantu.

"Tadi aku dianterin Ayah." Balas Nara membela diri.

"Ayah Anton bilang lo naik gojek."

Mati sudah hidup Nara, ia merutuki dirinya sendiri karena sudah berbohong dengan Karel. Tanpa basa-basi pula Karel menarik tangan Nara, membawa gadis itu menjauh dari Senja yang panik melihat temannya ditarik, oleh tunangannya. "Apa sih, aku mau main sama Senja!"

"Ini kampus, bukan taman bermain." Balas Karel telak, tangannya mencengkram tangan kecil Nara, membawanya keluar dari cafetaria, Nara hanya mampu melambaikan tangannya ke Senja yang menatapnya khawatir.

"Rel, malu dilihatin orang!" Nara berusaha melepas cekalan tangan Karel meski itu mustahil, kini mereka ada di samping gedung fakultas ilmu komunikasi, Karel berbalik menatap Nara dengan wajah datar khas nya.

GAVILEO [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang