warn! hargai penulis dengan vote dan komen!
[ SATU UNTUK SEMUA ]
"Kenapa lo?" Tanya Karel spontan.
"Buta lo, mata lo?!" Pekik Khadafy yang duduk di dashboard single bed nya. Rava menatap siku Khadafy dengan iba, siku itu di balut sebuah perban dan terkulai lemas di samping tubuh Khadafy. Namun dengan tidak tau dirinya Rava malah memukul siku itu membuat Khadafy memekik.
"MANUSIA TOLOL!!" Teriak Khadafy membuat Karel memejamkan mata, kaget.
"DAFY! JANGAN TERIAK TERIAK!" Suara Ibu kost yang berjalan didepan lorong kost terdengar, Khadafy hanya bisa mengatupkan bibirnya sambil meringis. Siku nya terasa begitu ngilu.
"Kenapa?" Tanya Karel lagi, kali ini cowok itu yang masih berdiri, bersandar di ambang pintu kamar kost Khadafy. Khadafy menatap heran pada Karel, raut wajah cowok itu menampilkan kecemasan yang mendalam, dengan gengsi luar biasa pula ia bertanya.
"Keserempet mobil, ada anak kucing di tengah jalan soalnya." Balas Khadafy dengan suara yang lebih pelan, "Cuma gores dikit."
"Patah." Koreksi Rava yang sedari tadi duduk disamping Khadafy.
Karel menghela nafas berat, ia melirik ke ujung kasur Khadafy, ada seekor anak kucing dengan 3 warna yang duduk diam diatas kardus sepatu, wajahnya polos seakan tidak terjadi apa-apa, Karel menggeram dalam hati, dasar kucing tak kenal budi.
"Lo bisa rawat?" Tanya Karel pada akhirnya sambil duduk di samping kasur Khadafy, bersama Rava.
"Iya, Fy. Lo kan kere, yang ada ntuh kucing kabur gegara gak lo kasih nafkah." Celetuk Rava. Khadafy melotot menatap pria itu, berakhir dengan hampir memukul kepala nya, untung Rava menghindar dengan cepat.
"Rel, tolong ada om om ngamok!" Rava beralih menarik lengan Karel untuk melindunginya dari serangan Khadafy, Karel hanya menghela nafas panjang sambil melepas tangannya dari pegangan Rava. Ia beralih mengusap lengannya seolah ada debu disana.
Rava yang melihat itu sontak merengut, "Lo kira gue kuman?!" Pekiknya tidak terima.
"Lo bau neraka, gausah deket deket." Balas Karel cuek, Khadafy memutar bola matanya malas, dua orang ini memang tidak akan pernah akur, melupakan fakta kalau dia dan Karel juga sering bertengkar. Tapi ... tunggu, Khadafy teringat sesuatu.
Rava pula, bukannya menyerah, justru kini mencekik Karel, menarik kepala cowok tinggi itu untuk dicium pipinya, dan untuk pertama kalinya seorang Karel berteriak meminta tolong pada Khadafy sambil berusaha melepas tangan Rava di lehernya, kesucian pipinya terancam oleh bibir Rava yang sudah siap mencium pipinya.
"RAVA BANGSAT, GUE SUMPAHIN BISULAN BIBIR LO!"
Gerakan Rava terhenti, ia kini malah mengendus-endus tubuh Karel, "Anjing lo?!"
"Bau susu, manis banget."
Karel melotot, ia menatap Rava dengan pandangan yang sulit diartikan, berakhir mendorong kuat tubuh Rava sambil memasang wajah ketusnya, sementara Rava menatap Karel dengan pandangan penuh rasa penasaran.
"Lo pecandu susu ultramilk yaaa~?" Goda Rava sambil menatap Karel yang mencebik kesal, Khadafy susah payah menahan tawa karena wajah Karel yang sudah merah padam menahan malu, kepulan asap juga terlihat muncul di atas kepala cowok itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
GAVILEO [ END ]
Novela Juvenil"Papa! Papa! Leo udah bisa perkalian, temen-temen Leo belum!" "Kalau Leo udah besar, Leo jadi manager di perusahaan Papa ya?" "Ngga mau! Leo mau jadi dokter!" Karel selalu hidup dalam bayang-bayang harapan Papa nya, dipaksa untuk menjadi sempurna di...