absen hadir ya! selamat membaca, jangan lupa vote dan komen sebagai bentuk apresiasi.
[ DUA NYAWA. ]
'bruk!
"UGH-"
Tubuh Nara terbanting di lantai yang berdebu, keadaan tangannya terikat kebelakang tubuhnya serta mulut nya yang ditutup sebuah kain hitam membuat Nara was-was. Dua wanita asing terlihat didepan mata nya, di dalam remang-remang ruangan sempit dan kotor ini. Ah, Nara ingat salah satunya, dia adalah wanita yang menyuruhnya menjauhi Karel.
"Disuruh ngejauhin Karel, malah ngelunjak ya, dasar jalang gak tau malu," ucap Shani dengan nada angkuh, ia berjongkok didepan Nara yang bersimpuh tanpa bisa mengucap sepatah kata.
Shani beralih mencengkram erat dagu Nara membuat gadis dengan kerudung yang sudah kusut itu meringis tertahan. "Heh, cewek gak tau diri, lu tau akibatnya kalau ngedeketin Karel kan?" Tanya Shani dengan angkuhnya sambil mencengkram erat dagu Nara, kemudian ia hempaskan dagu itu membuat Nara kembali bersimpuh tidak berdaya.
"Mau lu ngangkang lebar didepan Karel pun, kayaknya Karel gak akan tertarik sama lo. Ngaca deh, lo tuh gak sebanding sama gue, lo tuh cuma cewek biasa yang gak cantik, gak bisa muasin Karel." Pernyataan itu membuat Nara menatap Shani dengan tajam, Shani terkekeh pelan seolah tertantang dengan tatapan Nara.
"Lo bisa apa emang? Gue ada jauh diatas lo."
Di situasi seperti Nara benar-benar tidak bisa melakukan apapun selain mengumpat dalam hati, dengan posisi tangan yang diikat kuat, dirinya harus melakukan apa?
"Lihat ini." Shani mengangkat tangannya menunjukkan sebuah cincin permata yang sangat indah di jari tengahnya. "Ini cincin pertunangan gue sama Karel," lanjutnya membuat Nara menatapnya kaget, mata nya melotot tidak percaya membuat Shani terkekeh puas.
"Haha, kenapa? Kaget yah? Gue sebentar lagi bakal nikah sama Karel, dan gue gak mau ada yang gangguin acara pernikahan gue nantinya," ucap Shani telak menghunus jauh tepat pada hati Nara. Nara sakit hati? Jangan ditanya. Dirinya ingat bagaimana Karel melamarnya tepat didepan Mama Kana pada saat itu, bagaimana baiknya Karel memperlakukannya seperti seorang istri padahal mereka belum menikah.
"Dan lagi." Shani mengeluarkan sesuatu dari saku kemeja nya, sebuah testpack yang kemudian disodorkan tepat didepan wajah Nara. Testpack itu memiliki dua garis yang berarti positif. "Gue hamil, anaknya Karel," ucapnya membuat nafas Nara tercekat, mata gadis itu sampai bergetar dan memerah menahan tangis, gigi nya terasa begitu ngilu karena menggigit kain hitam dan hatinya terasa retak berkeping-keping melihat itu.
Shani tertawa puas, berdiri dari duduknya menjauh dari Nara yang terlihat begitu hancur dibawahnya. Isabella pun ikut terkekeh geli, "Hah, kurcaci itu gak cocok bersanding sama Tuan Muda," ujarnya telak membuat Nara semakin merasa insecure. Memang tidak seharusnya dirinya bersanding dengan Karel, kenapa dirinya harus menerima Karel, Nara menyesal telah menerima Karel jika ini yang akan terjadi pada akhirnya.
Tapi Nara tidak bisa menyalahkan Karel, Nara cinta Karel dan Nara selalu berharap Karel hanya akan mencintainya seorang. Namun fakta itu terlalu jahat untuknya, Nara tidak sanggup. Nara terjatuh tergeletak di lantai berdebu itu.
"Udahlah Nara, Karel itu cinta nya sama gue, lu cuma dibuat mainan sama dia," lanjut Shani membuat Nara semakin meringkuk, disaat yang seperti ini dirinya tidak lagi bisa meminta Karek untuk memeluknya. Nara ingin marah, Nara kecewa.

KAMU SEDANG MEMBACA
GAVILEO [ END ]
Novela Juvenil"Papa! Papa! Leo udah bisa perkalian, temen-temen Leo belum!" "Kalau Leo udah besar, Leo jadi manager di perusahaan Papa ya?" "Ngga mau! Leo mau jadi dokter!" Karel selalu hidup dalam bayang-bayang harapan Papa nya, dipaksa untuk menjadi sempurna di...